Wong Bejo
Bung Kupas - Hidup adalah sebuah perjalanan. Orang tua dulu bilang jika mau menjadi orang sukses maka harus sekolah setinggi mungkin. Karena kunci kesuksesan seseorang adalah pendidikan. Filosofi itu tertanam kuat dalam benak saya.
Seiring waktu berjalan, filosofi itu perlahan mulai pudar. Ada filosofi orang Jawa yang lebih relevan saat ini. Yakni "Wong pinter kalah karo wong bejo" atau orang pintar kalah dari orang beruntung.
Sebenarnya, kalimat bijak itu sudah dari dulu saya dengar. Namun belakangan makna itu semakin dalam terasa. Pikiran jadi melayang saat mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA hingga kuliah.
Karena kini, meraih nilai tinggi saat pendidikan ternyata bukan jaminan untuk menjadi orang sukses di kemudian hari. Sejumlah lulusan perguruan tinggi yang meraih nilai IPK tinggi, ternyata bukan jaminan akan menjadi orang yang berhasil di kemudian hari. Begitu pun sebaliknya.
Terbayang bagaimana rekan-rekan kuliah dulu yang biasa saja, tapi kini justru menjadi orang sukses baik di level legislatif, eksekutif dan yudikatif. Mereka yang dulu kuliah semaunya, justru kini menjadi orang yang berhasil.
Aku pun teringat dengan kesuksesan seorang Susi Pudjiastuti, yang hanya lulusan SMP. Susi membuktikan dengan pendidikan yang tidak terlalu tinggi, mampu menduduki kursi menteri dan seorang pengusaha yang sukses.
Aku pun teringat dengan seorang rekan satu alumni yang kini sukses menjadi legislator di Senayan. Masih teringat bagaimana rekan ini tidak peduli dengan kuliahnya, karena lebih banyak kesibukan di luar kampus. Tapi ternyata, kini ia sukses menjadi wakil rakyat di pusat. Hal itu terjadi, karena kedekatannya dengan seorang tokoh di Jakarta. Sampai akhirnya mengantarkan rekan ini menjadi orang yang beruntung.
Terkadang aku pun sering mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin orang yang hanya karena beruntung lebih tinggi derajatnya dari orang pintar? Lalu apa gunanya belajar keras agar menjadi pintar- atau setidaknya dianggap pintar? Jika ternyata kepintaran itu akan kalah oleh keberuntungan.
Tapi yakin lah, keberuntungan tidak datang begitu saja. Karena untuk menjadi beruntung, kita juga harus terlebih dahulu menjadi pintar. Karena seseorang yang menuju ke jalan keberuntungan, indikatornya pasti pendidikan. Dalam artian, pintar bisa menjadi jembatan untuk menjadi orang yang beruntung. (*)
Berita Lainnya
-
AICIS dan Keberanian Mendefinisikan Ulang Peran Agama, Oleh Prof. H. Wan Jamaluddin Z, Ph.D
Jumat, 02 Februari 2024 -
Konferensi Moderasi Beragama (Sebuah Asa Harmoni Lintas Benua), Oleh: Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag, Ph.D
Rabu, 20 Desember 2023 -
Lukman Hakim Saifuddin: Moderasi Beragama Cegah Ekstrimisme
Rabu, 13 Desember 2023 -
Pilih Calon Pemimpin Punya Track Record Baik, Oleh: Pemimpin Redaksi Kupas Tuntas Zainal Hidayat, S.H
Senin, 04 Desember 2023
Berita Lainnya
-
Jumat, 02 Februari 2024
AICIS dan Keberanian Mendefinisikan Ulang Peran Agama, Oleh Prof. H. Wan Jamaluddin Z, Ph.D
-
Rabu, 20 Desember 2023
Konferensi Moderasi Beragama (Sebuah Asa Harmoni Lintas Benua), Oleh: Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag, Ph.D
-
Rabu, 13 Desember 2023
Lukman Hakim Saifuddin: Moderasi Beragama Cegah Ekstrimisme
-
Senin, 04 Desember 2023
Pilih Calon Pemimpin Punya Track Record Baik, Oleh: Pemimpin Redaksi Kupas Tuntas Zainal Hidayat, S.H