Wagub Chusnunia: Ada Enam Daerah Kasus Stuntingnya Naik Butuh Penanganan Cepat

Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim saat dimintai keterangan dilingkungan kantor Gubernur Lampung, Senin (7/8/2023). Foto: Ria/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sebanyak
20.878 balita yang ada di Lampung dinyatakan mengalami stunting. Jumlah balita
stunting tersebut terbagi menjadi dua kategori. Diantaranya 15.816 balita
pendek dan 5.062 balita sangat pendek.
Saat dimintai keterangan Wakil Gubernur
Lampung, Chusnunia Chalim mengatakan, setidaknya terdapat enam daerah yang
masih menjadi pekerjaan rumah (PR) karena angka prevalensi stunting nya
mengalami kenaikan.
"Ada enam kabupaten yang kemarin naik,
tapi secara umum Lampung berhasil menurunkan dan menekan angka stunting. Tetapi
ada enam kabupaten yang jadi PR. Ada yang turun tapi tipis dan ada yang malah
naik," katanya saat dimintai keterangan dilingkungan kantor Gubernur
Lampung, Senin (7/8/2023).
Ia mengatakan jika daerah yang angka
prevelensi stunting nya mengalami kenaikan dan diperlukan penanganan dengan
cepat ialah Kabupaten Lampung Utara, Lampung Timur, Pesawaran, Tanggamus,
Lampung Barat dan Mesuji.
"Seperti Lampung Utara, Lampung Timur,
Pesawaran dan angka yang masih perlu di koreksi besar ada di Tanggamus. Kita
perlu kordinasi lintas sektoral jadi tidak bisa hanya satu. Makanya kemarin
kita rapat bersama dengan kabupaten/kota," imbuhnya.
Nunik sapaan akrab Chusnunia menjelaskan jika
anggaran penanganan stunting tersebar di beberapa Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) seperti Bappeda, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak serta Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
"Nanti kan akan ada pembahasan APBD
Perubahan dan APBD murni. Kita berharap ada intervensi aksi konvergensi
penanganan stunting ini masuk di kebijakan di APBD Perubahan 2023 dan 2024 adalah
APBD murni. Karena kita melakukan progam seperti apa pun kalau tidak masuk di
kebijakan anggaran maka akan sulit," katanya lagi.
Pada kesempatan tersebut ia mengatakan jika
banyak faktor yang harus dilakukan untuk menurunkan angka stunting. Seperti
penanganan Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan
yang sampai saat ini masih sering ditemukan.
"ODF ini sangat penting, kemudian salah
satu faktor lainnya adalah masalah gizi, bukan hanya jenis makanannya tapi juga
kualitas penyajian nya misal dia tidak bersih. Memang gerakan kesadaran jaga
kebersihan juga penting untuk disuarakan melalui germas," imbuhnya.
Karena itu ia mengatakan jika semua OPD
memiliki perannya masing-masing. Seperti Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman
yang melakukan penanganan sanitasi sementara dinas sosial melakukan pendataan
jumlah keluarga baru yang kurang sejahtera.
"Dinas Sosial itu terutama menangani pasangan muda, keluarga baru yang memiliki balita namun tidak punya kemampuan untuk memiliki gizi. Maka itu perlu kita advokasi untuk menerima bantuan baik dari pemerintah pusat seperti progam PKH maupun pemerintah provinsi dan kabupaten," tutupnya. (*)
Video KUPAS TV : Kereta Api Hantam Mobil di Natar, 3 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit
Berita Lainnya
-
Didukung Pemerintah Jerman, UBL Gaungkan Inovasi Perkotaan untuk SDGs Melalui Simposium Internasional dan Workshop MSP 2025
Kamis, 01 Mei 2025 -
Jenguk Bayi Terlantar, Bunda Eva Doakan Tumbuh Jadi Anak yang Kuat
Kamis, 01 Mei 2025 -
Ketua LP-KPK Lampung Audiensi ke Kantor Walikota Bandar Lampung, Minta Tanggapan Terkait Sampah dan Banjir
Kamis, 01 Mei 2025 -
Indosat Ooredoo Hutchison Catatkan Laba Bersih dan ARPU yang Progresif di Kuartal I 2025 di Tengah Kondisi Pasar yang Menantang
Rabu, 30 April 2025