• Kamis, 25 April 2024

Main Meriam Bambu, Cara Pemuda di Lambar Nostalgia Permainan Tradisional Saat Ramadhan yang Hampir Punah

Sabtu, 25 Maret 2023 - 19.59 WIB
432

Pemuda Desa Kerang, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, saat memainkan Meriam Bambu, Sabtu (25/03/2023). Foto: Echa/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Bulan suci ramadhan merupakan momen bagi umat muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dalam menjalankan bulan suci ramadhan banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya anak-anak dan pemuda di sela-sela menunggu waktu berbuka puasa.

Permainan meriam bambu mungkin bukan suatu permainan baru yang dimainkan, namun permainan yang identik dengan bulan suci ramadhan itu kini sudah mulai jarang dijumpai karena tergerus modernisasi, anak-anak ataupun pemuda kini lebih condong menggunakan petasan dan kembang api sebagai hiburan dalam merayakan bulan suci ramadhan.

Namun berbeda halnya dengan pemuda-pemudi di Pekon (Desa) Kerang, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat (Lambar). Meskipun saat ini banyak berbagai macam petasan dan kembang api yang sangat mudah dijumpai di pasaran, tetapi mereka lebih memilih melestarikan permainan dengan menggunakan alat-alat tradisional untuk menciptakan petasan seperti meriam di jaman belanda itu.

Meriam bambu atau yang lebih dikenal dengan sebutan mercon bumbung atau masyarakat di Lampung Barat menyebutnya 'Hetuk Buka' adalah mainan tradisional yang telah menjadi bagian dalam tradisi hari raya Idulfitri.

Mainan ini, seperti namanya, terbuat dari bambu dan biasanya dimainkan oleh anak laki-laki di bulan Ramadan.

Pemuda pemudi yang tergabung dalam organisasi kepemudaan Karang Taruna Tunas Bangsa Pekon Kerang memanfaatkan waktu luang mereka untuk membuat meriam bambu sebagai sarana hiburan, karena mereka ingin menghidupkan kembali suasana ramadhan tempo dulu yang masih identik dengan permainan-permainan tradisional.

Yoga Saputra, Ketua Karang Taruna menyampaikan, pembuatan meriam bambu pada saat bulan suci ramadhan kini sudah jarang dijumpai sejak beberapa tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan minat anak-anak dan pemuda untuk melestarikan permainan tradisional yang identik dengan suara dentuman nya itu kini sudah berkurang.

"Karena saat ini anak-anak lebih senang bermain petasan dan kembang api yang ada di pasaran, padahal petasan dan kembang api yang ada saat ini lebih berbahaya jika dimainkan oleh anak-anak. Tidak sedikit anak-anak yang telah menjadi korban sehingga penggunaan petasan perlu di minimalisir," kata Yoga, saat dimintai keterangan, Sabtu (25/03/2023).


Menurut pria lulusan psikologi itu, penggunaan meriam bambu sebagai sarana hiburan tidak berbahaya jika dimainkan di tempat dan waktu yang tepat, sebab pada dasarnya semua peralatan yang digunakan dalam pembuatan meriam bambu menggunakan peralatan dan bahan yang aman.

Selain itu, pembuatan meriam bambu juga bisa dijadikan sebagai momen untuk mempererat tali persaudaraan antara pemuda dan pemudi, sebab proses pembuatan meriam bambu tersebut membutuhkan kerjasama tim agar bisa menghasilkan suara dentuman yang keras.

"Untuk membuat meriam bambu membutuhkan kekompakan mulai dari proses pengambilan bambu, pemotongan, merakit dan segala bagainya itu membutuhkan kerjasama tim yang baik sehingga ini bisa menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan," ujarnya.

Untuk memainkan meriam bambu itu, bagian bambu yang telah dipotong dengan ukuran kurang lebih 2 hingga 3 meter itu di bobok pada bagian dalamnya dengan menghancurkan bonggol yang membatasi bagian-bagian bambu, kemudian pada ujung salah satu bambu diberi lubang kecil sebagai tempat pemantik.

Sebelum dinyalakan, meriam bambu terlebih dahulu diberi cairan spritus di dalamnya, cairan tersebut yang akan memberikan reaksi dan menghasilkan dentuman yang keras apa bila di pantik dengan api di bagian lubang kecil pada ujung meriam bambu.

"Untuk menghasilkan suara yang bagus dan keras, penggunaan bambu harus menggunakan bambu yang masih hidup yang baru diambil dari rumpun. Karena kalau bambunya sudah mati biasanya mudah pecah dan suara dentumannya kurang bagus," imbuhnya.

Dengan adanya permainan meriam bambu ini diharapkan bisa melestarikan permainan-permainan tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu, sehingga anak-anak yang saat ini sudah terpengaruh modernisasi bisa melihat jika permainan tradisional yang jarang mereka lihat selama ini lebih seru dan aman untuk dimainkan.

"Kita ingin mengajarkan adik-adik untuk bisa menampilkan permaiann tradisional salah satunya meriam bambu ini, karena kita harus memberikan pengertian bahwa untuk membuat permainan yang seru dan menarik tidak perlu mengeluarkan bajet yang besar, apalagi ini tidak membahayakan," ujarnya.

"Nanti setelah selesai taraweh biasanya anak-anak kumpul di lapangan untuk bersama-sama main meriam bambu ini dan mereka enggak main sendiri, karena kita awasi juga agar mereka tetap ada rasa aman ketika memainkan permainan ini," pungkasnya. (*)