Pertumbuhan Ekonomi Anjlok, Wagub Lampung Nunik Ajak Masyarakat Bangkitkan Perekonomian

Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim, saat berdialog interaktif di Studio Podcast Kupas Tuntas, Selasa (09/06/2020). Foto: Sule/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Adanya Pandemi Covid-19 di Indonesia, sangat berdampak bagi sektor perekonomian, begitu juga yang terjadi di Provinsi Lampung. Tutupnya beberapa sektor kegiatan, membuat pertumbuhan ekonomi di Provinsi lampung mengalami penurunan.
Hal tersebut, diungkapkan oleh Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim saat berdialog interaktif pada Kupas Podcast bersama Direktur Utama Kupas Tuntas, Donal Harris Sihotang, di Studio Podcast Kupas Tuntas, Selasa (09/06/2020).
Menurut Nunik (Sapaan Akrab Chusnunia Chalim), turunnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung memang sangat terasa. Grafik pertumbuhan ekonomi, triwulan pertama terpuruk. Karena menurutnya sektor utama di Provinsi Lampung adalah pertanian, dengan mengasilkan logistik yang seharusnya dapat dikirim ke luar daerah seperti Jawa, Palembang, dan beberapa wilayah lain, tetapi terhambat akibat adanya Covid-19 ini.
"Seperti sektor pertani, yang biasa mengirim logistik ke luar daerah Lampung sedikit terhambat. Kemudian Cafe, restoran dan ditutupnya acara resepsi pernikahan misalnya, sekarang sudah tidak lagi beroperasi. Tentu ini sangat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.
Kemudian, lanjut Nunik, beberapa barang mengalami penurunan harga, misalnya harga cabe Rp2,500 per kilo tadinya harga Cabe Rp55 ribu sampai Rp75 ribu. Kemudian padi, harga gabah dari petani itu sebesar Rp5.500 sekarang Rp3.500.
"Gubernur Lampung Lampung langsung berkoordinasi dengan ketahanan pangan, dan bantuan anggaran untuk hal tersebut. Kita dorong Bulog penyerapan maksimal. Tetapi kita perhatikan juga negara-begara tutup ekspor. Saat ini Kita menghadapi musim hujan dan bentar lagi kemarau. Maka sebisa mungkin kita tahan, walaupun sekarang masih panen raya," lanjutnya
Selain itu, Nunik juga menerangkan, seharusnya lebaran biasanya pertumbuhan tinggi, sehingga semua petani tanam, meskipun timun Rp500 per kilo, normalnya Rp4.500. Semangka Rp2.500 pe rkilo, sayuran seperi terong dan kacang panjang Rp1.500 di level petani, padahal normalnya di atas harga tersebut.
"Hal seperti itu kita tidak bisa menyerap semua. Maka Kita dorong untuk bergerak bersama, di Covid ini kepeduliannnya lebih. Mungkin ini karena musuh bersama yakni Covid-19. Jadi Kita lebih membeikan imbauan ke masyarakat, untuk membeli dengan harga normal," pungkasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Account Officer Bank Pemerintah di Teluk Betung Jadi Tersangka Korupsi Pemberian Kredit, Rugikan Negara Rp2 Miliar
Selasa, 16 September 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia Gagas Program Teknologi Digital Smart Cow Farming untuk Pemberdayaan Peternak
Selasa, 16 September 2025 -
Mahasiswa FEBI UIN RIL Raih Juara Business Plan Nasional
Selasa, 16 September 2025 -
RSUD Abdul Moeloek Siapkan Transformasi Menuju Layanan Kesehatan Kelas Dunia
Selasa, 16 September 2025