• Kamis, 15 Mei 2025

Pedagang Pasar Sidomulyo Lamsel Menjerit, Tuding Multimart Biang Keladi Turunnya Omset Penjualan

Rabu, 05 April 2023 - 16.23 WIB
3.4k

Ketua APPSI Lamsel Esti Nur Fatonah (pakai hijab biru) didampingi Sekretaris Mitra Sianingsih saat menyampaikan kegundahannya kepada Kupastuntas.co, Rabu (5/4/2023).

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Sejumlah 900 pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Pasar Sidomulyo (APPSI), Kabupaten Lampung Selatan mengeluhkan anjloknya omset di bulan Ramadhan tahun 2023.

Ketua APPSI Lamsel Esti Nur Fatonah didampingi Sekretaris Mitra Sianingsih menyampaikan kegundahannya kepada Kupastuntas.co, Rabu (5/4/2023).

"Kami menghimbau kepada para pemangku kebijakan untuk selalu memperhatikan keluhan masyarakat dibawah, jangan kami sudah sering mengadu kesana - sini tapi seakan-akan kami itu diabaikan kami dianaktirikan dan kami merasa kami tidak mendapat perlakuan yang adil secara hukum," buka Esti saat ditemui di kios Pasar Sidomulyo.

Esti menyoal, tentang keberadaan Toserba Multimart Sidomulyo yang dianggap tidak memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat Sidomulyo.

"Dan ini sangat berdampak buruk bagi pelaku usaha kecil menengah, pelaku usaha Pasar Sidomulyo sehingga Pasar Sidomulyo dalam beberapa bulan ini mati suri," sambung Esti.

Penyebabnya, Toserba itu dituding menjual harga dibawah harga pasaran ditambah lagi menyediakan parkir gratis bagi masyarakat yang berbelanja.

"Maksudnya dibawah harga pasar, mereka menjual barang itu sama dengan harga kami kulakan (modal), satu itu. Kedua, mungkin masyarakat senang ya berbelanja di mall kan karena masyarakat sini masih masyarakat pedesaan. Senang ada mall dan mereka memberikan parkir gratis disana, sedangkan disini kan nggak bisa parkir gratis karena terkait dengan Dinas Perhubungan kan pemasukan PAD gitu," lanjut Esti.

Menurut Esti, sebenarnya mereka juga menjadi penyumbang PAD terbesar untuk Lampung Selatan baik dari pasar maupun dari parkir.

Multimart Sidomulyo yang diresmikan sejak tanggal 2 Juli 2022, dirasa memberikan dampak terhadap omset penjualan pedagang pasar.

"Dampak yang dirasakan itu sangat besar sangat luar biasa, jadi Pasar Sidomulyo boleh dikatakan mati suri sekarat. Jadi semua orang berduyun-duyun kesana, apalagi mereka itu promosinya gencar di Facebook di Tik Tok media sosial dan pokoknya promosinya sampai ngeluarin pamflet-pamflet kemana-mana," timpal Esti.

Saking sepinya, Esti mewakili ratusan pedagang Pasar Sidomulyo mengaku mengalami kemerosotan penjualan yang signifikan terlebih di bulan ramadhan kali ini mencapai kisaran 80-90 persen.

"Kondisinya sekarang sangat mengenaskan, biasanya kami Pasar Sidomulyo itu satu bulan sebelum ramadhan sudah mulai orang beli nyicil-nyicil untuk baju lebaran. Omset kami yang tadi misalnya anggaplah pedagang yang tingkat menengah yang biasanya sehari-hari Rp200 ribu sampai Rp800 ribu, kalau ramadhan itu bisa sampai Rp2 juta sampai Rp7 juta sekarang turun dari hari biasa. Sekarang itu mau dapat duit Rp200 ribu saja di bulan ramadhan itu sulit," keluh Esti.

Terkadang, banyak pedagang yang sama sekali berhari-hari tidak pecah telur alias tak ada penglaris. Esti menyampaikan, mereka sudah pernah mengadukan permasalahan itu ke berbagai pihak.

"Sudah banyak sekali langkah yang kami ajukan, pertama kami ngadu ke Dinas Pasar, ke Kepala UPT, ke Camat, ke Dewan, sudah dilakukan mediasi 2 kali akan tetapi hasilnya nggak ada. Dan mediasi kedua sebenarnya sudah hampir menemukan titik terang, tetapi pihak sana mengingkari perjanjian," tegas Esti.

Sederhananya, mereka hanya menuntut agar bisa bersaing harga dengan Multimart Sidomulyo yaitu tidak menjual harga dibawah harga standar pasar.

"Harga standar itu mengambil keuntungan kan biasanya 20 persen, tetapi mereka dibawah itu bahkan kadang-kadang untuk produk kosmetik pecah belah dibawah harga kulakan kami. Kami kulakan Rp5 ribu mereka jual Rp4 ribu gitu, itu tuntutan pertama kami harga. Tapi karena kami ini masyarakat awam tidak tahu mengenai Undang Undang persaingan harga, siapa yang melindungi tentang persaingan harga jadi kemarin mentah," cetus Esti.

Esti yang sudah 20 tahun menjadi pedagang mengeluarkan ultimatum, akan menempuh langkah hukum untuk memperjuangkan nasib mereka.

"Saya berpesan banget kepada pemangku kepentingan ya, jangan hanya duduk manis dikantor menerima laporan dari bawah, baca Undang Undang, baca peraturan baik yang ada di daerah maupun di pusat, karena peraturan itu dibuat untuk dibaca oleh pemangku kepentingan kan agar tidak sembarangan secara sembrono mengizinkan apapun yang berdiri tanpa prosedur yang berlaku. kami akan berjuang sampai titik darah penghabisan, dan kami akan berjuang sesuai dengan hukum yang berlaku," tandas Esti.

Pedagang Pasar Sidomulyo yang lain bernama Dewi, mengamini kondisi pasar yang sepi pengunjung.

"Sejak lepas dari Corona lah, anak sekolah udah mulai masuk udah mulai sepi," kata Dewi.

Dewi tak menampik, sepinya pengunjung setelah adanya Multimart Sidomulyo.

"Ya pengaruh sih pengaruh ya, kena juga imbasnya. Ibaratnya kalau sebelum ada, ya pada ke pasar. Sekarang kan terbagi, ada yang dipinggir-pinggir jalan banyak yang murah-murah dan keadaan memang lagi sepi tahun ini nambah sepi," akunya.

Meski bulan ramadhan telah memasuki hari ke-14, Dewi menyebutkan kondisi pasar masih sepi dari pengunjung.

"Nggak belum ada, kayak gini biasanya udah ramai, ini dari pagi duduk santai karena sepi nggak ada orangnya. Kita berharap aja dari orang mudik orang yang libur kerja, nah harapannya disitu," pungkas Dewi.

Saat Kupastuntas.co mendatangi Multimart Sidomulyo, melalui karyawan bernama Fajar dan Livia menyampaikan bahwa pihak menajemen belum berkenan memberikan keterangan. (*)