Warga Keluhkan Bau Menyengat Limbah Rumah Sakit Graha Husada
Paralon pembuangan air RS Graha Husada yang mengalir ke sungai hingga kerap menebar bau menyengat bagi warga sekitar. Foto: Sri
Bandar Lampung - Warga yang tinggal di belakang Rumah Sakit Graha Husada Bandar Lampung, mengeluhkan bau menyengat diduga berasal dari limbah sisa infus dan obat-obatan.
Dayat, warga yang tinggal di belakang Rumah Sakit Graha Husada menuturkan setiap pagi mencium bau menyengat seperti sisa infus dan obat-obatan.
"Terutama kalau musim hujan, bau menyengat seperti bau infus dan obat-obatan sangat terasa. Kemudian air sumur juga bau obat-obatan," ungkapnya, baru-baru ini.
Menurutnya, bau infus yang menyengat itu berasal dari beberapa paralon yang langsung mengalir ke sungai yang ada di belakang rumah sakit tersebut.
"Dari paralon itu keluar busa-busa itu dan itu bau, kalau pagi saja sudah terasa sekali seperti bau infus ruangan gitu," ujarnya.
Ia mengaku, pernah melaporkan hal itu ke pihak rumah sakit, tapi baru bertemu dengan satpam. Saat itu satpam menyatakan harus melapor sama ikatan dokter yang ada di rumah sakit.
Sementara itu, Humas Rumah Sakit Graha Husada, Shanty saat dihubungi mengatakan hingga kini belum ada laporan masyarakat yang mengeluhkan adanya bau limbah rumah sakit.
"Selama ini belum ada laporan masyarakat yang mengeluhkan (bau limbah) infus. Dan kami juga terbuka jika ada masyarakat yang ingin komplain. Tetapi sejauh ini belum ada laporan dari masyarakat, dan nanti coba saya telusuri," ujarnya.
Ia berdalih, masyarakat mencium bau infus karena rumahnya dekat dengan rumah sakit. "Tetapi kita sesuai kok dengan prosedur, baik dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH)," imbuhnya.
Ia menerangkan, semua limbah rumah sakit harus dinetralkan dulu dan itu ada prosesnya. "Ya kita di sini kan tidak punya incinerator (alat penghancur limbah rumah sakit), jadi kita bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu dengan transporter PT Bioteknika. Kalau untuk pengolahnya di PT Wastek di Cilegon," kata dia.
Ia menambahkan, pengangkutan limbah biasanya dilakukan empat sampai lima hari sekali menggunakan mobil. "Namun jika dua atau tiga hari TPS sudah penuh, kita telepon pihak transporter untuk mengambilnya," paparnya.
Ia menambahkan, di bagian cleaning service juga sudah paham sampah-sampah tersebut dibuangnya ke mana. "Untuk sampah medis dibuangnya di TPS medis, dan sampah nonmedis dibuangnya ke TPS non medis," ujarnya. (*)
Berita Lainnya
-
Tekankan Kampus Berdampak, Kepala LLDIKTI Wilayah II Dorong UTI Perkuat Hilirisasi dan Pengabdian Masyarakat
Rabu, 17 Desember 2025 -
Naik Kelas, ITERA Resmi Sandang Akreditasi 'Baik Sekali' hingga 2030
Rabu, 17 Desember 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia Gelar Wisuda 2025, Tekankan Kampus Berdampak dan Daya Saing Global
Rabu, 17 Desember 2025 -
Realisasi Pajak DJP Bengkulu–Lampung 71,81 Persen di 2025, Kepala Kanwil: Target Penuh Sulit Tercapai
Rabu, 17 Desember 2025









