• Jumat, 16 Mei 2025

Kisah Sedih Pasar Smep, Telan Anggaran 45 Miliar, Kurang Diminati Pedagang

Selasa, 11 Oktober 2022 - 20.06 WIB
309

Salah satu pemandangan di Gedung Pasar Smep, tampak lengang, lapak penjual sepi tanpa ada transaksi jual beli. Foto: Sri/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pembangunan pasar Smep yang berada di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Kelapa Tiga, Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung, telah rampung tahun lalu.

Namun persoalannya, pasar Smep yang memiliki tiga lantai dan telah memakan anggaran yang bersumber dari  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp45 miliar tersebut, kurang diminati pedagang karena sepinya pengunjung yang berbelanja.

Tak heran, akhirnya pedagang yang sempat berjualan di pasar tersebut memilih untuk menjajakan dagangannya di bahu jalan raya yang tak jauh dari bangunan pasar tersebut.

Salah satu pedagang Pasar Smap, Narti mengaku, sepinya pembeli Ia rasakan sejak pindah ke dalam gedung. Karena kondisi itu, banyak lapak dan kios tidak terisi karena pedagang enggan berjualan.

"Kita dagang disini sudah mau satu tahun, tapi tetap masih sepi pembelinya. Ya seperti sekarang ini tidak ada orang, cuma satu dua," ujar Narti Pedagang sembako yang ditemui di lapak dagangannya, Selasa (11/10/2022).

Menurutnya pedagang tidak mau berdagang di pasar Smep ini karena masih banyak pedagang yang berjualan di pinggir jalan masuk ke Pasar Pasir Gintung.

"Jadi kalau orang pakai motor mau belanja tidak perlu masuk sini, karena mereka berpikiran sembari lewat saja mereka belanjanya dan tidak perlu parkir juga," kata dia.

Pertama kali pindah ke pasar Smep jelasnya, pembeli sudah sepi, apalagi sekarang yang dagang juga mulai berkurang. Entah itu dagangnya pindah atau tidak berjualan lagi karena kondisi pasar yang sepi seperti ini.

Pasar Smep sendiri mulai dibangun oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung sejak 2019, setelah sebelumnya lebih dari 16 tahun terbengkalai.

Meski sudah rampung dan ditempati oleh sejumlah pedagang, kondisi tangga pasar Smep yang hendak naik ke lantai dua maupun turun ke lantai satu, kini mulai berlumut sehingga agak sedikit licin.

"Ini yang dagang cuma ada 3 baris ini yang nempatin, lapak di belakang itu tidak ada yang mau menempati, sementara yang di lantai dua atas itu cuma diisi oleh beberapa pedagang daging dan ikan. Itupun mereka pagi sudah bubar karena punya langganan saja, sehingga kalau mau mengandalkan orang biasa yang lewat bisa dihitung jari," ungkap Narti.

Ia juga mengaku, dalam sehari paling hanya membawa pulang Rp20 sampai Rp50 ribu, itupun kadang juga tidak ada sama sekali.

Maka dari itu pihaknya meminta pada pemerintah setempat atau pengelola pasar Smep, untuk mencarikan solusi bagaimana caranya bisa meramaikan pasar ini.

"Bagaimana caranya gebrakan dari pemerintah pasar ini dibikin ramai. Mungkin jika pedagang di pinggir jalan dimasukkan semua ke pasar Smep, otomatis orang yang mau berbelanja juga mencari kebutuhannya kesini," timpalnya.

Namun Narti menuturkan, jika masih banyak pedagang yang berjualan di pinggir jalan, tentu yang di dalam Smep sini tidak ada pengunjung.

Ia mengaku, sebenarnya melihat kondisi pasar seperti ini ia dan teman lainnya juga ingin pindah mencari tempat yang lebih strategis, namun mencari lapak itu tidak mudah karena membutuhkan duit yang besar lagi.

"Maka sementara ini buat bertahan saja ya alhamdulillah, tapi kalau mau cari tempat baru itu belum ada duitnya," ucapnya.

Sementara, Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandar Lampung, Wilson Faisol mengaku, masih kosongnya pasar Smep tersebut lantaran pihaknya masih menunggu penataan di pasar Pasir Gintung terkait dengan pedagangnya yang banyak di sepanjang jalan.

"Beberapa kali kita melakukan penataan dari sepanjang jalan Imam Bonjol itu masuk, tapi pedagang maunya jualan di situ. Maka ini kita juga harus berkoordinasi terkait dengan rencana kedepannya, apakah pasar Pasir Gintung itu kita kelola atau tidak," kata Wilson.

Ia juga menyampaikan, perlu dipahami ketika pihaknya melakukan penataan, tentu ada dampak sosialnya dan banyak tantangannya. Dimana, pedagang semua maunya berdagang dibawah.

"Tapi untuk jumlah pedagang di lantai 1 dan 2 ada sekitar 2-3 ratusan yang sudah tercatat untuk mengisi kios," tandasnya. (*)