• Minggu, 11 Mei 2025

Digendong Sang Ibu, Agus Terpaksa Rasakan Pedihnya Perjuangan Orang Tua Pencari Barang Rongsok

Jumat, 31 Januari 2020 - 18.30 WIB
990

Pasangan suami istri beserta anak belianya bernama Agus Muhammad Nur menelusuri sudut-sudut desa mencari barang bekas (rongsok) sebagi sumber penghasilannya. Foto: Agus/kupastuntas.co

Lampung Timur - Mendung menyelimuti langit, gerimis kecil mulai berjatuhan, tepat di Jalan Desa Labuhanratu, Kecamatan Labuhanratu, melintas seorang pria sepuh, dengan mendorong sepeda yang terbebani barang bekas (rongsokan). Topi bersayap bulat melingkar, sudah tampak pudar menjadi pelindung kepala dengan rambutnya yang sudah memutih.

Dengan kaos oblong bergambar sepasang calon pejabat politik menutupi tubuh rentanya. Tangan kiri rapuhnya menggenggam erat setir sepeda, sementara tangan kanan memegang gundukan terpal berwarna coklat berisi barang bekas, terlihat botol bekas minuman instan berisi air tawar menggantung di sela-sela sepeda bututnya. Pijakan kaki tua itu dengan beralaskan sandal jepit menjadi penggerak sepeda usang.

Dibelakang sesosok perempuan sebayanya, mengikuti langkah pria pendorong sepeda itu, dengan wajah tampak letih tangan kiri menenteng karung putih berisi rongsokan, sementara seorang bocah laki-laki berumur 3 tahun berada di atas punggung perempuan sepuh yang terikat dengan selendang kumal.

Tampak raut wajah bocah yang masih polos itu seperti menikmati perjalanan trenyuh itu, sesekali tangan si kecil menggaruk kepalanya. Gerimis kecil tiba-tiba menjadi butiran air yang deras, sehingga pria dan perempuan beserta bocah itu meneduhkan diri di sebuah bengkel sepeda motor yang sengaja ditutup oleh pemiliknya.

Kebetulan, saat Kupastuntas.co berteduh di teras bengkel tersebut. Liman, pria berusia 60 tahun itu mengatakan, perempuan yang menggendong bocah tersebut merupakan istrinya bernama Sumini dan bocah laki laki berumur 3 tahun itu merupakan anaknya bernama Agus Muhammad Nur.

"Ya ini istri saya, dan ini anak kami, anak kami sebenarnya tiga, satu sudah meninggal, satu di adopsi oleh orang dan si Agus ini kami rawat sendiri," kata pria dengan gambaran matanya seperti teringat sesuatu.

Pasangan suami istri tersebut kesehariannya sebagai pemulung barang bekas terutama gelas plastik kemasan air mineral. Ironis bocah yang masih belia, rapuh dengan kondisi alam bebas, harus merasakan imbas perjuangan hidup orang tuanya. 

"Setiap hari anak ini, kami ajak, selalu dalam gendongan ibunya saat menelusuri jalan mencari rongsok," keluh Liman, sembari mengusap keringat di keningnya dengan ujung kaosnya.

Jangan kan membeli jajan untuk anaknya, penghasilan sebesar Rp 9 ribu perhari dari hasil rongsok dimanfaatkan untuk kebutuhan makan sehari-hari, bahkan Liman pun tidak pernah berfikir jauh tentang pendidikan anaknya kelak.

"Saya tidak berfikir mas, anak saya ini bisa sekolah atau tidak, kalau saya berfikir jauh ke sana, malah jadi nelongso," keluh Liman.

Liman pun mengaku, tidak mendapat bantuan apapun dari pemerintah melalui desa, bahkan dirinya yang tinggal di dalam rumah geribik ukuran kecil di atas lahan tumpangan tidak pernah tau jenis bantuan apa yang ada di desa. 

"Bantuan apa, saya tidak pernah ngerti dan tidak pernah menerima," ujar pria sepuh sambil sedikit tersenyum.

Kedua pasangan suami istri tersebut, yang tinggal di Desa Labuhanratu, Kecamatan Labuhanratu, beranjak bangkit dari duduknya setelah hujan ringan mengguyur, dan  melanjutkan perjuangan hidupnya. (*)

Editor :