• Kamis, 02 Mei 2024

Disdikbud Lampung Sebut Program GLS Tingkatkan Indeks Literasi

Rabu, 01 Maret 2023 - 13.03 WIB
217

Sekretaris Disdikbud Lampung, Tommy Efra Handarta saat dimintai keterangan. Rabu, (1/3/2023). Foto: Yudha/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Lampung menyebutkan telah membentuk Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai upaya meningkatkan indeks literasi masyarakat Lampung.

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Disdikbud Lampung, Tommy Efra Handarta saat dimintai tanggapanya mengenai rendahnya indeks literasi masyarakat Lampung 2022 yaitu diangka 59,99 atau dibawah rata-rata 64,48.

"Membentuk GLS di seluruh Kabupaten/Kota dan diantaranya telah dikukuhkan kepengurusannya. Selain itu, kita juga menyiapkan pojok baca di setiap satuan pendidikan menengah," kata Tomy. Rabu, (1/3/2023). 

Ia menuturkan, upaya meningkatkan angka harapan sekolah dan juga memperbanyak perpustakaan yang menyentuh masyarakat langsung perlu dan akan dilakukan oleh pihaknya guna meningkatkan indeks literasi, dan memerlukan bantuan seluruh elemen.

"Tentu sebagai upaya bersama segenap stake holder terkait," tandas Tomy.

Pengamat Pendidikan Unila, Muhammad Thoha mengatakan, terdapat tiga faktor utama yang memberikan kontribusi rendahnya indeks pembangunn literasi di Lampung.

"Antara lain adalah rata-rata tingkat pendidikan masyarakat. di Lampung sendiri, rata-rata pendidikannya masih diangka 7,7 tahun, artinya hanya sampai SMP antara kelas 7 dan kelas 8, hal itu memberikan pengaruh terhadap rendahnya Indeks literasi kita," terangnya.

Ia melanjutkan, disamping faktor pendidikan formal rendahnya indeks literasi disebabkan oleh jumlah perpustakaan yang ada di lingkungan masyarakat tidak banyak ditemui.

"Dipengaruhi juga oleh berapa banyak perpustakan yang ada di Provinsi Lampung yang dibaca oleh masyarakat. Kemudian juga perpustakaan keliling juga memberikan kontribusi kepada aktifitas masyarakat untuk membaca," katanya.

Ia mengatakan, banyak anak-anak di Provinsi Lampung harus terhenti ditingkat SMP, sehingga hal itu memberikan kontribusi rendahnya tingkat literasi masyarakat Lampung.

"Berhentinya sekolah itu banyak faktor, bisa karena faktor ekonomi, faktor harus membantu orang tuanya, hal itulah yang harus menjadi perhatian," katanya

Menurutnya, hal yang harus dibenahi adalah meningkatkan rata-rata masa mukim warga Lampung paling tidak ditingkat SMA kelas 9 yang saat ini masih ditingkat SMP.

"Kemudian meningkatkan secara terus menerus pertumbuhan baik secara kuantitas maupun kualitas perpustakaan untuk masyarakat," ujarnya.

"Kita perpustakaanya paling banyak hanya di sekolah-sekolah formal, tapi sangat sedikit perpustakaan ditengah masyarakat, walaupun kita tahu di provinsi ada perpustakaan, dan itu sangat terbatas sekali," tutupnya. (*) 

Editor :