Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Eko Yuli Irawan atlet angkat besi serta juara dunia asal Lampung berharap, Ketua KONI Lampung Terpilih Arinal Djunaidi dapat memperhatikan pembinaan atlet-atlet angkat besi sedari usia dini, khususnya gizi yang terpenuhi.

Menurut Eko, olahraga angkat besi asal Lampung itu ditakuti daerah lain, dikarenakan banyak atlet juara dunia berasal dari wilayah Sai Bumi Ruwa Jurai.

"Mereka memerlukan nutrisi yang bagus, istirahat yang bagus. Pengalaman saya dulu waktu pulang kerumah ya makan seadanya, sore harus latihan lagi, kalau seperti itu akan lama terjadi regenerasinya," kata Eko, saat dimintai tanggapan di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung (Unila) dalam acara bedah buku (Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir, Rabu, (22/02/2023).

"Mudah-mudahan pembinaan di daerah bisa maksimal juga karena memang yang menjadi kendala adalah pembinaan dari awal dari usia dini," sambungnya.

Menurut Eko, Pembinaan awal oleh Pemerintah Daerah itu jauh lebih penting dilakukan, dikarenakan Pemerintah Pusat tentunya akan menyaring atlet berprestasi yang sebelumnya telah tersaring di daerah asal.

"Semoga hal itu bisa difikirkan dan pembinaanya lebih baik, jadi bukan selalu menyalahkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah harus peduli, karena pusat taunya hasil seleksi nasional terpilih dan baru mereka bina di Nasional," tukasnya.

Diketahui, Arinal Djunaidi terpilih secara aklamasi pada pada Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorporv) Lampung yang diselenggarakan di Hotel Bukit Randu Senin, (20/02/2023) secara aklamasi.

Arinal Djunaidi dinyatakan terpiih yang disepakati oleh para peserta Musporv.  Berdasarkan data yang dihimpun Kupastuntas.co, pada Musoprov tersebut Arinal Djunaidi didukung oleh 70 Cabor, dengan rincian Cabor Prestasi 50 dukungan, Cabor Fungsional 5 dukungan, dari KONI Kabupaten Kota 15 dukungan.

Arinal mengatakan terdapat tiga tantangan utama pada KONI Lampung kedepan. Pertama, banyaknya tuntutan publik untuk meningkatkan prestasi para atlet, kedua, tantangan memperbanyak saran prasarana olahraga, ketiga, tantangan mengelola organisasi. (*)