Tahun Depan, BI Perkirakan Inflasi di Lampung Meningkat Mendekati 3,1 Persen
Kepala KPw BI Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan saat pemaparan pada acara Pertemuan Tahunan BI Provinsi Lampung Tahun 2019, di kantor BI setempat, Kamis (5/12/2019). Foto : Erik/kupastuntas.co
Bandar Lampung - Kantor
Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung memperkirakan laju
inflasi Lampung di tahun 2020 akan meningkat dibanding tahun 2019.
Kepala KPw BI
Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan mengungkapkan, dari sisi supply, risiko
mundurnya masa tanam di akhir tahun 2019 akibat kemarau panjang menjadi faktor
terbatasnya pasokan bahan pangan yang dapat memicu inflasi di awal tahun 2020.
Selain itu, lanjut
dia, faktor lainnya yakni risiko level kenaikan tahunan harga barang dan jasa
di tahun 2020 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan harga
barang dan jasa tahun 2019.
"Hal ini
dipengaruhi oleh adanya kebijakan yang dapat mendorong biaya produksi dan
peningkatan biaya distribusi. Peningkatan biaya produksi tersebut antara lain
didorong oleh kenaikan iuran BPJS di awal tahun 2020, risiko kenaikan tarif
listrik, risiko kenaikan harga BBM dan LPG, risiko kenaikan tarif angkutan
online serta adanya kebijakan peningkatan UMP Lampung sebesar 8,51
persen," jelas Budiharto, pada acara Pertemuan Tahunan BI Provinsi Lampung
Tahun 2019, di kantor BI setempat, Kamis (5/12/2019).
Sementara dari
sisi biaya distribusi, kata dia, peningkatan tarif tol di Jawa serta
peningkatan tarif penyeberangan Merak-Bakauheni secara bertahap berisiko
meningkatkan ongkos angkut sehingga mempengaruhi harga barang yang berasal dari
Jawa.
Dan dari sisi
permintaan, risiko yang berasal dari kemungkinan terhambatnya penyaluran
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) harus diwaspadai. Terhambatnya BPNT berisiko
dapat menyebabkan masyarakat yang seharusnya menerima BPNT mencari barang
kebutuhan ke pasar, sehingga permintaan naik dan berpotensi untuk meningkatkan
harga pasar.
"Dengan
kondisi tersebut, diperkirakan bahwa inflasi Lampung pada tahun 2020 akan
berada dalam kisaran 3,0 sampai 3,1 persen dengan tendensi bias ke atas dibandingkan tahun
2019. Besarnya resiko inflasi di tahun 2020 masih dapat termitigasi dengan
memastikan kecukupan kondisi pasokan bahan pangan, khususnya beras yang masih
terjaga," katanya.
Karena itu
menurutnya, perlu optimalisasi peran lembaga penyangga stok daerah seperti
BULOG dan kegiatan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga, operasi pasar
cadangan beras pemerintah, penjualan mobile oleh BULOG dan Rumah Pangan Kita
maupun peningkatan pemanfaatan stok beras BULOG untuk BPNT perlu terus
dilaksanakan secara efektif untuk menjaga inflasi tetap stabil.
Juga, intensifikasi
pendampingan dan pelatihan penanganan komoditas hortikultura di musim penghujan
di awal tahun 2020 dan mitigasi ketersediaan pasokan holtikultura dengan
mempercepat luas tambah tanam komoditas yang memiliki demand tinggi dan
harganya sering bergejolak seperti cabai dan bawang, serta memastikan efisiensi
distribusi bibit, pupuk, pestisida dan alsintan lainnya harus dilakukan agar
masa tanam berjalan dengan lancar sehingga panen dapat terlaksana tepat waktu,
pasokan tetap terjaga dan harga stabil.
"Mitigasi
faktor musim melalui koordinasi BMKG
(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dengan Dinas terkait harus terus dilakukan
untuk menentukan masa tanam yang tepat sehingga pasokan bahan pangan tetap terjaga,"
tukasnya.
Berita Lainnya
-
Pemprov Lampung Minta Pemda Tingkatkan Kewaspadaan Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Minggu, 07 Desember 2025 -
Jelang Nataru, Pemerintah Terapkan Kebijakan Pembatasan Angkutan Barang Mulai 19 Desember
Minggu, 07 Desember 2025 -
Perkuat Pemahaman Ekonomi Mikro, FEB Universitas Teknokrat Indonesia Gelar Kuliah Umum
Minggu, 07 Desember 2025 -
Candrawansah: Kepemimpinan Baru PDI-P Berpotensi Kembalikan Dominasi Politik di Lampung
Minggu, 07 Desember 2025









