• Minggu, 06 Juli 2025

Bedah Novel ‘Purnama Retak’, Penulis Ajak Pembaca Lebih Peka Politik

Selasa, 17 Desember 2019 - 14.01 WIB
380

Sastrawan Lampung Isbedy Setiawan ZS saat menghadiri bedah novel ‘Purnama Retak’, di Amphietwaer PKOR, Wayhalim, Bandarlampung, Minggu (15/12/2019). Foto: Ist

Bandar Lampung - Bedah novel ‘Purnama Retak’ digelar di Amphietwaer PKOR, Wayhalim, Bandar Lampung, Minggu (15/12/2019). Sastrawan Lampung Isbedy Setiawan ZS turut hadir dalam acara tersebut.

Bedah novel karya Subhi ini digelar atas kerjasama beberapa komunitas sastra di Lampung. Sebelumnya, rangkaian roadshow bedah novel ini juga telah digelar di Kafe Basabasi Yogyakarta, beberapa waktu lalu.


Roman setebal  519 halaman tersebut bercerita tentang pergulatan pikiran pemuda bernama Salim yang tenggelam dalam gerakan aktivis di era reformasi. Dalam cerita tersebut, ia digambarkan sebagai anak manusia dan hamba Tuhan yang bergerak melawan penguasa dalam pergolakan politik tahun 1998. Langkah yang diambilnya membuat dirinya menjadi buronan penguasa. Salim akhirnya diliputi kecemasan luar biasa di dalam hidupnya.

Perubahan situasi yang begitu cepat dan tak tentu arah menciptakan renungan mendalam pada diri Salim. Hingga akhirnya ia terus mencari tahu kemana harus menyerahkan hal telah diperjuangkan.

Melalui tulisan ini, penulis Tri Subhi Abdillah ingin menyampaikan kepada para pembaca untuk juga merenungi segala aktivitas politik yang terjadi belakangan.

"Saya hendak mengajak sebanyak mungkin pembaca untuk merenungkan lagi segala aktivitas politik kita. Kritik, demonstrasi, pemilu, sikap dan semua tindak politik kita sebagai manusia; apakah benar rubuh-merubuhkan, tarung-mempertarungkan kekuasaan ialah inti dari perjuangan manusia," ungkapnya, Minggu (15/12/2019).

Sementara itu, Sastrawan Lampung Isbedy Stiawan ZS mengapresiasi alur cerita yang begitu kuat dalam novel Purnama Retak ini. Menurutnya, banyak nilai-nilai moral yang dapat dipetik dari novel roman tersebut.

"Tokoh utama mampu berdamai dengan dirinya sendiri, memutuskan untuk tidak membalas dendam dan mampu memaafkan musuhnya. Itu adalah sebuah pesan yang baik," ungkapnya.

Diketahui, acara ini juga diisi dengan penampilan musikalisasi puisi dan pembacaan prolog oleh roman Subhi Abdillah. (*)

Editor :