• Rabu, 24 April 2024

Mamak Wayak, Seniman Dibalik Terkenalnya Topeng Sekura di Lambar

Selasa, 16 Agustus 2022 - 13.28 WIB
560

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Kabupaten Lampung Barat menjadi salah satu daerah yang banyak menyimpan potensi di bidang seni dan budaya. Salah satunya adalah budaya Topeng Sekura.

Sekura merupakan jenis topeng yang berasal dari Bumi Beguai Jejama Sai Betik yang identik dengan penutup wajah yang berasal dari kayu hingga kain yang di balut dengan berbagai aksesoris.

Topeng Sekura saat ini menjadi salah satu ikon khas Lampung Barat, bahkan pemerintah setempat berencana akan membawa topeng sekura go internasional pada tahun 2024 mendatang.

Namun dibalik ciri khas dan karakter yang di tampilkan pada topeng sekura khas Bumi Sekala Bekhak itu ada pahatan tangan seniman kreatif yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan topeng sekura di mata nasional.

Mamak Wayak (45) begitu orang memanggilnya, merupakan seorang seniman topeng sekura yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan salah satu budaya peninggalan nenek moyang di kabupaten yang terkenal dengan keberagaman.

Pria yang memiliki nama asli Harun itu tinggal bersama anak dan istrinya di sebuah rumah di Pekon (Desa) Gunung Sugih, Kecamatan Balik Bukit. Mamak Wayak di ambil dari profesi nya terdahulu sebagai penyair.

"Dulu ikut sanggar namanya Setiwang tugas saya seorang penyair sastra lisan yang di Lampung Barat di sebut Muwayak makanya sampai sekarang orang manggil saya Mamak Wayak, mamak itu paman dalam bahasa Lampung nya," kata Mamak Wayak, Selasa (16/8/2022)

Mamak Wayak mengatakan bahwa dirinya terdorong untuk menjadi seniman topeng sekura karena merasa miris banyak masyarakat asli Lampung Barat yang tidak paham dan mengenali budaya sendiri.

Sebab ketika ada kegiatan budaya yang ada di kabupaten setempat tidak menggunakan topeng sekura asli setempat justru topeng dari daerah lain yang di gunakan untuk kegiatan budaya yang mencerminkan nilai-nilai di dalamnya.

"Dulu ada kegiatan seribu topeng sekura yang di selenggarakan disini, tetapi yang saya miris topeng yang di tampilkan bukan punya kita tetapi punya daerah lain dari situ saya tergerak untuk membangkitkan kembali topeng sekura kita," jelasnya.

Mamak Wayak mengakui bahwa awalnya dia tidak ada kemampuam sama sekali dalam membuat topeng bahkan alatnya saja dia tidak punya, tetapi karena keinginan yang kuat untuk melestarikan budaya sekura dia tetap belajar.

Metode yang digunakan untuk belajar dengan menonton youtube memperhatikan pahatan demi pahatan yang dilakukan oleh para seniman topeng bagaimana membentuk dan menghasilkan topeng yang menarik.

Awal tahun 2015 ia mulai membuat topeng sekura pertamanya, bermodalkan pengetahuan yang di dapat secara otodidak pahatan lalu ukiran pun di goreskan pada sebuah kayu yang menjadi bahan pembuatan sekura.

Pembuatan pertama topeng yang di hasilkan belum lah sempurna masih terlihat jelas pahatan yang belum rapi, kemudian bentuk yang belum sepenuhnya di harapkan namun ia tetap berjuang.

Dibantu oleh kawan nya yang bertugas di Dinas Pariwisata yang juga sebagai pecinta seni dan budaya ia diberikan referensi untuk membuat topeng sekura dengan metode yang lebih mudah dan praktis.

Dalam menentukan bahan ataupun peralatan pembuatan topeng sekura Mamak Wayak lebih memilih menggunakan alat tradisional dibandingkan modern sebab menurutnya hasil yang di dapat lebih memuaskan dan berkarakter.

Memang banyak kendala yang di hadapi, bahkan beberapa kali terjadi kesalahan pada saat proses pembuatan topeng namun justru kesalahan itu menjadi api yang membakar semangatnya untuk semakin berkreatifitas.

"Misalnya hidung nya mencong nih atau mulut pahatan nya terlalu dalam kita enggak boleh nyerah justru saya senang kalau ada kesalahan karena saya bisa mengembangkan kreatifitas saya untuk merubah itu menjadi sebuah karya," katanya.

Satu bulan berjalan kemampuan nya sudah terbilang mumpuni karena sudah tau bagaimana mengolah sebuah kesalahan menjadi pahatan yang indah hingga kini kemampuan nya dalam membuat sekura tidak di ragukan lagi.

Terbukti hanya dengan waktu dua jam Mamak Wayak bisa menyelesaikan 1 buah topeng sekura di bandingkan pembuatan secara umumnya yang bisa memakan waktu hingga sehari penuh itupun belum tentu jadi.

Dalam sehari Mamak Wayak bisa menghasilkan 10 topeng sekura dengan berbagai jenis karakter dengan bahan utama yang digunakan yaitu jenis kayu randu dan suren, namun ia membuat topeng tidak setiap hari tergantung mood nya saja.

"Kalau kita mood kita buat karena kan mudah berpikir kalo mood lagi bagus dan ketika ada pesanan baru kita buat berapa yang di minta langsung kita buatkan tergantung karakternya seperti apa," tambahnya.

Sehari omsetnya bisa mencapai Rp250.000 namun ketika mendekati hari besar seperti Idul Fitri omset nya meningkat berkali lipat, sebab perayaan topeng sekura biasanya digelar pada perayaan Idul Fitri.

"Dua bulan ini saja mamak sudah dapat pesanan sebanyak 40 topeng, iya alhamdulilah satu topeng nya di banderol Rp150.000 jadi cukup untuk kebutuhan keluarga sehari-hari," ujarnya.

Namun ia mengatakan mayoritas pelanggan nya berasal dari luar daerah sangat jarang orang asli Lampung Barat yang membeli topeng sekura itu lah mengapa ia berkeinginan untuk mengenalkan topeng sekura sebagai warisan leluhur ke daerah luar.

Untuk mendukung keinginan nya tersebut bahkan ia mempunyai impian untuk mendirikan rumah budaya sendiri yang di dalam nya terdapat berbagai karyanya serta seni budaya asli Lambar termasuk topeng sekura.

"Bahkan saya memiliki cita-cita untuk mengadakan pameran topeng sekura sendiri di Lambar agar anak-anak muda ataupun orang dewasa bisa melihat sendiri bahwa Lampung Barat memiliki suatu budaya yang patut untuk dilestarikan dan di akui di mata Nasional," jelasnya.

Mamak Wayak pun berpesan kepada seluruh masyarakat khususnya kawula muda untuk terus melestarikan seni dan budaya daerah sendiri sehingga pada tahun-tahun yang akan mendatang dan seterusnya seni budaya khas Lampung Barat tidak punah dan terkikis oleh perkembangan zaman. (*)