Mengenal Lasmono Ruslan, Pelukis Lintas Generasi Asal Bagelen Pesawaran

Lasmono Ruslan atau yang akrab dikenal Mbah Urip saat ditemui di kegiatan mural Flyover Jalan Kapten Abdul Haq - H. Komarudin, Rajabasa, Bandar Lampung, Minggu (6/8). Foto: Erik/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Usia bukan jadi
penghalang untuk terus berkarya. Kalimat itu lah yang selalu ditanamkan Lasmono
Ruslan dalam dirinya.
Meski umur Lasmono sudah menginjak 63 tahun, goresan kuas
catnya hingga kini masih menggambarkan keindahan. Ia memulai proses tersebut
sejak tahun 1977.
Pria kelahiran asal Desa Bagelen, Gedong Tataan,
Pesawaran, tanggal 21 April 1960 itu mengaku menemukan jati diri sebagai
pelukis sejak di bangku sekolah menengah pertama. Bahkan demi memperdalam seni
lukis, ia sempat belajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan 17 tahun
mengembangkan diri di Jakarta.
"Saya melakukan proses, sampai sekarang pun masih
belajar. Mengadakan studi banding dengan teman-teman, membuka wawasan, saya
bisa makan dari sini (melukis)," ucapnya, Minggu (6/8).
Di kalangan seniman, Lasmono juga akrab disapa Mbah Urip.
Dari aktivitas melukis sehari-hari, dirinya sangat menjiwai jenis lukisan
realis.
"Paling suka melukis realis, seperti tokoh-tokoh.
Untuk melukis realis itu cukup sulit, butuh proses yang panjang bagaimana
melukis tubuhnya secara detil sampai terlihat hidup, tapi saya suka,"
tuturnya.
Berbagai hasil karya lukisan Mah Urip pun selalu eksis di
berbagai event pameran seni. "Lukisan saya sudah berapa kali dihadirkan
dalam pemeran. Lukisan saya pahlawan Pattimura ditawar orang tapi tidak saya
jual karena mengandung sejarah yang dalam," katanya.
Dengan pengalaman dan keahliannya, tak jarang orang
meminta untuk dilukis oleh Mbah Urip. Dari bayaran lukisan itulah ia mampu
menghidupkan istri dan satu anak.
"Media menggunakan cat minyak untuk kanvas. Tapi
terkadang pakai akrilik. Alhamdulillah orang sekarang sudah banyak tahu saya,
terkadang ada yang datang ke rumah. Kepala Museum Lampung juga minta dilukis
sama saya. Di sosial media Facebook juga saya promosikan diri," ujar kakek
bercucu empat itu.
Adapun harga yang dipatok untuk satu lukisan dengan
berkisar Rp500 ribu hingga Rp2 juta.
Disamping melukis secara individu, Mbah Urip juga berbaur
dengan komunitas Gabungan Pelukis Mural Lampung yang rata-rata anggotanya masih
berusia muda. Kegiatan yang tengah dilakukan yaitu memural sejumlah flyover di
Kota Bandar Lampung. Sejauh ini dirinya sudah ikut memural sebanyak sembilan
flyover.
Menurutnya, memural flyover juga menjadi sumber
penghasilan bagi para seniman. "Dari situ juga terkadang ada orang yang
melihat dan meminta untuk dilukis," tuturnya.
Sebagai salah salah satu pelukis senior, Mbah Urip
memberikan pesan kepada anak muda yang gemar melukis agar berani mengeksplor
berbagai jenis lukisan.
"Anak muda sekarang masih banyak melukis vektor, ornamen, jarang ada yang realis. Kita gak kalah dengan Jogja, Bandung. Kuncinya semangat, banyak-banyak belajar, melihat karya orang lain untuk referensi dan sering berbaur dengan yang senior-senior," katanya. (*)
Video KUPAS TV : Air Limbah Sampah Mengalir ke Pemukiman, Cemari Kebun dan Sumur
Berita Lainnya
-
Didukung Pemerintah Jerman, UBL Gaungkan Inovasi Perkotaan untuk SDGs Melalui Simposium Internasional dan Workshop MSP 2025
Kamis, 01 Mei 2025 -
Jenguk Bayi Terlantar, Bunda Eva Doakan Tumbuh Jadi Anak yang Kuat
Kamis, 01 Mei 2025 -
Ketua LP-KPK Lampung Audiensi ke Kantor Walikota Bandar Lampung, Minta Tanggapan Terkait Sampah dan Banjir
Kamis, 01 Mei 2025 -
Indosat Ooredoo Hutchison Catatkan Laba Bersih dan ARPU yang Progresif di Kuartal I 2025 di Tengah Kondisi Pasar yang Menantang
Rabu, 30 April 2025