18 Tahun Tinggal di Gubuk di Tengah Kebun, Thamrin Berharap Bantuan Renovasi Rumah

Thamrin bersama istri dan anak terakhirnya saat ditemui ke kediamannya. Foto: Rahman/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Way Kanan - Kisah keluarga Thamrin sungguh
menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Selama 18 tahun dirinya dan keluarga
tinggal di gubuk di tengah kebun, berjuang menghidupi keluarganya sebagai buruh
tani ditengah hempitan ekonomi yang kian hari terasa semakin berat.
Thamrin yang sudah berusia 62 tahun itu seharusnya sudah tak lagi
bekerja, namun apalah daya tuntutan hidup dan dapur mengharuskannya menghabiskan
masa tua untuk menghidupi istri dan 3 buah
hatinya.
Thamrin adalah warga Desa Banjar Masin, Kecamatan
Baradatu, Kabupaten Way Kanan yang
tinggal di gubuk sederhana.
Saat Kupastuntas.co menuju kediaman Thamrin yang jaraknya
hampir 3 kilo dari Jalan Lintas Tengah Sumatra, tampak jalanan disana masih
berbatu, di kanan kiri perkebunan warga seakan menyambut siapa saja yang datang,
tak lama kemudian sampailah diatas bukit terlihat gubuk sederhana pak Thamrin.
Saat tiba terlihat pak Thamrin sedang duduk istirahat di
tangga gubuknya, Ia baru saja selesai bekerja di kebun sambil menikmati
secangkir kopi panas.
Gubuk pak Thamrin hanya berukuran kurang lebih 4x6 meter
yang terbuat dari papan, bambu, dan ginting, didalam gubuk tidak memiliki kamar,
semua menjadi satu, hanya ada pemisah dengan dapur keluarga.
Saat berbincang dengan pak Thamrin, Ia menceritakan pekerjaan
dirinya sehari-hari sebagai buruh upah paruh waktu di kebun milik warga setempat
yang membutuhkan tenaganya.
Ditengah perbincangan, penulis memperhatikan tubuh pak
Thamrin tampak kurus, tulang di badannya kelihatan jelas, selain karena usia,
juga sebagai penanda kerja kerasnya selama ini di kebun yang tentu saja membutuhkan
tenaga tak sedikit. Tubuh yang seakan berbalut tulang saja itu seakan menjadi
saksi, kerasnya kehidupan yang dijalani pak Thamrin demi menghidupi
keluarganya.
"Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ya beginilah
pak, kerja upahan di kebun warga, soalnya saya gak punya kebun jadi bisa nya
upahan aja, dulu pernah mengurus kebun orang tapi sudah dipulangkan karena
hasil kebun nya kurang,"ujarnya saat diwawancarai Kupastuntas.co Rabu (20/07/2022).
Bapak tiga anak itu kembali bercerita, bahwa tanah dan gubuk
yang ia tinggali selama ini bukanlah miliknya, melainkan milik saudaranya, disitu
Ia hanya menumpang.
"Gubuk dan tanah yang saya tinggali ini bukan punya
saya pak, ini punya pak Agus saudara saya, jadi selama ini saya hanya
menumpang, dan allhamdulilah pak Agus mempersilahkan ditempati sampai kapan
pun," ujarnya.
Pak Thamrin pun melanjutkan ceritanya, ia mengatakan sebelumnya
dirinya bukan lah penduduk asli Desa Banjar Masin, melainkan warga desa
tetangga yakni Tiuh Balak, dan dirinya baru 5 tahun menjadi warga Desa Banjar
Masin.
"Dulu bukan asli warga sini, baru 5 tahun lah bapak
pindah warga disini, Ini kan kebun nya berbatasan langsung sama Desa Tiuh
Balak, jadi dulu itu bapak ini warga desa tetangga sebelah, karena gubuk tempat
bapak tinggal ini berdekatan langsung dengan desa Banjar Masin jadi bapak
pindah, karena akses bapak dan banyak keluarga di desa sini itu alasan bapak
pindah," tuturnya.
Pak Thamrin memiliki tigak anak, sayangnya anak sulung
beliau kini putus sekolah, karena menurutnya mempunyai kelainan atau
kekurangan.
"Anak saya yang pertama bernama Aliyah harus putus
sekolah pak, dia berenti dari kls 2 SD, harusnya kalau lanjut udah kls 2 SMP
ini, tapi karena mengalami kekurangan tidak bisa melanjutkan sekolah," ungkapnya.
Menurut pak Thamrin, Aliyah adalah anak normal seperti anak pada
umumnya.
"Aliyah itu normal pak,
masak dia bisa dan bekerja pun bisa, sering ikut saya upahan juga di kebon,
iya tapi itu pak, kalau kata orang
Lampung itu lolok, saya juga gak ngerti pak, dan anak saya yang masih sekolah
itu namanya Aliyun, masih SD dia baru KLS 4, dan anak saya yang buntut masih
kecil baru umur 2 tahu," tuturnya.
Thamrin mengatakan, dirinya akan terus berjuang sekuat
semampunya untuk membahagiakan keluarganya.
"Asal badan saya sehat aja pak, apapun akan saya lakukan saya jalani, karena
saya sudah merasakan pahitnya kehidupan," ungkapnya.
Thamrin bertekad akan tetap tinggal di kebun karena dari
kebun lah ia bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan Ia dan keluarganya.
"Iya saya tidak akan pindah dari gubuk ini, kalau
memang ada yang ingin membantu saya ingin gubuk saya aja direnovasi, karena
genteng sudah banyak yang bocor," ungkapnya.
Thamrin ingin dirinya mendapatkan bantuan bedah rumah
seperti orang di desa.
"Kalau bantuan pemerintah saya dapat pak, bantuan PKH
itu, tapi kalau bantuan dari Desa Banjar Masin ini saya gak pernah dapat, sudah
hampir 5 tahun ini, bahkan lurahnya udah mau abis, saya belum pernah dapat, apa
itu bantuan ADD apa itu bantuan Covid saya gak pernah dapet pak," tuturnya.
Namun kenyataan itu tak membuat Thamrin berprasangkan buruk
pada Sang Pencipta, Ia tetap bersyukur dengan apa yang dirinya punya sekarang.
"Sampai sekarang saya masih bersyukur pak, saya masih
diberi nafas sama Sang Pencipta, di usia saya yang sudah lanjut ini saya masih
bisa bekerja, semoga saya selalu diberi kesehatan," Harapnya.
Sementara itu saat Kupastuntas.co mengonfirmasi Agus sang pemilik lahan, Ia membenarkan lahan
yang gubuk yang ditempati pak Thamrin adalah miliknya.
"Iya tanah itu memang milik keluarga saya, sampai kapan
pun pak Thamrin bisa menempati tanah itu, asal jangan dijual, karena itu memang
tidak dijual karena peninggalan kakek saya," ujarnya.
Agus mengatakan, ia juga merasa kasihan dengan pak Thamrin,
dimana dia harus bekerja Keras dimasa tua nya, menurut Agus harusnya pak
Thamrin sudah tidak bekerja lagi.
"Iya harusnya seusia segitu kerja keras gak boleh lagi,
kasian badan nya, dan untuk masalah bantuan juga, harusnya pak Thamrin sangat
layak mendapat bantuan dari desa Banjar Masin karena dia adalah warga sini
juga, jangan karena dia sudah dapet PKH jadi dia tidak boleh dapet bantuan
disini, itu juga bantuan PKH dari desa dia sebelum nya, kalau dari desa sini
pak Thamrin belum pernah tersentuh bantuan apapun,” tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Dua Pejabat Utama Polres Way Kanan dan Satu Kapolsek Diganti
Sabtu, 03 Mei 2025 -
Kasus Oknum TNI Tembak 3 Polisi di Way Kanan Segera Disidangkan
Kamis, 01 Mei 2025 -
Marak Pos Pungli Truk Batu Bara di Way Kanan, Polres-Forkompimda Bahas Strategi Penindakan
Kamis, 01 Mei 2025 -
Warga Banjit dan Baradatu Keluhkan Jalan Rusak di Tengah HUT ke-26 Kabupaten Way Kanan
Minggu, 27 April 2025