• Jumat, 26 April 2024

Erin Korban Kekejaman Pemburu, Kehidupan Erin Meninggalkan Luka Seumur Hidup

Sabtu, 15 Agustus 2020 - 16.40 WIB
229

Wiyono berinteraksi dengan lembut, saat merawat Gajah TNWK yang belalainya putus akibat ulah pemburu. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - 'Erin...Erin..Erin..' Suara itu keluar dari mulut pria bertubuh sedikit gendut bernama Wiyono. Tiba-tiba seekor Gajah betina keluar dari sela pepohonan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dengan kaki depan dibelenggu rantai yang dilonggarkan, sedikit menyulitkan langkah gajah tersebut.

Setelah mendekat, belalai Erin seolah seperti tangan anak yang manja dengan orang tuanya dan mencoba meraih buah pisang yang dipegang oleh Wiyono.

Wiyono dan gajah mungil usia 6 tahun itu terlihat seperti menjalin hubungan emosional yang sangat dekat.

Wiyono sedikit memainkan buah pisang di genggaman tangan kanannya, sementara binatang berbelalai itu mencoba merebutnya. Tawa kecil dari pria perut buncit itu seolah sedang berkomunikasi lucu dengan Erin, tiupan angin seolah mengajak bercanda.

Baca juga : Tujuh Hari Dirawat, Kondisi Gajah TNWK Belum Membaik

Naas, dibalik keceriaan Erin tersimpan cerita kelam nan menyakitkan. Erin tidak bisa hidup normal seperti gajah lain, sebab organ fisik gajah betina itu mengalami cacat permanen, belalainya terpotong 30 cm, akibat kejamnya pemburu.

Akibat belalai buntung, Erin kesulitan mengait rumput. Sesekali kepalanya harus merendah ke tanah untuk memudahkan memasukan rumput ke dalam mulutnya.

Pada dasarnya gajah memiliki naluri mandi lumpur disaat merasa suhu tubuhnya panas. Hal itu susah dilakukan Erin, sebab belalainya tidak sempurna menyedot air berlumpur.

Di tengah teriknya matahari, Wiyono berteduh di sebuah pohon Sono Keling sambil mengawasi Erin. Lambat laun gajah tersebut mengayunkan kakinya berjalan menjauh dan hilang dari pandangan karena tertutup pepohonan.

Wiyono bercerita, pada tahun 2017 Erin awalnya adalah seekor gajah liar yang ditemukan oleh anggota Polisi Hutan dalam kondisi sekarat. Belalainya mengalami luka potong akibat jerat jenis seling (kawat besi). Ujung belalainya membusuk hingga menjadi sarang ulat. Sekujur tubuh gajah malang itu mengalami luka-luka. Tubuhnya kurus kering, hanya 300 kg. Berjalan tegakpun ia tak mampu.

"Pokoknya kasian, semua yang melihat merasa miris waktu itu," cerita Wiyono saat ditemui di Hutan TNWK, Jumat (14/8/2020).

Baca juga : Donor Darah Hari Pramuka ke-59 di Desa Rajabasa Lama II Lamtim Kumpulkan 74 Kantong

Bahkan setelah dievakuasi dan dirawat secara medis, tidak satupun pawang gajah yang ingin merawatnya. Mungkin merasa tidak sanggup bercampur tidak tega melihat kondisinya.

"Akhirnya pimpinan Balai TNWK memerintahkan saya. Saya pun menyetujui tantangan berat itu," Lanjut Wiyono dengan raut wajah sedih.

Sejak 1996 silam, pria paruh baya itu sudah merawat tujuh ekor gajah dan yang paling sulit adalah merawat Erin. Sebab, Erin merupakan gajah yang terlahir dari indukan liar di Hutan TNWK, tentu tabiatnya berbeda dengan gajah yang terlahir dari indukan yang sudah jinak, terutama dalam hal adaptasi dengan manusia, kendaraan bermesin dan sebagaianya, menjadi tantangan besar bagi Wiyono. Sebab pada awalnya Erin benar-benar tak mampu makan.

"Ujung belalai itu diibaratkan seperti jari manusia yang bisa menjepit benda dan sebagai indra peraba," lanjut Wiyono.

Solusinya, setiap waktu tertentu Wiyono harus telaten menyuapi dan menyiramkan lumpur pada tubuh Erin. "Manfaat lumpur itu untuk mengantisipasi penyakit Gondong pada Gajah," tutur Wiyono.

Usaha tidak pernah menghianati hasil

Tiga tahun berlalu, semua berangsur membaik. Tubuh mungil itu, kini sudah menjelma menjadi 550 kg. Insting liar tak lagi dimiliki, menghafal suara pengasuhpun ia mampu. Terlebih mengikuti instruksi pengasuhnya, seperti duduk, mengangkat kaki dan membuka mulut.

Waktu semakin senja, jam pada layar handphone sudah menunjukan pukul 16.30 WIB. Wiyono dengan keras memanggil 'Erin..Erin..', dalam hitungan menit binatang bertubuh tambun itu mendekati pengasuhnya. Lalu Wiyono melepas belenggu rantai pada kakinya agar Erin bisa berjalan lebih lincah, setelah Wiyono menaiki sepeda motor melewati jalan setapak menuju kandang, dari belakang Erin setia mengikuti. (*)