• Rabu, 24 April 2024

Sinta, Gadis Disabilitas Pelukis Wajah Mantan Walikota Metro

Minggu, 09 Mei 2021 - 12.29 WIB
800

Sinta Meliyana penyandang disabilitas Cerebral Palsy saat melukis wajah dengan media benang melalui metode String Art. Foto: Arby/Kupastuntas.co

METRO, Kupastuntas.co - Sorot mata yang tajam berfokus pada untaian benang hitam, mulutnya dibalut masker serta jari-jemarinya menari mengaitkan satu-persatu benang ke paku. Keduanya tangannya bergetar, dan hanya beraktivitas dengan duduk dilantai beralas tikar.

Meski ia tak sempurna namun bagi mereka sangat istimewa, dialah Sinta Meliyana. Seorang gadis 22 tahun penyandang disabilitas Cerebral Palsy atau CP yang mampu melukis wajah mantan Walikota Metro Achmad Pairin dengan seuntai benang hitam. 

Putri dari pasangan suami istri (Pasutri) Sumali dan Suharni itu kini menjadi salah satu anak istimewa yang mampu mengaplikasikan pola wajah dengan String Art. String Art sendiri merupakan kesenian unik yang terbuat dari susunan paku dan benang untuk membentuk sebuah pola gambar atau tulisan di atas sebuah papan kayu. Di Indonesia, kesenian ini dipopulerkan pertama kali oleh Erwin Setyawan Ibrahim di tahun 2011.

Kini jejak Erwin Setyawan Ibrahim tersebut diikuti banyak anak istimewa di Indonesia, salah satunya ialah Sinta. Suaranya yang samar saat berbicara tak menyurutkan niatnya menyampaikan pesan kepada seluruh anak istimewa di Nusantara.

"Saya tertarik dengan kerajinan ini, karya pertama saya adalah wajah bapak Pairin yang dapat saya selesaikan selama empat hari," ucapnya kepada Kupas Tuntas meski terbata-bata, Minggu (9/5/2021).

Sinta yang kini hanya tinggal bersama Mbah Samirah, sang nenek yang merawatnya sedari kecil. Mereka tinggal dalam sebuah rumah di Jalan Rambutan Kelurahan Mulyojati 16c, Kecamatan Metro Barat.

Meski hanya tamat sekolah dasar, berkat hobinya membaca ia mampu menganalisa huruf dan angka. Sehingga, pola-pola dalam mengerjakan String Art nya dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat.

"Saya suka prosesnya dan tidak sulit dipelajari. Saya baru seminggu belajar langsung bisa," kata dia sembari menyelesaikan lukisan benang tokoh Metro lainnya.

Mbah Samirah menceritakan, keseharian cucunya tersebut hanya dirumah saja dengan ditemani tayangan di televisi. Sejak lahir hingga dewasa, Sinta diasuh oleh sang nenek.

"Tidak ada kesulitan dalam merawat Sinta, kalau kesehariannya dia hanya duduk lihat TV saja. Saya yang merawatnya sendiri, dia cuma lulus SD saja. Tadinya mau sekolah lagi tapi saya tidak bisa mengantarkan karena Sinta kan tidak bisa jalan," kata Nenek Sinta.

Dari String Art itu, Samirah berharap cucunya dapat kembali sekolah. Agar, pengetahuan baru untuk melanjutkan kehidupan dapat dipelajarinya, sehingga ketika menyajikan karya dapat bermanfaat bagi umat.

"Saya pengen Sinta bisa sekolah lagi, saya sangat bersyukur sekali jika ada yang mau membantu menyekolahkan Sinta. Harapan saya, yang dikerjakan Sinta saat ini dapat bermanfaat dan karyanya dapat dikenang banyak orang," harapnya.

Pegiat String Art yang juga guru bagi Sinta menceritakan pola dalam mengedukasi anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, anak disabilitas perlu perlakuan spesial.



"Tapi semua itu tergantung dari mentor, dan orang tua yang mensupport. Ketika nanti tangannya bergetar untuk mengaitkan benang dari paku ke paku, itulah yang dirasakan berat. Tapi Sinta dalam waktu satu minggu merajut dengan menggunakan benang dan hasil karyanya luar biasa. Untuk saat ini Sinta merajut karya yang kedua, karya pertamanya berhasil dia selesaikan selama empat hari," ucap pria yang akrab disapa Mbah Surip tersebut.

Mbah Surip juga menilai, dikalangan anak disabilitas, Sinta masuk rekor tercepat merajut dengan benang. Sinta dinilai konsisten dalam menyelesaikan tanggungjawabnya dalam merajut dari hari - kehari.

Dalam lingkaran keluarga disabilitas berkarya (Kedib), terdapat enam anak spesial di Metro yang diajarkan melukis dengan benang. Mereka masing-masing melukis wajah tokoh Kota setempat yang dianggap berpengaruh besar terhadap keberlangsungan komunitas disabilitas.

"Jadi ada sejarahnya maka karya String Art kali ini melukis wajah-wajah tokoh di Kota Metro. Dan ini khusus wajah tokoh yang kita nilai sangat perduli terhadap anak disabilitas. Mulai dari bapak Moses Herman mantan walikota Metro pertama, kemudain bapak Lukman Hakim, bapak Saleh Chandra, bapak Achmad Pairin, bapak Djohan, ibu Anna Morinda, ibu Yunita Virya, dan bapak Achmad Chrisna Putra," bebernya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Disabilitas Kota Metro Yunita Virya mengaku, menemukan Sinta saat kunjungan dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan data anak disabilitas.

"Dimana saja anak disabilitas yang belum tersentuh dan Sinta merupakan anak disabilitas yang hanya dirumah saja tanpa pelatihan apapun. Dia hanya lulusan SLB di tingkat SD, dan dari sana kami yakin Sinta masih bisa berkarya. Maka kami ajak ke Andate music untuk ikut berkarya di seni lukis benang," kisahnya.

Yunita melihat, semangat Sinta dalam menyelesaikan tanggungjawabnya menjadi motivasi bagi anak disabilitas lainnya. Terkait hal itu pula, Yunita berharap Pemerintah Kota setempat hadir mengambil perannya dalam memberikan perhatian kepada kaum disabilitas.

"Sampai dengan saat ini belum ada dorongan maupun perhatian pemerintah Kota Metro untuk mensupport kegiatan anak-anak disabilitas. Mudah-mudahan karya ini dapat kita bawa ke pemerintahan dan semoga mereka mau membantu meneruskan pondasi yang telah dibangun, minimal anak-anak disabilitas yang sudah dewasa seperti Sinta karyanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini merupakan momentum bagi pemerintah kota Metro dalam mengambil perannya untuk memfasilitasi karya anak-anak disabilitas," tandasnya. (*)

Editor :