• Jumat, 29 Maret 2024

Ditolak Jepang, Kopi Lampung Mengandung Bahan Kimia Isoprocarb

Minggu, 26 Februari 2023 - 17.34 WIB
2.2k

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Dr. Prayudi Syamsuri (baju batik), memberikan bantuan kepada petani di Tanggamus, Jumat (24/2/2023). Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Kopi Indonesia semakin dikenal dan diminati pasar internasional. Cita rasa kopi yang khas menjadi faktor utama komoditi unggulan ini menarik minat masyarakat dunia.

Hal ini menjadikan kopi empat besar komoditas ekspor perkebunan yang sangat diminati pasar internasional bersama karet, sawit dan kakao.

Tetapi persoalannya adalah, kopi Indonesia memiliki kandungan kimia isoprocarb, bahan kimia aktif cemaran residu pestisida.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Dr. Prayudi Syamsuri, saat kegiatan Bimtek Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hilirisasi Kopi, di halaman rumah dinas Ketua DPRD Tanggamus di Kotaagung, Jumat (24/2/2023).

Dalam kegiatan yang dibuka Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin itu, Prayudi mengungkapkan, salah satu daerah yang menyumbang kopi mengandung isoprocarb adalah Lampung.

Tetapi yang menggembirakan, ungkap Prayudi, kopi asal Kabupaten Tanggamus, dimana Kabupaten Tanggamus menjadi salah satu sentra kopi Indonesia terbaik, bebas isoprocarb.

"Akibatnya ada penolakan ekspor kopi kita (salah satunya Jepang), akibat isunya mengandung isoprocarb," kata Prayudi.

Prayudi menyebut, setelah dilakukan penelitian ternyata kandungan kimia isoprocarb pada kopi Indonesia berasal dari teknik pasca panen yang salah.

Dimana para petani menggunakan pestisida berbahan isoprocarb untuk membasmi hama semut menjelang panen.

"Jadi sebelum dipanen, tanaman kopi disemprot pakai herbisida, karena banyak semutnya, biar tidak diganggu sama semut saat panen," kata dia.

Untuk mengatasi kandungan kimia isoprocarb tersebut, Prayudi meminta para petani menerapkan teknik budidaya.

"Nanti akan dipaparkan oleh ahlinya teknik budidaya kopi yang benar. Kemudian ada kelompok tani juga yang memiliki pengalaman. Mohon ikuti bimtek ini sehingga jangan sampai kopi kita nanti ditolak lagi di pasar luar negeri," ujarnya.

Meski dibayangi penolakan pasar luar negeri akibat isu isoprocarb, ternyata kopi khas Indonesia (Indonesian specialty coffe) semakin banyak dikonsumsi masyarakat dunia seperti Kanada, Uni Eropa, Amerika, Mesir dan sebagainya.

Hal ini terlihat dari tren ekspor kopi Indonesia terus meningkat sekitar 2,9 persen per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-empat dunia.

"Tantangan kita adalah selain rendahnya produktivitas dan kualitas, karena pasar dunia mencari kopi yang kualitasnya yang terbaik. Saingan kita yang paling besar itu Brazil, dan Vietnam," ungkap Prayudi.

Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin mengungkapkan salah satu kendala yang dihadapi para petani kopi di Kabupaten Tanggamus adalah saat musim hujan tidak bisa menjemur kopi.

"Kendalanya kalau musim hujan. Mereka butuh mesin pengering," kata Sudin.

Sebagai wakil rakyat di parlemen,  Sudin berjanji akan memperjuangkan melalui mitra kementerian untuk membantu petani kopi mendapat bantuan mesin pengering kopi.

"Petani kopi disini minta pengering kopi yang pakai solar cell (sel surya/tenaga surya)," kata Sudin.

Terkait kandungan kimia isoprocarb pada kopi, Sudin mengatakan itu dikarenakan ketidaktahuan petani menggunakan pestisida saat membunuh hama terutama semut. Padahal bahan kimia ini sangat berbahaya.

"Pemakaian bahan kimia memang efektif cepat, tapi yang kita pikirkan adalah dampak-dampak panjang yang berbahaya," ucapnya.

Untuk itu Ketua DPD PDIP Provinsi Lampung ini meminta para pejabat di Kabupaten Tanggamus memberikan bimbingan para petani agar memproduksi kopi yang baik.

"Jangan pejabatnya hanya duduk di kantor saja menerima laporan," tegas Sudin. (*)

Berita Lainnya

-->