• Sabtu, 20 April 2024

Harga BBM Naik, Jumadi si Penjahit Ikut Panik

Rabu, 21 September 2022 - 13.29 WIB
197

Aes Jumadi (26) saat ditemui di kios sewaan berukuran 3x3 meter di pinggir Jalinsum Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Rabu (21/09/2022). Foto: Handika/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Seorang pria bernama Aes Jumadi (26) yang berprofesi sebagai penjahit pakaian, mengaku turut merasakan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ditemui di sebuah kios sewaan berukuran 3x3 meter di pinggir Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) samping Alfamart sebelum Exit Toll Kalianda, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan.

Madi sapaan akrabnya, kini harus mengencangkan ikat pinggang gegara harga beberapa bahan jahitan yang ikut-ikutan terkerek naik.

"Semenjak kenaikan BBM, harga bahan merk Maxim naik Rp500 per meternya. Sekarang kalau belanja bahan merk Maxim harganya sudah mencapai Rp62 ribu," keluhnya, Rabu (21/09/2022).

Belum lagi, harga benang jahit juga mengalami kenaikan Rp1.000 per bijinya yakni dari harga semula Rp2 ribu menjadi Rp3 ribu.

"Kerasa banget lah untuk usaha-usaha seperti kami ini," ujar pria yang belum lama menikah itu.

Pria yang memberanikan diri membuka jasa jahit di akhir 2019 atau mulai merebaknya pandemi Covid-19, mengaku dengan berat hati harus ikut menyesuaiakan tarif jasa menjahit pakaian.

"Untuk sekarang, saya pasang harga jasa jahit satu stel pakaian bahan Maxim Rp350 ribu. Itu sudah termasuk ongkos sama banan. Kalau sebelum BBM naik harganya Rp300 ribu," selorohnya.

Tatapan mata Madi berubah, kala ditanya berapa modal yang ia rogoh untuk membuka kios jahit bernama Diajeng Collection itu.

"Satu mesin jahit harganya Rp3 juta kalau untuk mesin obras Rp3,5 juta. Lumayan modal buka jahitan, dari hasil kumpul-kumpul setahun kerja dulu sama ditambahin hasil buruh sawah bapak yang kini sudah meninggal," urainya.

Jangankan berpikir balik modal dalam waktu singkat, Madi kini mulai dipusingkan dengan konsumsi BBM motor Honda Revo-nya untuk bolak balik dari rumahnya di Mandala Sari, Kecamatan Sragi, ke kios jahit di Kalianda dalam dua kali pulang pergi menghabiskan Rp30 ribu.

"Belum sewa kios per bulan Rp450 ribu ditambah token listrik Rp50 ribu," ujarnya.

Madi pun melontarkan kritikan atas kenaikan harga BBM, menurutnya BLT BBM tidak tepat karena hanya akan memicu kenaikan harga sembako dan bahan jahitan.

"Bantuan BBM nggak efektif, mending harga BBM-nya jangan naik. Jadi, harga-harga yang lain nggak perlu ikut naik," ucapnya.

Meski begitu, Madi tetap bersyukur dengan keadaannya yang sekarang karena masih bisa bertahan mencari nafkah dari menjahit berkat pelanggan-pelanggan setianya.

"Alhamdulillah, sebulan bisa dapat Rp3 juta. Meski tak menentu setiap hari ada yang menjahit pakaian, kadang ada saja yang datang untuk menjahit baju atau sekedar permak pakaian," akunya.

Bagi yang berminat untuk menjahit seragam atau permak pakaian hingga celana jeans, Diajeng Collection buka setiap hari dan bisa menghubungi nomor telepon Aes Jumadi di 0895611077488. (*)


Video KUPAS TV : Nasabah Pinjol Meningkat Pasca Harga BBM Naik