Sudin: Kebocoran Pupuk Bersubsidi Masih Tinggi

Ketua Komisi IV DPR RI Sudin saat memberikan bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) sekaligus panen padi NSP di Kampung Nambah Dadi, Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketua Komisi
IV DPR RI Sudin menyebut saat ini masih banyak terjadi kebocoran pupuk
bersubsidi. Dampaknya, pupuk bersubsidi menjadi langka di tengah-tengah
masyarakat.
Hal itu disampaikan Sudin saat acara
Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Pengelolaan Pupuk Bersubsidi’
di Hotel BBC Bandar Jaya, Lampung Tengah, Kamis (27/7/23).
Sudin mengatakan, masih banyak penyimpangan
dalam pengelolaan pupuk bersubsidi di lapangan. Sehingga masih sering terjadi
kelangkaan pupuk bersubsidi.
“Setiap saya melakukan kunjungan kerja ke
daerah, hanya satu yang selalu ditanyakan para petani yaitu nggak ada pupuk
bersubsidi alias langka. Saya heran kenapa bisa langka? Padahal pupuk
bersubsidi itukan menggunakan data nama per kelompok. Ini perlu dilihat dimana
letak kesalahan dalam pengelolaan pupuk bersubsidi tersebut sehingga bisa
sampai nggak ada,” tegas Sudin.
Sudin mengatakan, masih adanya kebocoran pupuk
bersubsidi dalam pendistribusian yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Sehingga di kabupaten-kabupaten pasti selalu ada kelangkaan
pupuk bersubsidi.
“Kuota pupuk bersubsidi kita memang masih jauh
dari cukup. Untuk pupuk bersubsidi kita anggarkan pada tahun 2023 sebesar
Rp25,3 triliun atau ekuivalen dengan 7 juta ton pupuk bersubsidi. Belum mencukupi
sesuai usulan dari pemda sekitar 23 juta-24 juta ton pupuk bersubsidi per
tahun. Sehingga selebihnya masyarakat beli pupuk non bersubsidi.
Sudin minta aparat penegak hukum harus
memberikan tindakan tegas terhadap setiap tindakan pelanggaran hukum dalam penyaluran
pupuk bersubsidi.
Ia minta pemerintah memperbaiki tata kelola
dan pengawasan pupuk bersubsidi, diantaranya dengan membuka kesempatan
seluas-luasnya kepada BUMDes, koperasi, dan gapoktan sebagai penyalur pupuk
bersubsidi.
Sudin juga menyinggung banyaknya petani
singkong di Provinsi Lampung. Bahkan, di setiap kabupaten pasti ada petani
singkong. Sehingga singkong masuk komoditi andalan Provinsi Lampung.
Namun lanjut Sudin, sampai saat ini petani
singkong tidak mendapat kuota pupuk bersubsidi. Ia berjanji pada tahun ini akan
memasukkan komoditi singkong agar mendapatkan kuota pupuk bersubsidi.
“Kalau tahun ini tidak bisa, saya pastikan
tahun 2024 insyaAllah akan dianggarkan agar petani singkong mendapatkan pupuk
bersubsidi,” ungkapnya.
Menurut Sudin, pupuk merupakan salah satu
faktor penting dalam peningkatan produktivitas dan mempertahankan produksi
pertanian. Peningkatan produksi pertanian sangat diperlukan untuk tercapainya
kedaulatan pangan.
"Karena kalau tidak ada pupuk, maka tanah
akan rusak jika digarap selama puluhan tahun. Hasil tidak akan maksimal kalau
tidak ada pupuk yang cukup,” ujarnya.
Sudin menjelaskan, saat ini hasil produksi
pertanian hasilnya tidak baik karena dipanen sebelum waktunya. Salah satunya
seperti singkong, dimana untuk menghasilkan produksi yang baik dibutuhkan waktu
sekitar 9 sampai 10 bulan.
"Setelah saya amati sering terjadi
keributan antara petani dengan pabrik karena rendemennya rendah. Saya sampai
pernah memanggil salah satu pabrik, lalu saya tanyakan kenapa hasilnya tidak
baik? Ternyata karena panennya belum cukup umur, ada yang 7 bulan sudah
dipanen. Jika mekanisme panen yang baik diikuti saya rasa tidak akan terjadi
keributan antara penjual dan pembeli. Karena petani butuh pabrik, dan pabrik
pun butuh petani, saling membutuhkan," paparnya.
Sementara itu, Dirjen Sarana dan Prasarana
Pertanian Kementan RI, Ali Jamil mengatakan, penerima pupuk bersubsidi sejak
tahun 2022 mengalami perubahan dari Permentan No. 41 Tahun 2021 menjadi
Permentan No. 10 Tahun 2022 dikarenakan keterbatasan anggaran. Terdapat
beberapa perbedaan yakni jenis pupuk, peruntukan dan mekanisme alokasi.
Sesuai Permentan No. 10 Tahun 2022, pemerintah
hanya memberikan subsidi untuk dua jenis pupuk yakni Urea dan NPK untuk
komoditas padi, jagung, kedelai, cabai, bawang putih, bawang merah, tebu,
kedelai dan kakao dengan luas maksimal 2 hektar.
“Mekanisme alokasi pupuk bersubsidi
berdasarkan proporsi luas Lahan Spasial Komoditas Prioritas (SIMLUHTAN).
Apabila terdapat komplain kekurangan pupuk, merupakan dampak dari keterbatasan
anggaran subsidi pupuk,” katanya. Ia menerangkan, saat ini Kementan RI sedang
memperjuangkan agar komoditas singkong mendapatkan pupuk bersubsidi.
Direktur Pemasaran PT. Pupuk Indonesia
(Persero), Gusrizal menjelaskan, untuk memenuhi alokasi kebutuhan pupuk subsidi
sejumlah 7,8 juta ton diperlukan tambahan anggaran sebesar Rp 12 triliun
terdiri dari pupuk Urea dan NPK.
“Sampai dengan 30 Juni 2023, alokasi
penyaluran pupuk bersubsidi sekitar 3,4 juta ton. PT. Pupuk Indonesia telah memiliki
sistem digital yang dapat memonitor pergerakan dan posisi stok pupuk bersubsidi
pada setiap lini dari pabrik sampai dengan kios,” kata Gusrizal.
Wakil Kepala Satuan Tugas (Satgas Pangan),
Brigjen Pol Helfi Assegaf yang ikut hadir dalam acara itu mengatakan,
permasalahan pupuk bersubsidi yang banyak ditemukan di lapangan antara lain
petani pendatang tidak memiliki KTP, data fiktif (bukan petani/meninggal
dunia), minim atau lambatnya penerbitan kartu tani, penyusunan RDKK hanya copas
(copy paste) dan tidak update, dan sistem pengamanan dan pengawasan tidak
berjalan dengan baik.
“Penyalahgunaan pupuk bersubsidi yang kerap
terjadi yakni data fiktif pada RDKK digunakan sebagai peluang untuk
menyimpangkan distribusi pupuk, dan salah alokasi, sehingga merugikan petani
yang berhak dan merugikan keuangan negara,” jelasnya.
Helfi menerangkan, terdapat 4 modus operandi
kejahatan pupuk bersubsidi yakni manipulasi data dalam proses pengajuan pupuk
bersubsidi, mencampur pupuk subsidi dengan pupuk non subsidi (Pengoplosan),
pendistribusian pupuk subsidi tidak sesuai dengan alokasi pendistribusian, dan
penjualan pupuk bersubsidi tidak tepat sasaran.
“Kami sebagai Satgas Pangan sangat mendukung
penggunaan pupuk organik sebagai alternatif pengganti pupuk subsidi agar tidak
selalu ketergantungan dengan pupuk bersubsidi,” paparnya.
Ia menyarankan, adanya update data dan
validasi data terhadap penerima pupuk bersubsidi, dan perbaikan sistem
pendistribusian serta pelaporan secara elektronik menggunakan aplikasi
teknologi berbasis digital untuk memudahkan pelaksanaan pengawasan sejak
pengadaan dan pendistribusian pupuk bersubsidi dari tingkat produsen,
distributor, pengecer/ kios sampai kepada petani/konsumen akhir.
“Kami juga terus melakukan evaluasi maupun
rekonsiliasi secara periodik terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi, serta pembaharuan mekanisme distribusi yang lebih sederhana
sehingga subsidi dapat dirasakan oleh petani, tepat sasaran dan dapat meminimalisir
terjadinya penyimpangan yang akan berdampak sistemik terhadap perekonomian
negara,” imbuhnya.
Usai acara Focus Group Discussion di Hotel BBC
Bandar Jaya, Sudin melanjutkan kegiatan dengan memberikan bantuan alat mesin
pertanian (Alsintan) sekaligus panen padi NSP di Kampung Nambah Dadi, Kecamatan
Terbanggi Besar.
Bantuan yang diberikan berupa dua unit hand traktor dan 20
tangki elektrik kepada kelompok tani setempat. Dalam arahannya, Sudin berpesan
agar bantuan yang diberikan dirawat dengan baik dan jangan sampai rusak.
“Jagalah seperti barang milik sendiri,” kata Sudin. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Jumat 28 Juli 2023 dengan judul: "Sudin: Kebocoran Pupuk Bersubsidi Masih Tinggi"
Video KUPAS TV : WASPADA! Judi Slot Bikin Kecanduan dan Picu Kriminalitas
Berita Lainnya
-
Didukung Pemerintah Jerman, UBL Gaungkan Inovasi Perkotaan untuk SDGs Melalui Simposium Internasional dan Workshop MSP 2025
Kamis, 01 Mei 2025 -
Jenguk Bayi Terlantar, Bunda Eva Doakan Tumbuh Jadi Anak yang Kuat
Kamis, 01 Mei 2025 -
Ketua LP-KPK Lampung Audiensi ke Kantor Walikota Bandar Lampung, Minta Tanggapan Terkait Sampah dan Banjir
Kamis, 01 Mei 2025 -
Indosat Ooredoo Hutchison Catatkan Laba Bersih dan ARPU yang Progresif di Kuartal I 2025 di Tengah Kondisi Pasar yang Menantang
Rabu, 30 April 2025