• Rabu, 27 Agustus 2025

Demi Hidupi 7 Anak, Maimunah Jadi Pemilah Ikan Asin di Pulau Pasaran

Senin, 16 Januari 2023 - 19.11 WIB
106

Potret ibu-ibu pemilah ikan asin di pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Senin (16/1/2023). Foto: Sri/kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Hidup di bawah garis kemiskinan tidak membuat semangat Maimunah (53) surut dalam menghidupi dan membesarkan ke tujuh orang anaknya.

Perempuan yang berasal dari kampung Cungkeng, Kecamatan kota Karang, Bandar Lampung itu sehari-harinya harus pergi ke kampung sebelah, yakni Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, untuk menjadi buruh pemilah ikan asin.

Meski dengan upah rendah. Namun salah satu perempuan yang menjadi buruh pemilah ikan asin itu juga tidak ada upaya lain kecuali hanya terus bekerja demi menghidupi buah hatinya.

Setiap hari Maimunah harus bekerja sebagai pemilah ikan asin milik warga setempat mulai pukul 08:30 WIB hingga pukul 17:00 WIB. Dalam sehari, ia harus mendapatkan 10 kilogram ikan asin yang telah dipilah untuk mendapatkan upahRp30.000.

"Tergantung banyak ikannya atau tidak. Kalau lagi tidak banyak ya paling hanya sampai pukul 14:00 WIB," ujar Maimunah, saat ditemui Kupastuntas.co di lokasi tempat kerjanya, Senin (16/1/2023).


Dengan demikian, upaya yang diperoleh Maimunah juga tidak menentu, tergantung dengan banyaknya ikan asin yang dapat dipilahnya.

"Kalau ikan asinnya lagi banyak sehari bisa 10 kilo, tapi kalau tidak ya paling hanya 5 kilo. Dimana dalam satu kilonya kita diupah Rp3.000," jelasnya.

Ia juga mengaku, tidak butuh peralatan seperti pisau dan lainnya untuk melakoni pekerjaannya, karena hanya dengan tangan kosong sudah bisa memilih ikan asin yang kecil mana yang besar.

"Ikan asin ini kan banyak jenisnya. Nah kalau dapat ikan asin yang tidak dibelah ini hitungannya harian yang upahnya bisa Rp70 ribu. Tapi ini jarang," sambungnya.

Namun meski telah belasan tahun melakoni kerjaan tersebut dengan upah yang tidak seberapa Maimunah tetap bersyukur karena dengan itu juga ia mampu menghidupi ke tujuh anaknya.

Ia mengaku empat anaknya telah menikah, sementara tiga lainnya ada yang sudah bekerja dan ada juga yang paling kecil duduk di bangku SMP.

"Suami saya kerjanya nelayan di laut yang pendapatannya juga tergantung pada banyaknya ikan di lautan, jika ikannya sedang tidak ada maka ya tidak melaut," ungkapnya.

Menurutnya, bekerja sebagai pemilah ikan asin banyak sukanya, karena banyak kawan untuk sekedar mengobrol, bercanda bersama teman-teman.

"Karena kalau di rumah kita tidak ada kerjaan, jadi jenuh. Kalau di sini kan banyak kawan," ujarnya.

Ia juga menceritakan, sering jika suami tidak melaut dengan para nelayan lainnya, maka ia bersama teman-temannya juga tidak ada pekerjaan.

"Paling mencari hutangan untuk makan sehari-hari. Namanya juga kita orang enggak punya, jadi ya mau kerja apa lagi," tandasnya. (*)


Video KUPAS TV : Ekspor Kopi Lampung Lebih Banyak dari Produksi