• Jumat, 26 April 2024

Faktor Penyebab Kepunahan Mentok Rimba di Taman Nasional Way Kambas

Rabu, 29 Juli 2020 - 16.21 WIB
496

Tiga ekor Mentok Rimba, sedang berenang di sebuah rawa di Seksi I, Hutan TNWK. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) menjadi surga hutan lindung bagi ratusan spicies unggas, diantaranya jenis unggas mentok rimba atau Asarcornis Scutulata yang saat ini tinggal 48 ekor.

Menurut keterangan Humas Balai TNWK, Sukatmoko, banyak faktor yang menyebabkan kepunahan mentok rimba tersebut. Selain dari perburuan manusia, juga menjadi mangsa hewan predator lain, seperti Buaya, Ular, Biawak, Elang dan predator lainnya.

Bahkan populasinya sempat menjadi populasi terbesar diantara negara negara lain dengan jumlah 200-an ekor sebelum tahun 2000 silam, pada 2001 terdata 75 ekor dan saat ini tinggal 48 ekor. "Artinya kepunahan mentok rimba sudah ada di depan mata," ujar Sukatmoko, Rabu (29/7/2020)

Baca juga : Keberadaan Mentok Rimba di Taman Nasional Way Kambas Terancam Punah

Selain itu sifat migrasi mentok rimba juga menjadi penyebabnya. Sebab jika unggas tersebut keluar hutan dan berkeliaran di area pertanian, pasti manusia yang mengetahui melakukan penangkapan. "Tidak menutup kemungkinan 10 tahun ke depan jika tidak ada penanganan yang maksimal, dipastikan mentok rimba akan lenyap dari Hutan TNWK," terangnya.

Lokasi Seksi I dan III merupakan wilayah utama bagi sekelompok mentok rimba tersebut, karena dua lokasi itu banyak terdapat rawa-rawa. Mentok tersebut memiliki kebiasaan bertelur di atas pohon yang menjulang tinggi, guna menghindari dari predator.

Baca juga : Hebat, 300 Spesies Burung di Hutan TNWK Mampu Dikenali Hariyono Hanya Lewat Kicauan

Menurut salah satu pengamat unggas jenis burung di Hutan TNWK, Hariyono, dari 300 jenis burung, satu burung jenis cucak rawa dipastikan sudah punah, dasar yang menguatkan yakni selama 10 tahun melakukan pengamatan, dirinya tidak menemui burung cucak rawa, baik secara fisik atau suara. "Cucak rawa merupakan jenis burung yang tipenya suka berkicau. Jika masih ada saya pasti mendengar kicauannya," terang Hariyono.

Hariyono selain pengamat unggas jenis burung di Hutan TNWK, sekaligus pemandu wisatawan khusus untuk mengamati burung yang bisa menghafal 300 jenis burung melalui suara. (*)