• Jumat, 27 Juni 2025

Temui Kendala Saat Vaksin Penyandang Disabilitas, dr. Ayu: Komunikasi Kuncinya

Selasa, 24 Agustus 2021 - 18.17 WIB
125

Dokter umum Puskesmas Korpri, dr. Ayu, saat dimintai keterangan. Foto: Gamel/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Vaksinasi tahap satu bagi penyandang disabilitas telah dilaksanakan di gedung Yayasan Citra Baru, Sukarame, Bandar Lampung, Selasa (24/8/21) mulai pukul 15.00 WIB.

Program itu berjalan dengan lancar. Akan tetapi, terdapat dua kendala yang sempat dihadapi oleh pihak tenaga kesehatan (Nakes) yang bertugas memberikan vaksinasi bagi para disabilitas,  yaitu saat proses screening atau pendataan dan saat pemberian vaksin.

dr. Ayu selaku dokter umum Puskesmas Korpri yang bertugas di lokasi mengatakan, ketika proses pendataan atau screen penyandang tuna rungu, dirinya kesulitan dalam berkomunikasi, oleh karenanya dibutuhkan pendamping disabilitas untuk memudahkan dalam proses pendataan.

"Kendala yang ditemui bagian screening sendiri ada beberapa pasien yang terkendala komunikasi bagi penyandang (tuna rungu). Jadi banyak butuh penerjemah kalau tidak didampingi saat proses screening. Tapi kalau tuna rungu gak ada pendamping disabilitas tapi bisa baca, kami bisa tunjukkan pertanyaan lewat komputer kepada mereka sebagai solusinya," ujarnya, Selasa (24/8/21).

Ia menerangkan, kendala yang lebih sulit ditemui oleh tim yang bertugas memberikan vaksinasi atau bagain vaksinator, dimana beberapa pasien ada yang sempat melawan dan mengamuk saat hendak disuntikan vaksin.

"Pasien ngamuk ada sekitar 3 orang. Itu semua dari penyandang autis, saat hendak disuntik ngamuk. Bahkan keluarga sendiri yang membujuk tidak mempan, hingga aparat harus turun tangan membantu," lanjutnya.

Pasien tersebut pun harus dipindahkan ke ruang lain oleh para Nakes dan aparat di sana agar program vaksinasi tetap berjalan lancar.

"Kebanyakan autis yang kurang kondusif saat melakukan vaksinasi. Sampai harus dipegang agar bisa disuntik vaksin," terangnya.

Berbeda dengan pasien penyandang autis, pasien downsyndrom justru mau dibujuk untuk divaksinasi meskipun awalnya juga sempat menolak, namun lama-kelamaan luluh dan mau mengikuti vaksinasi.

Mengatasi hal itu, dr. Ayu pun menekankan solusi pada komunikasi sebagai senjata jitu untuk bisa mengatasi permasalan tersebut.

"Komunikasi kuncinya. Kita gak maksa, kita mengakrabkan diri, seramah mungkin, gak mendiskriminasi mereka. kita fokus pada tujuan kita yaitu vaksinasi agar orang-orang ini sehat," terangnya.

Ia pun berpesan kepada pasien disabilitas yang belum divaksin untuk berani dan turut mengambil peran dalam mencegah penyebaran Covid-19. Tidak lupa juga memberikan masukan kepada orang tua yang memiliki anak disabilitas untuk turut  berperan aktif dalam mengedukasi mereka tentang vaksin.

"Terutama dari keluarga harus membantu untuk edukasi penyandang disabilitas tentang vakiknasi dari jauh-jauh hari. Tujunkan video-video tentang vaksin terutama bagi penyandang autis dan downsindrom, bahwa vaksin ini tujuanya baik dan tidak berbahaya bagi mereka," terangnya.

"Rasa sakit ketika divaksin tidak sebanding dengan ketika tidak divaksin. Dan kita harus siap menerima risiko kondisi berat dari penyakit covid itu. Apalagi penyandang down sindrom memiliki ketahanan imunitas yang cenderung lebih lemah," tutupnya. (*)


Video KUPAS TV : RUMAH ISOLASI LAMSEL DIBUKA, BUPATI SEBUT SEKELAS HOTEL