• Senin, 12 Mei 2025

Diserbu Ojol Tergerus Jaman, Curhatan Supir Angkot di Bandar Lampung Kian Susah Cari Penumpang

Senin, 29 Mei 2023 - 14.36 WIB
541

Tampak beberapa angkot yang ngetem menunggu penumpang di Jalan Raden Intan Pasar Bawah Kota Bandar Lampung. Foto: Yudi/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pemilik usaha angkutan umum di Bandar Lampung mengeluh, pasalnya pasca menjamurnya angkutan ojek online (ojol) berdampak terhadap menurunnya jumlah penumpang dan alhasil pendapatan pelaku usaha angkutan konvensional itu pun menurun signifikan.

Dari pantauan Kupastuntas.co di ruas Jalan Raden Intan Pasar Bawah Kota Bandar Lampung, dari puluhan angkutan kota (angkot) yang beroperasi hari ini Senin (29/5/23), terlihat hanya beberapa angkot yang mendapatkan penumpang itupun hanya satu atau dua orang.

Yunzri pemilik mobil angkot yang juga mantan pengurus angkot trayek Sukarame - Tanjung Karang, menjelaskan bahwa saat ini kurang lebih 20 mobil angkot masih beroperasi di trayek tersebut.

"Sekarang paling 20 angkot yang masih beroperasi di trayek Sukarame - Tanjung Karang karena peminatnya sudah berkurang, dulu di trayek ini hampir 70 angkot yang beroperasi sebelum ada Ojek Online ini (ojol)," jelas Yunzri.

Yunzri juga mempunyai kendaraan angkot yang disewakan kepada orang lain namun tidak semuanya beroperasi karena peminat angkot berkurang, ditambah keadaan angkot yang kurang perawatan dan perbaikan akibat minimnya pemasukan.

"Saya kebetulan ada 5 mobil angkot, yang jalan cuma 2 karena enggak ada yang mau bawa mobilnya lagi karna sepi penumpangnya sekarang ini, dan lagi mobilnya kurang saya rawat kalau ada yang rusak enggak saya perbaiki, ya mau gimana penghasilan kecil setoran juga gak banyak," ucap Yunzri.

Jalur lintas (trayek) kata Yunzri, yang masih aktif saat ini meliputi Tanjung Karang - Sukarame, Tanjung Karang - Teluk, Tanjung Karang - Rajabasa, Tanjung Karang - Tugu Duren.

Salah satu supir angkot Samsurizal, mengatakan dirinya sudah hampir 1 Jam menunggu dan  baru mendapat dua orang penumpang dari trayek Sukarame menuju Tanjung Karang.

"Udah satu jam saya 'ngetem' disini belum ada penumpang lagi, tadi pagi saya dari Sukarame ke Ramayana Karang cuman bawa dua orang, sepi zaman sekarang penumpang angkot ini," katanya saat di wawancara Senin (29/05/23).

Menanggapi banyaknya Transportasi Online (ojol)  yang menjamur di Bandar Lampung membuat ia mengaku penghasilannya berkurang sangat drastis bahkan tergolong tidak mencukupi biaya sehari-hari.

"Dulu pas Ojol belum banyak enggak berpengaruh sama sekali, pendapatan masih stabil, setoran masih lancar, calon penumpang masih banyak. Sekarang ojol banyak bener pendapatan saya menurun bahkan setoran nombok kadang-kadang," kata Samsurizal.

Samsurizal juga menjelaskan sebelum menjamurnya Ojol dirinya masih mendapatkan pendapatan yang stabil bahkan tergolong lebih dari cukup.

"Kalau dulu paling kecil perhari Rp 150 ribu itu masih dapat, bahkan kadang diluar setoran kadang dapat  Rp 300 ribu lebih perharinya, cukuplah pendapatan saya dulu perharinya. Semenjak ada Ojol setoran aja kadang enggak cukup terpaksa kasbon dulu sama yang punya (angkot)," tambahnya.

"Untuk setoran dulu Rp 120 ribu kadang lebih sekarang Rp 60 ribu, tergantung pemilik nya juga, karena ada yang mengerti keadaan ada yang enggak, jadi gimana kebijakan nya aja," lanjut Samsurizal.

Samsurizal menceritakan zaman terakhir kejayaan supir angkot saat kepemimpinan Presiden SBY. Setalah bergantinya presiden penghasilannya sebagai supir angkot dapat dikatakan menurun sebab banyaknya aplikasi Ojol. "Terahir zamannya pak SBY penumpang angkot masih banyak, tapi sekarang semenjak ojol dimana-mana ya kurang dari kata cukup," tutup Samsurizal.

Di tempat yang sama Sahdan, supir angkot trayek Tanjung Karang - Teluk Betung, mengaku sudah hampir 30 Tahun menjadi supir angkot, ia sadar akan kemajuan zaman dan teknologi, ia hanya mampu bersabar dan tidak berhenti untuk tetap berusaha demi kelangsungan hidup keluarganya.

"Dari segi pendapatan di banding zaman dulu jauh beda dengan sekarang, tapi mau gimana makin lama dunia makin canggih makin modern jadi yang jadul-jadul lambat laun pasti dilupakan," ujarnya.

Terlebih saat sekarang kata Sahdan, untuk melakukan tindakan agar angkot bisa kembali seperti dulu lagi sudah kecil kemungkinannya, Sebab dari pemerintah kota pun tidak ada tindakan.

"Coba liat enggak ada angkot yang pajaknya hidup, udah pada enggak berlaku lagi, angkot sekarang dibebasin kayaknya sama pemerintah, dari pajak kendaraan sama KIR nya juga, polisi gak ada yang berani setopin angkot karna pajak mati plat mati KIR gak aktif, jadi mungkin ini langakah pemerintah biar kami para supir angkot enggak ngadain demo jadi dibiarin aja begini," imbuhnya.

Kepada Pemerintah Kota Sahdan berharap untuk diberikan solusi agar Angkutan umum (angkot) mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah itu sendiri sebab baginya banyak orang yang menggantungkan nasibnya sebagai supir angkot.

"Saya hanya berharap Pemerintah mampu memberikan solusi dan memperhatikan dengan lebih kepada para supir angkot, karena banyak sekali orang termasuk saya yang menggantungkan nasib untuk hidup sebagai supir angkot," tegasnya. (*)