Misi Mulia Pakde Wanto, Berjuang Budidaya Bawang untuk Ketahanan Pangan Nasional

Laswanto alias Pakde Wanto (kaos loreng) bersama rekannya Sigit (kemeja hitam) saat menunjukkan Bawang Merah hasil budidaya di Kota Metro. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Masalah ketahanan pangan
internasional menjadi isu yang kerap disikapi sepele oleh kebanyakan masyarakat
petani di Indonesia. Namun, berbeda halnya bagi Laswanto (54).
Petani asal Kota Metro ini justru memandang masalah
ketahanan pangan merupakan isu serius yang harus disikapi dan menjadi perhatian
pemerintah serta masyarakat petani di Indonesia.
Pria yang akrab disapa Pakde Wanto itu kini berjuang
membudidayakan bawang dilahan yang dikepung pertanian persawahan. Tekad
bulatnya dalam mengembangkan pertanian bawang merah di Bumi Sai Wawai tersebut
demi ketahanan pangan nasional.
Kepada Kupastuntas.co, pria 54 tahun itu menceritakan awal
mula niatnya melakukan budidaya bawang merah di Metro. Dari niat yang
sebelumnya berorientasi pada keuntungan, berubah drastis setelah mengetahui
persoalan ketahanan pangan dari informasi media massa.
"Awal mula saya membudidayakan ini sebetulnya hanya
ingin cuan, cuma keuntungan yang saya kejar. Saya tidak mengerti jika seiring
berjalannya waktu ini juga keterkaitan dengan ketahanan pangan. Setelah saya
budidaya, saya baru tahu bahwa ini adalah upaya untuk ketahanan pangan nasional,"
kata dia, Minggu (26/3/2023).
Hal tersebutlah yang membuat Laswanto semangat membudidayakan bawang merah. Ia menilai, budidaya bawang merah di Metro sangat menjanjikan baik dari sisi keuntungan maupun upaya penyelamatan.
"Itulah yang menjadi ketertarikan saya untuk
membudidayakan bawang merah di kota Metro. Karena saya nilai sangat
menjanjikan. Awal mula Saya tidak mengerti hal itu, yang penting saya tanam
dapat hasil yang maksimal kemudian kita jual juga mudah, itu yang jadi tujuan
awalnya. Tapi, sekarang menanam bawang ini juga upaya kita menyelamatkan
Indonesia dari krisis pangan," ucapnya.
Kakek yang merupakan warga Jalan Kelapa Muda, RT 05 RW 02,
Kelurahan Ganjar Asri, Kecamatan Metro Barat itu menjelaskan bahwa budidaya
bawang merah tergolong singkat.
"Dengan waktu 60 sampai 70 hari kita sudah bisa
menikmati panen bawang merah ini. Kemudian pasarnya sangat jelas karena
masyarakat sangat membutuhkan bawang merah itu sendiri sebagai salah satu bahan
pangan," ujarnya.
Dari perjuangannya membudidayakan bawang merah di Kota Metro
selama setahun terakhir, Pakde Wanto kini berhasil memperoleh dua kali panenan.
Ia pun menamai bawang tersebut dengan nama Bawang Merah Metro (BMM)
"Untuk saat ini baru mau produksi yang ketiga kalinya,
saya memulai budidaya bawang merah ini sejak tahun lalu, di Tahun 2022. Awalnya
saya coba tanam di lahan seperempat hektar, Alhamdulillah hasil panennya itu
mencapai 4,2 ton. Itu hasil panen dari lahan 2.500 meter atau seperempat
hektar," bebernya.
"Kemudian dari hasilnya yang seperti itu saya semangat
untuk meningkatkan lagi produksinya, dan tahun ini kita tanam di lahan seluas
satu hektar. Kita targetkan bawang yang ditanam di lahan seluas 1 hektar itu
dapat menghasilkan sebanyak 12 sampai 13 ton bawang merah," imbuhnya.
Meskipun begitu, perjuangan budidaya bawang merah di Metro
bukan tanpa hambatan, Wanto kerap menjumpai sejumlah kendala khususnya
persoalan cuaca.
"Budidaya bawang merah itu tidak asal tanam, peran
cuaca sangat berpengaruh sekali apalagi ketika curah hujan yang tinggi, dan
dapat menimbulkan hama serta kelembaban yang tidak stabil. Jadi ketika curah
hujan tinggi maka akan berpengaruh pada hasil yang rendah," ungkapnya.
"Kalau kendala pasti ada tapi kita menganggapnya
seperti biasa sajalah, karena semua masih bisa teratasi. Ya namanya usaha itu
pasti ada tantangan dan resiko yang harus dihadapi," tambahnya.
Di Kota Metro, cuaca yang tidak menentu serta kondisi tanah
yang harus diolah menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan budidaya bawang
merah. Untuk itu, metode pengolahan calon lahan dan perawatan tanaman sangat
perlu dilakukan.
"Kendala yang paling sering dihadapi di Metro ini
adalah cuaca. Apalagi akhir-akhir ini cuaca lagi tidak menentu hujan dengan
intensitas tinggi itu dalam satu hari bisa 2 sampai 3 kali. Kalau untuk kontur
tanah ini mudah-mudahan masih cocok untuk ditanami bawang," terangnya.
"Jadi saya sering sampaikan kepada teman-teman bahwa
tanah itu ibarat wayang, dan petani itu adalah dalangnya sehingga tanah itu mau
dibuat apapun tergantung kita. Kalau lahan itu tandus kita berikan kompos, kita
benahi lahannya supaya lahan itu bisa subur. Jadi masalah tanah itu tergantung
bagaimana kita mengolahnya," sambungnya.
Pria yang sebelumnya bertani Porang di Ganjar Asri tersebut
mengajak seluruh petani di Kota Metro untuk maju dan berkembang dengan
komoditas pangan yang ditanamnya.
"Saya ingin mengajak petani di Kota Metro ini bangkit
supaya bahasa-bahasa yang berkembang bahwa petani itu dikira miskin bisa
terbantahkan. Jadi ketika kita budidaya salah satu komoditas tanaman pangan,
ketika kita perlakukan dan rawat dengan benar maka hasilnya pun akan
maksimal," harapnya.
"Mari kita sama-sama Tani, sukses bersama maju bersama
melalui budidaya pertanian apapun bentuknya. Kemudian kita harus sama-sama
memperkuat ketahanan pangan di Republik Indonesia," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Dinkes Metro Bakal Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis Jelang Tahun Ajaran Baru
Rabu, 02 Juli 2025 -
Pastikan SPMB Transparan, Disdikbud Metro Tegaskan Tak Ada Jual Beli Kursi
Rabu, 02 Juli 2025 -
KONI Metro Targetkan Pertahankan Peringkat Kedua di Porprov
Rabu, 02 Juli 2025 -
Pemkot Metro Hapus Denda PBB-P2 Tahun 2002-2024, Warga Hanya Diminta Bayar Pokok Pajak
Selasa, 01 Juli 2025