• Rabu, 24 April 2024

Mengenang Gempa Liwa 26 Tahun Silam, Warga Gelar Doa Bersama di Monumen dan Makam Terbengkalai

Minggu, 16 Februari 2020 - 18.10 WIB
1.5k

Bikers Subuhan Lampung Barat menggelar ziarah kubur ke pemakaman massal korban gempa Liwa, Minggu (16/2/2020).Foto:Satoris

Lampung Barat-Tepat 26 tahun silam atau tepatnya tanggal 16 Februari 1994, Kota Liwa Lampung Barat luluh lantak oleh gempa bumi berkekuatan 6,5 skala righter (SR).

 

Gempa bumi tidak hanya menimbulkan kerugian materi, tetapi telah merenggut 207 jiwa mulai dari dewasa hingga anak-anak dalam bencana dengan titik terparah Kelurahan Pasar Liwa Kecamatan Balikbukit kala itu.


Para korban jiwa dimakamkan di satu tempat, berdekatan dengan lokasi pemandian massal, yang juga tidak jauh dari RSUD Alimuddin Umar. Sayangnya, monumen itu kini kondisinya tidak terawat, begitu juga dengan komplek pemakaman massal.

Dari pantuan, monumen ini seakan tidak diurus, banyak rumput liar yang nyari menutupi monumen dan kuburan masal tersebut.

 

Tak ingin melupakan sejarah, Bikers Subuhan Lampung Barat, usai melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid Kegeringan Batubrak, Minggu (17/2/2020) melanjutkan ziarah kubur ke pemakaman massal korban gempa Liwa.

 

Di monumet gempa Liwa itu para bikers subuhan memanjatkan doa untuk korban gempa Liwa 94 yang di imami oleh ustadz Gufron.


Ustadz Gupron salah seorang peserta ziarah mengaku saat terjadi gempa Liwa beliau masih kelas 6 SD, gempa saat itu menurutnya sangat dahsyat.

 

 

Terpisah, warga kelurahan Way mengaku selaku saksi sejarah, Kemala Suri mengatakan, bahwa korban bencana alam 1994 yang dimakamkan secara massal karena saat peristiwa terjadi masyarakat tidak sempat untuk berbuat apa - apa, atas persetujuan dari keluarga korban pemerintah mengambil langkah inisiatip untuk makamkan secara massal.

"Dimakamkan secara massal karena masing masing keluarga korban saat itu tidak memiliki waktu banyak untuk melakukan pemakaman, karena harus menyelamatkan korban lain yang mengalami luka dan patah tulang karena tertimpa bangunan," terang Kemala dengan nada haru.

 

Dijelaskan Kemala, sebelum dilaksanakan proses pemakaman secara massal korban juga dimandikan secara massal oleh petugas ditaman yang berjarak 500 meter dari monumen gempa.

"Sebelum dimakamkamkan korban meninggal dunia dimandikan dan dikafani dulu oleh petugas ditaman Ham Tebiu yang sekarang telah ditata apik dan banyak pengunjungnya itu," jelas Kemala.(*)

Editor :