Pedagang Pasar Sidomulyo Lamsel Menjerit, Tuding Multimart Biang Keladi Turunnya Omset Penjualan

Ketua APPSI Lamsel Esti Nur Fatonah (pakai hijab biru) didampingi Sekretaris Mitra Sianingsih saat menyampaikan kegundahannya kepada Kupastuntas.co, Rabu (5/4/2023).
Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Sejumlah 900 pedagang yang
tergabung dalam Asosiasi Pedagang Pasar Sidomulyo (APPSI), Kabupaten Lampung
Selatan mengeluhkan anjloknya omset di bulan Ramadhan tahun 2023.
Ketua APPSI Lamsel Esti Nur Fatonah didampingi Sekretaris
Mitra Sianingsih menyampaikan kegundahannya kepada Kupastuntas.co, Rabu
(5/4/2023).
"Kami menghimbau kepada para pemangku kebijakan untuk
selalu memperhatikan keluhan masyarakat dibawah, jangan kami sudah sering
mengadu kesana - sini tapi seakan-akan kami itu diabaikan kami dianaktirikan
dan kami merasa kami tidak mendapat perlakuan yang adil secara hukum,"
buka Esti saat ditemui di kios Pasar Sidomulyo.
Esti menyoal, tentang keberadaan Toserba Multimart
Sidomulyo yang dianggap tidak memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat
Sidomulyo.
"Dan ini sangat berdampak buruk bagi pelaku usaha kecil
menengah, pelaku usaha Pasar Sidomulyo sehingga Pasar Sidomulyo dalam beberapa
bulan ini mati suri," sambung Esti.
Penyebabnya, Toserba itu dituding menjual harga dibawah
harga pasaran ditambah lagi menyediakan parkir gratis bagi masyarakat yang
berbelanja.
"Maksudnya dibawah harga pasar, mereka menjual barang
itu sama dengan harga kami kulakan (modal), satu itu. Kedua, mungkin masyarakat
senang ya berbelanja di mall kan karena masyarakat sini masih masyarakat
pedesaan. Senang ada mall dan mereka memberikan parkir gratis disana, sedangkan
disini kan nggak bisa parkir gratis karena terkait dengan Dinas Perhubungan kan
pemasukan PAD gitu," lanjut Esti.
Menurut Esti, sebenarnya mereka juga menjadi penyumbang PAD
terbesar untuk Lampung Selatan baik dari pasar maupun dari parkir.
Multimart Sidomulyo yang diresmikan sejak tanggal 2 Juli
2022, dirasa memberikan dampak terhadap omset penjualan pedagang pasar.
"Dampak yang dirasakan itu sangat besar sangat luar
biasa, jadi Pasar Sidomulyo boleh dikatakan mati suri sekarat. Jadi semua orang
berduyun-duyun kesana, apalagi mereka itu promosinya gencar di Facebook di Tik
Tok media sosial dan pokoknya promosinya sampai ngeluarin pamflet-pamflet
kemana-mana," timpal Esti.
Saking sepinya, Esti mewakili ratusan pedagang Pasar
Sidomulyo mengaku mengalami kemerosotan penjualan yang signifikan terlebih di
bulan ramadhan kali ini mencapai kisaran 80-90 persen.
"Kondisinya sekarang sangat mengenaskan, biasanya kami
Pasar Sidomulyo itu satu bulan sebelum ramadhan sudah mulai orang beli
nyicil-nyicil untuk baju lebaran. Omset kami yang tadi misalnya anggaplah
pedagang yang tingkat menengah yang biasanya sehari-hari Rp200 ribu sampai
Rp800 ribu, kalau ramadhan itu bisa sampai Rp2 juta sampai Rp7 juta sekarang
turun dari hari biasa. Sekarang itu mau dapat duit Rp200 ribu saja di bulan
ramadhan itu sulit," keluh Esti.
Terkadang, banyak pedagang yang sama sekali berhari-hari
tidak pecah telur alias tak ada penglaris. Esti menyampaikan, mereka sudah
pernah mengadukan permasalahan itu ke berbagai pihak.
"Sudah banyak sekali langkah yang kami ajukan, pertama
kami ngadu ke Dinas Pasar, ke Kepala UPT, ke Camat, ke Dewan, sudah dilakukan
mediasi 2 kali akan tetapi hasilnya nggak ada. Dan mediasi kedua sebenarnya
sudah hampir menemukan titik terang, tetapi pihak sana mengingkari
perjanjian," tegas Esti.
Sederhananya, mereka hanya menuntut agar bisa bersaing harga
dengan Multimart Sidomulyo yaitu tidak menjual harga dibawah harga standar
pasar.
"Harga standar itu mengambil keuntungan kan biasanya 20
persen, tetapi mereka dibawah itu bahkan kadang-kadang untuk produk kosmetik
pecah belah dibawah harga kulakan kami. Kami kulakan Rp5 ribu mereka jual Rp4
ribu gitu, itu tuntutan pertama kami harga. Tapi karena kami ini masyarakat
awam tidak tahu mengenai Undang Undang persaingan harga, siapa yang melindungi
tentang persaingan harga jadi kemarin mentah," cetus Esti.
Esti yang sudah 20 tahun menjadi pedagang mengeluarkan
ultimatum, akan menempuh langkah hukum untuk memperjuangkan nasib
mereka.
"Saya berpesan banget kepada pemangku kepentingan ya,
jangan hanya duduk manis dikantor menerima laporan dari bawah, baca Undang
Undang, baca peraturan baik yang ada di daerah maupun di pusat, karena
peraturan itu dibuat untuk dibaca oleh pemangku kepentingan kan agar tidak
sembarangan secara sembrono mengizinkan apapun yang berdiri tanpa prosedur yang
berlaku. kami akan berjuang sampai titik darah penghabisan, dan kami akan
berjuang sesuai dengan hukum yang berlaku," tandas Esti.
Pedagang Pasar Sidomulyo yang lain bernama Dewi, mengamini kondisi
pasar yang sepi pengunjung.
"Sejak lepas dari Corona lah, anak sekolah udah mulai
masuk udah mulai sepi," kata Dewi.
Dewi tak menampik, sepinya pengunjung setelah adanya Multimart Sidomulyo.
"Ya pengaruh sih pengaruh ya, kena juga imbasnya.
Ibaratnya kalau sebelum ada, ya pada ke pasar. Sekarang kan terbagi, ada yang
dipinggir-pinggir jalan banyak yang murah-murah dan keadaan memang lagi sepi
tahun ini nambah sepi," akunya.
Meski bulan ramadhan telah memasuki hari ke-14, Dewi
menyebutkan kondisi pasar masih sepi dari pengunjung.
"Nggak belum ada, kayak gini biasanya udah ramai, ini
dari pagi duduk santai karena sepi nggak ada orangnya. Kita berharap aja dari orang
mudik orang yang libur kerja, nah harapannya disitu," pungkas Dewi.
Saat Kupastuntas.co mendatangi Multimart Sidomulyo, melalui
karyawan bernama Fajar dan Livia menyampaikan bahwa pihak menajemen belum
berkenan memberikan keterangan. (*)
Berita Lainnya
-
Warga Dukung Peningkatan Pospol Way Sulan Lampung Selatan Jadi Polsubsektor
Kamis, 15 Mei 2025 -
Mobil Panther Terparkir di Garasi Rumah Kalianda Lamsel Raib Digondol Maling
Kamis, 15 Mei 2025 -
Polisi Bekuk Pencuri Motor 4 TKP di Palas Lampung Selatan
Kamis, 15 Mei 2025 -
Diduga Caplok Lahan Senilai 4 Miliar, PT KLTD Digugat Warga ke Pengadilan
Rabu, 14 Mei 2025