Diserbu Ojol Tergerus Jaman, Curhatan Supir Angkot di Bandar Lampung Kian Susah Cari Penumpang

Tampak beberapa angkot yang ngetem menunggu penumpang di Jalan Raden Intan Pasar Bawah Kota Bandar Lampung. Foto: Yudi/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pemilik usaha angkutan umum
di Bandar Lampung mengeluh, pasalnya pasca menjamurnya angkutan ojek online
(ojol) berdampak terhadap menurunnya jumlah penumpang dan alhasil pendapatan pelaku
usaha angkutan konvensional itu pun menurun signifikan.
Dari pantauan Kupastuntas.co di ruas Jalan Raden Intan Pasar
Bawah Kota Bandar Lampung, dari puluhan angkutan kota (angkot) yang beroperasi
hari ini Senin (29/5/23), terlihat hanya beberapa angkot yang mendapatkan
penumpang itupun hanya satu atau dua orang.
Yunzri pemilik mobil angkot yang juga mantan pengurus angkot
trayek Sukarame - Tanjung Karang, menjelaskan bahwa saat ini kurang lebih 20
mobil angkot masih beroperasi di trayek tersebut.
"Sekarang paling 20 angkot yang masih beroperasi di trayek
Sukarame - Tanjung Karang karena peminatnya sudah berkurang, dulu di trayek ini
hampir 70 angkot yang beroperasi sebelum ada Ojek Online ini (ojol),"
jelas Yunzri.
Yunzri juga mempunyai kendaraan angkot yang disewakan kepada
orang lain namun tidak semuanya beroperasi karena peminat angkot berkurang,
ditambah keadaan angkot yang kurang perawatan dan perbaikan akibat minimnya
pemasukan.
"Saya kebetulan ada 5 mobil angkot, yang jalan cuma 2
karena enggak ada yang mau bawa mobilnya lagi karna sepi penumpangnya sekarang
ini, dan lagi mobilnya kurang saya rawat kalau ada yang rusak enggak saya
perbaiki, ya mau gimana penghasilan kecil setoran juga gak banyak," ucap
Yunzri.
Jalur lintas (trayek) kata Yunzri, yang masih aktif saat ini
meliputi Tanjung Karang - Sukarame, Tanjung Karang - Teluk, Tanjung Karang -
Rajabasa, Tanjung Karang - Tugu Duren.
Salah satu supir angkot Samsurizal, mengatakan dirinya sudah
hampir 1 Jam menunggu dan baru mendapat
dua orang penumpang dari trayek Sukarame menuju Tanjung Karang.
"Udah satu jam saya 'ngetem' disini belum ada penumpang
lagi, tadi pagi saya dari Sukarame ke Ramayana Karang cuman bawa dua orang, sepi
zaman sekarang penumpang angkot ini," katanya saat di wawancara Senin
(29/05/23).
Menanggapi banyaknya Transportasi Online (ojol) yang menjamur di Bandar Lampung membuat ia
mengaku penghasilannya berkurang sangat drastis bahkan tergolong tidak
mencukupi biaya sehari-hari.
"Dulu pas Ojol belum banyak enggak berpengaruh sama
sekali, pendapatan masih stabil, setoran masih lancar, calon penumpang masih
banyak. Sekarang ojol banyak bener pendapatan saya menurun bahkan setoran
nombok kadang-kadang," kata Samsurizal.
Samsurizal juga menjelaskan sebelum menjamurnya Ojol dirinya
masih mendapatkan pendapatan yang stabil bahkan tergolong lebih dari cukup.
"Kalau dulu paling kecil perhari Rp 150 ribu itu masih
dapat, bahkan kadang diluar setoran kadang dapat Rp 300 ribu lebih perharinya, cukuplah
pendapatan saya dulu perharinya. Semenjak ada Ojol setoran aja kadang enggak
cukup terpaksa kasbon dulu sama yang punya (angkot)," tambahnya.
"Untuk setoran dulu Rp 120 ribu kadang lebih sekarang
Rp 60 ribu, tergantung pemilik nya juga, karena ada yang mengerti keadaan ada
yang enggak, jadi gimana kebijakan nya aja," lanjut Samsurizal.
Samsurizal menceritakan zaman terakhir kejayaan supir angkot
saat kepemimpinan Presiden SBY. Setalah bergantinya presiden penghasilannya
sebagai supir angkot dapat dikatakan menurun sebab banyaknya aplikasi Ojol.
"Terahir zamannya pak SBY penumpang angkot masih banyak, tapi sekarang
semenjak ojol dimana-mana ya kurang dari kata cukup," tutup Samsurizal.
Di tempat yang sama Sahdan, supir angkot trayek Tanjung
Karang - Teluk Betung, mengaku sudah hampir 30 Tahun menjadi supir angkot, ia
sadar akan kemajuan zaman dan teknologi, ia hanya mampu bersabar dan tidak
berhenti untuk tetap berusaha demi kelangsungan hidup keluarganya.
"Dari segi pendapatan di banding zaman dulu jauh beda
dengan sekarang, tapi mau gimana makin lama dunia makin canggih makin modern
jadi yang jadul-jadul lambat laun pasti dilupakan," ujarnya.
Terlebih saat sekarang kata Sahdan, untuk melakukan tindakan
agar angkot bisa kembali seperti dulu lagi sudah kecil kemungkinannya, Sebab
dari pemerintah kota pun tidak ada tindakan.
"Coba liat enggak ada angkot yang pajaknya hidup, udah
pada enggak berlaku lagi, angkot sekarang dibebasin kayaknya sama pemerintah,
dari pajak kendaraan sama KIR nya juga, polisi gak ada yang berani setopin
angkot karna pajak mati plat mati KIR gak aktif, jadi mungkin ini langakah
pemerintah biar kami para supir angkot enggak ngadain demo jadi dibiarin aja
begini," imbuhnya.
Kepada Pemerintah Kota Sahdan berharap untuk diberikan
solusi agar Angkutan umum (angkot) mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah
itu sendiri sebab baginya banyak orang yang menggantungkan nasibnya sebagai
supir angkot.
"Saya hanya berharap Pemerintah mampu memberikan solusi
dan memperhatikan dengan lebih kepada para supir angkot, karena banyak sekali
orang termasuk saya yang menggantungkan nasib untuk hidup sebagai supir angkot,"
tegasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Kolaborasi Strategis, Universitas Teknokrat dan SMAN 1 Bandar Lampung Bangun Kemitraan Pendidikan
Senin, 12 Mei 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia Gelar Mabit dan Jalasah BBQ: Bentuk Pemuda Qur’ani di Era Digital
Senin, 12 Mei 2025 -
Realisasi APBD Pemprov Lampung, Dari Tertinggal ke Terdepan, Oleh: Dr. Saring Suhendro
Senin, 12 Mei 2025 -
PLN dan PT Angel Yeast Budi Indonesia Sepakat Teken MoU, Produsen Bioteknologi Siap Serap Daya Listrik 16 Juta VA
Senin, 12 Mei 2025