Kisah Prof Irwan Dekan FP Unila, dari Balap Liar Sampai Jadi Guru Besar
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Siapa sangka, Prof. Dr. Ir.
Irwan Sukri Banuwa. M.Si atau akrab disapa Prof Irwan, yang saat ini merupakan salah satu guru besar sekaligus Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung (Unila), pada masa mudanya pernah mengikuti balap liar.
Bila mengingat masa lalunya, pria kelahiran Jakarta, 20
Oktober 1961 ini tidak pernah terbayang kalau dirinya akan menjadi seorang
profesor seperti sekarang ini.
Bahkan, untuk sampai pada tahap melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi saja di luar jangkauan pikirannya.
Ia menceritakan bagaimana pergaulannya pada masa sekolah di
Jakarta tepatnya terjadi pada tahun 70-an.
Semasa SMA, Prof Irwan bukan termasuk siswa berprestasi, ia
kerap membolos jika guru yang mengajar mata pelajaran di kelas tidak
disukainya.
"Dulu di terminal Bus Lapangan Banteng kita tempat
nongkrongnya sama teman-teman," katanya, Rabu (30/11).
Sambil duduk santai di ruangan Dekan Fakultas Pertanian Unila,
Ia menceritakan dirinya sering sekali melakukan aksi kebut-kebutan di jalanan.
Hal tersebut sudah menjadi kegiatan rutin bahkan sampai bisa
dikatakan sangat sering melakukan kebut-kebutan di jalan raya.
"Kalau sudah malam minggu knalpot kita ganti yang gede
itu kan suaranya biar seru jadinya kalo suaranya gede untuk balapan,"
ujarnya.
Sambil sedikit tertawa ia menyampaikan kalau dirinya sampai
sering mengalami kecelakaan dan bahkan pernah terjun ke sungai Ciliwung.
Tidak hanya itu saja, dirinya juga pernah menggelinding dari
atas jembatan Tomang Raya dikarenakan rantai dari sepeda motornya yang putus
saat sedang kebut-kebutan di jalan raya.
Orangtua Prof Irwan bukan tidak menegur perilakunya itu,
tetapi karena kehidupan Jakarta yang keras maka nasehat kedua orang tuanya pun
tidak mempan.
Karena perilaku liarnya tersebut Prof Irwan tidak pernah
menyandang prestasi yang membanggakan di masa sekolahnya dulu.
Namun, beruntunglah setelah tamat SMA Prof Irwan tunduk dan
patuh pada kemauan kedua orangtuanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
"Lanjut kuliah tapi kamu jangan di Jakarta," ucap Prof
Irwan sambil menirukan perkataan orang tuanya.
Orang tua Prof Irwan menaruh harapan besar agar anak
pertamanya ini kelak akan menjadi seorang sarjana yang patut dicontoh oleh
keempat orang adiknya.
Menurut Prof Irwan, latar belakang pendidikan kedua
orangtuanya telah mendorong dirinya untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi.
Ayahnya sempat merasakan bangku kuliah di Universitas
Indonesia (UI) namun terpaksa berhenti karena keterbatasan biaya, sedangkan
ibunya hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kedua orang tuanya lalu memilih profesi berwirausaha di
Jakarta dan lambat laun ekonomi keluarga pun mulai membaik.
Berkat dorongan orang tua ia kemudian memutuskan kuliah
dengan pilihan UI dan IPB (Institute Pertanian Bogor) tapi sayang ia gagal di
kedua kampus favoritnya tersebut.
Akhirnya Prof Irwan memilih Universitas Lampung (Unila) yang
bukan merupakan pilihan utama (perintis III) sebagai pilihan selanjutnya.
Prof Irwan ingin melanjutkan kuliah di kampung halaman sang
ibu yaitu Universitas Sriwijaya, tapi mengingat Jakarta ke Lampung lebih dekat
maka dia memutuskan lebih memilih Lampung daripada Palembang.
Pada tahun 1980 Prof Irwan berkuliah di Universitas Lampung
tepatnya di Fakultas Pertanian.
Irwan sempat tinggal bersama sepupunya selama satu tahun,
tapi kemudian memilih menjadi anak kosan ketika dirasa sudah bisa berdaptasi
dengan lingkungan barunya.
Hidup sendiri tanpa orang tua memberikan kesadaran baru bagi
seorang Irwan muda, dia merasa sangat beruntung dipertemukan dengan teman-
teman yang baik sehingga ia ketular menjadi orang baik pula dengan aktif di
kelompok belajar dan kegiatan organisasi kampus.
Bagi Prof Irwan, berteman dengan anak-anak yang agamis telah
membuat dirinya menjadi sosok yang jauh lebih baik dibandingkan masa-masa
sekolahnya dulu.
"Kalau saya bergaul di lingkungan yang tidak baik, pasti
saya paling tidak baik. Jadi beruntung saya kuliah di FP Unila memiliki
teman-teman dan lingkungan yang baik," terangnya.
Meskipun di tengah kesibukan kuliah, Prof Irwan masih bisa
aktif di organisai kampus dan dia pernah menjabat ketua Badan Perwakilan
Mahasiswa (BPM) Fakultas Pertanian dan Ketua I Watala FP Unila, nilai
akademiknya terbilang baik yaitu mendapatkan 3 terbaik di setiap tingkatan.
Tak heran ketika lulus sarjana pria berusia 61 tahun ini
memperoleh predikat lulusan terbaik Fakultas Pertanian pada tahun 1985.
Baru menyandang gelar sarjana, Prof Irwan langsung
mendapatkan tawaran sebagai tenaga pengajar di Universitas Lampung, saat itu
banyak tawaran dari kantor pemerintahan dan perusahaan swasta namun ia memilih
menjadi dosen di FP Unila.
Menurut Prof Irwan, menjadi seorang dosen memiliki banyak
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Selain itu, ia lebih menyukai
pekerjaan yang dinamis dan tidak monoton.
Setelah satu tahun mengajar, pada tahun 1986 surat keputusan
(SK) PNS Prof Irwan sebagai dosen keluar, empat (4) tahun berselang ia kembali
melanjutkan pendidikan melalui beasisswa TMPD di IPB yang dulunya (S-1) ia
tidak diterima, dan akhirnya la lulus S-2 tahun 1994 dengan memperoleh
penghargaan lulusan terbaik dengan IPK 4,0.
Meskipun sudah berkuliah tidak menyurutkan hobinya untuk
kebut-kebutan dijalan raya. Bahkan, dirinya sampai kecelakaan di Bundaran
Gajah, Tanjung Karang, Bandar Lampung.
"Itu karena seneng ngebut, saya kecelakaan disitu
(Bundaran Gajah) sampai tulang iga saya bengkok," imbuhnya.
Meski begitu, ia mengakui sampai saat ini jika membawa motor
di jalan raya dirinya masih suka kebut-kebutan.
"Masih sering saya kalo bawa motor di jalan raya itu
kebut-kebutan. Makanya motor saya tinggal disini (Fakultas Pertanian
Unila)," jelasnya.
Motor tersebut hanya dipergunakan untuk kegiatan di dalam
kampus saja tidak untuk keluar kampus.
Prof. Irwan sendiri dikukuhkan menjadi guru besar pada tahun
2009. Dimana saat itu Unila masih dipimpin oleh Prof. Muhajir. (*)
Berita Lainnya
-
Kloter Pertama Jemaah Haji Lampung Masuk Asrama Haji 11 Mei 2024
Rabu, 24 April 2024 -
Kemenkumham Lampung Bahas Kepastian Hukum Anak Berkewarganegaraan Ganda Terbatas
Rabu, 24 April 2024 -
Bambang Klaim Oknum Pungli Terhadap Sopir Truk Batubara Bukan Pegawai Dishub Lampung
Rabu, 24 April 2024 -
Tertarik Industri Panas Bumi, Mahasiswa Unila Rizky Jajaki MSIB di PT AILIMA
Rabu, 24 April 2024