• Jumat, 26 September 2025

Penggunaan Internet Meningkat di Masa Pandemi, Berpotensi Memperluas Penyebaran Radikalisme dan Terorisme

Selasa, 09 Juni 2020 - 18.34 WIB
231

FKPT Provinsi Lampung saat menggelar diskusi di Studio Podcast Kupas Tuntas. Foto: Tampan/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung menggelar diskusi di Studio Podcast Kupas Tuntas, membahas seputar program pencegahan radikalisme selama pandemi covid-19 dan di masa new normal.

Diskusi ini dihadiri oleh Kabid Agama, Sosial dan Budaya FKPT Lampung, Wasril Purnawan, Kabid Pemuda dan Pendidikan, Isbedi Stiawan, dan Kabid Penelitian Novi Asih Muharam. Diskusi ini dipandu oleh Dirut Kupas Tuntas, Donald Harris Sihotang yang juga Kabid Media, Hukum dan Humas FKPT Lampung. 

Kabid Agama, Sosial dan Budaya FKPT Lampung, Wasril Purnawan mengatakan, saat ini penggunaan internet meningkat drastis. Karena berbagai kegiatan masyarakat sudah mengarah dengan sistem online, termasuk melakukan pertemuan melalui video virtual. Namun hal ini menurut Wasril juga perlu diwaspadai, karena saat ini penyebaran paham-paham radikalisme justru marak melalui jaringan internet. 

"Penggunaan internet yang meningkat ini juga ada potensi sebenarnya, dengan adanya kemudahan dan tidak ada biaya, maka kelompok-kelompok bisa mengkampanyekan ideologi mereka dari situ. Maka masyarakat kita mengjak untuk berhati-hati,” kata Wasril, Senin (8/6/2020). 

Wasril mencontohkan aspek agama yang mucul di masa pandemi, ada narasi-narasi agama yang berkembang di sosial media bahwa pemerintah melarang umat beribadah. Padahal itu dilakukan tujuannya untuk menjaga agar penyebaran virus corona bisa dihentikan dan menurunkan jumlah yang sudah terjangkit. 

"Kita tahu semua sektor terdampak covid, termasuk juga kaitan perilaku ibadah. Pembatasan ini semua tentu sudah dihitung untuk meminimalkan risiko agar tidak terkena covid. Tetapi niat baik itu bisa saja dipelintir oleh pihak tertentu. Kalau niatnya untuk menimbulkan chaos, ini yang bahaya,” kata Wasril yang juga Plt Kakanwil Kemenag Provinsi Lampung.

Maka aspek agama ini juga sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat agar mereka bisa lebih bijak dalam memahami situasi yang sedang terjadi. Sehingga tidak mudah terprovokasi oleh narasi-narasi yang sengaja diciptakan untuk memecah belah bangsa. 

"Misalnya aturan pembatasan itu dibuat dan dianggap merugikan agama, tetapi tidak melihat dengan perspektif lain bahwa ada kepentingan yang lebih besar yang harus dilindungi, yaitu keselamatan masyarakat. Kalau tidak ada kontra narasi, dan tidak dibangun narasi yang mencerahkan tentu akan menjadi persoalan. Maka perlu ada tindakan prefentif, termasuk dari para penyuluh-penyuluh agama,” tandasnya. 

Hal senada disampaikan Donald Harris Sihotang. Menurutnya aksi terorisme tidak hanya bicara soal aksi pembunuhan atau pengeboman. Tapi jika ada pihak yang sengaja membuat narasi-narasi yang menimbulkan ketakutan dan kekacauan di masyarakat, itu juga disebut terorisme. 

"Di masa covid ini banyak narasi yang menyudutkan pemerintah, misalnya dengan tuduhan pasar bisa buka, kenapa rumah ibadah ditutup. Itu kan bagian dari upaya menakut-nakuti juga. Hal-hal seperti ini yang harus diantisipasi,” ujar Donald. 

Menurut Donald, progam pencegahan terorisme di tiap bidang FKPT sebenarnya sudah disiapkan sejak kepengurusan FKPT Lampung yang baru dilantik pada Februari 2020 lalu. Namun sebagian program itu belum bisa terlaksana lantaran kebijakan pemerintah yang melakukan pembatasan sosial. 

Donald selaku Kabid Media FKPT mengatakan, awalnya sudah menjadwalkan kegiatan tentang pencegahan terorisme di bulan April 2020 dengan menggandeng berbagai pihak, terutama TNI, Polri, Humas Pemda dari 15 Kabupaten/Kota dan juga insan media. Namun agenda itu batal karena adanya pandemi covid-19. 

"Saat ini banyak yang menebar teror dengan narasi yang menakut-nakuti. Maka kita sudah mengundang berbagai institusi termasuk organisasi kemasyrakatan untuk memberikan edukasi mendeteksi potensi radikalisme dan membangun narasi optimisme. Di samping itu juga kita adakan kegiatan lomba menulis bagi wartawan,” ujarnya. 

Kabid Pemuda dan Pendidikan, Isbedi Stiawan mengatakan dalam mencegah radikalisme sangat penting mengedepankan kultur budaya dan kearifan lokal. Menurutnya, masuknya berbagai paham radikal itu terutama di kalangan anak muda dan remaja karena budaya lokal yang semakin terkikis. 

"Saat ini kita lihat kegiatan budaya sudah semakin berkurang. Bahkan kalau ada yang diadakan oleh pemda-pemda mungkin hanya sebatas untuk penyerapan anggaran, dan acaranya juga seperti copy-paste. Menurut saya peningkatan budaya dan kearifan lokal ini juga sangat penting untuk dihidupkan,” kata dia.  

Sementara Kabid Penelitian, Novi Asih Muharam yang juga sebagai Dosen di Universitas Muhamadiyah Lampung ini menatakan, para pemuda khususnya mahasiswa juga harus dibekali prinsip saling menghargai. Sehingga tidak mudah disusupi pengaruh paham radikal yang tidak setuju dengan prinsip keberagaman. 

"Saya setuju, mahasiswa itu harus dilibatkan langsung untuk mengerti apa radikalisme dan bagaimana menghargai perbedaan itu. Contohnya saya dosen di Muhamadiyah padahal saya sendiri bukan orang Muhamadiyah, tetapi kami saling menghargai tidak ada intimidasi atau dan membenci karena beda ajaran. Makanya sangat penting untuk melibatkan langsung para pemuda agar tidak mudah terpapar paham radikalisme,” pungkasnya. (*)