Mengenal Lebih Dekat Danlanal Lampung Kolonel Laut (P) Nuryadi (Bagian 2) Tangkap Anggota Fretilin Hingga Diserang OPM

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Lampung, Kolonel (P) Nuryadi.
Bandar Lampung, Kupastuntas.co - Setelah dilantik menjadi anggota TNI, harus siap bertugas di mana saja, kapan saja. Itu sudah menjadi bagian dari janji para Taruna saat lulus dari AKABRI. Hal itu dirasakan oleh Kolonel Nuryadi. Ia menjalani berbagai penugasan di wilayah di Nusantara, termasuk di daerah konflik.
Usai lulus pendidikan tahun 1988, Nuryadi menjadi perwira bidang pemetaan di Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal).
Ia lalu bertugas melakukan pemetaan dan mengukur perbatasan wilayah konflik Timor Timur (sekarang Timor Leste). Saat itu ia bertugas di pulau kecil bernama Pulau Yaku, yang berada di arah paling Timur di wilayah tersebut.
Suatu hari saat melakukan pengukuran, ia melihat dua orang menggunakan perahu datang ke pulau tersebut. Awalnya tidak ada curiga, namun saat itu, dari radio (alat komunikasi sesama TNI) menyatakan bahwa ada 6 orang pasukan fretilin yang sedang diburu TNI AD (pasukan Rajawali).
Nuryadi dan anggotanya menangkap keduanya untuk diinterogasi. Keduanya awalnya tidak mengaku, namun akhirnya terungkap bahwa keduanya adalah kelompok fretilin yang sedang dikejar TNI AD.
“Mereka itu sengaja membuang senjata ke laut biar nggak ketahuan. Ternyata dua orang ini adalah penyusup ke tempat saya,” ujar dia.
Dari perahu itu, Nuryadi menemukan roti gabin yang merupakan makanan ransum TNI. Nuryadi lalu mengontak satuan Rajawali untuk memastikan apakah kedua orang ini adalah yang dimaksud dalam sasaran. Dan ternyata pihak TNI AD membenarkan bahwa keduanya merupakan target operasi dan langsung dilakukan penjemputan.
“Setelah saya tangkap, keduanya saya serahkan sama TNI AD. Tapi besoknya yang muncul di berita ‘pasukan Rajawali menangkap fretilin’. Padahal sebenarnya yang menangkap saya. Ya tapi tak apalah, haha,” kata Nuryadi sambil tertawa mengenang masa itu.
Cerita lainnya di wilayah konflik adalah saat bertugas di Irian Jaya (Papua), saat ini Papua. Nuryadi melakukan tugas pemetaan di perbatasan antara Port Moresby dan Merauke yang termasuk daerah rawan. Saat itu, ia diturunkan dari Heli dan dikawal pasukan Brimob dan Pasukan Khusus AD.
Selama bertugas 2 minggu di lokasi itu, suatu kali ada kakek dan nenek yang datang ke pos penjagaan. Mereka datang untuk minta tolong dan berkata bahwa ada anggota keluarga mereka yang ditangkap oleh pihak gerombolan di wilayah hutan.
Namun Nuryadi curiga bahwa mereka ini adalah suruhan para pemberontak dan sengaja memancing agar anggota Brimob dan TNI AD masuk jebakan. Jika diserang ke lokasi, bisa jadi para OPM sudah stand by dengan senjatanya. Nuryadi pun berpesan kepada Brimob dan AD agar jangan melakukan pengejaran.
“Saya kasih tahu supaya jangan dilayani. Biar saja kita kasih makan yang dua orang ini, tapi yang lain jangan kejar (ke hutan). Karena kan mereka (pemberontak) itu sudah tahu medan dan lokasi di situ. Dan begitu malam, ya terbukti, gerombolan itu serang pos kita,” kata dia.
Pasukan pemberontak melakukan serangan ke pos tersebut. Beruntung, saat itu Nuryadi sedang berada di laut dan basecamp kosong.
“Akhirnya saya bilang, kalau saya tidur di pos pada malam itu, mungkin leher saya bisa hilang. Padahal saya kan bukan pasukan tempur pasukan elit, saya bagian pemetaan. Ini semua tentu karena ada yang melindungi saya,” ujarnya. (*)
Berita Lainnya
-
Perluas Akses Pendidikan Tinggi di Lampung, Universitas Saburai Promosi PMB ke Pemkab Mesuji
Rabu, 14 Mei 2025 -
Tumpahan Solar di Jalan Curam Sukadanaham Sebabkab Enam Pengendara Motor Terjatuh
Rabu, 14 Mei 2025 -
Dinas PU dan Disperkim Bandar Lampung Siap Tinjau Pembangunan Navara City Park Terkait Isu Banjir Sukabumi
Rabu, 14 Mei 2025 -
142.551 Kendaraan Melintas di Jalan Tol Ruas Bakter Selama Libur Waisak
Rabu, 14 Mei 2025