• Jumat, 20 Juni 2025

Kekeringan dan Terancam Gagal Panen Melanda Sejumlah Daerah di Lampung, Dinas Pangan Klaim Tidak Berpengaruh Pada Produksi Beras

Selasa, 05 September 2023 - 08.17 WIB
410

Ilustrasi. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura  (KPTPH) Provinsi Lampung mencatat, ada 93 hektar sawah mengalami kekeringan dampak fenomena El Nino. Areal sawah kekeringan diperkirakan akan terus bertambah, karena masih ada sejumlah daerah yang belum melapor ke Dinas KPTPH Lampung.

Kepala Dinas KPTPH Provinsi Lampung, Bani Ispriyanto mengatakan sawah seluas 93 hektar kekeringan itu tersebar di beberapa daerah yakni Kabupaten Tulang Bawang (Tuba), Pringsewu, Lampung Utara (Lampura) dan Tanggamus.

Bani mengungkapkan, meskipun ada beberapa daerah mengalami kekeringan, namun hal tersebut tidak terlalu berdampak signifikan terhadap penurunan jumlah produksi beras yang ada di Lampung.

"Sekarang yang sedang tanam musim gadu itu kurang lebih 200 ribu hektar. Dan yang kering hanya sedikit, jadi tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan jumlah produksi beras yang ada di Lampung," kata Bani, Senin (4/9/2023).

Ia menerangkan, lahan seluas 200 ribu hektar itu ditanam di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan, Tanggamus, Way Kanan, Lampung Tengah dan Tulang Bawang.

"Dalam panen gadu di lahan seluas 200 ribu hektar ini diperkirakan hitungan kasarnya jumlah produksi per hektar bisa mencapai 5 sampai 6 ton. Atau kalau digabungkan sekitar 1,2 juta ton,” katanya.

Untuk mengantisipasi dampak kekeringan tidak semakin meluas, pihaknya sudah menyalurkan bantuan 190 pompa air kepada para kelompok tani tersebar 15 kabupaten/kota.

"Petani saat ini masih melakukan tanam, walaupun memang ada beberapa yang kering tapi masih bisa diatasi. Kita sudah menyalurkan 190 pompa air ke 15 kabupaten/kota melalui kelompok tani untuk menyedot air dari sungai guna mengairi sawah mereka," jelasnya.

Bani menerangkan, berdasarkan laporan Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung (BBWSMS), saat ini kondisi air masih aman. Diimbau para petani melakukan tanam sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

"Untuk air kondisinya sekarang masih aman, tinggal sekarang pengaturannya saja di lapangan. Nanti jadwal tanam kita sampaikan ke BBWSMS supaya pada saat tanam kita dapat air," terangnya.

Bani menjelaskan, Kementerian Pertanian juga akan memberikan bantuan benih dan pupuk kepada para petani melalui program Gerakan Nasional Percepatan Tanam Padi (Gernas).

Pihaknya hanya tinggal mengatur irigasinya supaya petani dapat pasokan air yang cukup. Melalui program Gernas tersebut, pihaknya sudah menyiapkan 36 ribu hektar lahan yang akan ditanami padi.

"Lahan 36 ribu hektar itu tersebar di enam daerah yaitu di  Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Tanggamus, Tulang Bawang dan Way Kanan," paparnya.

Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro mencatat, ada 200 hektar lahan persawahan di Metro terancam gagal panen karena kurangnya pasokan air.

Kepala DKP3 Kota Metro, Heri Wiratno mengatakan pihaknya telah mengantisipasi fenomena El Nino ini sejak April 2023 lalu. Upaya yang dilakukan diantaranya pemetaan daerah-daerah terdampak El-Nino dan berkirim surat kepada para kelompok tani.

Heri mengungkapkan, ada 200 hektar sawah terancam gagal panen karena petani tidak mematuhi imbauan DKP3 Metro yang meminta mereka melakukan penanaman padi sebelum tanggal 16 Juni 2023.

"Ada sekitar 200 hektar sawah berpotensi gagal panen. Hal ini karena petani tidak mematuhi imbauan kami. Melalui surat kami tidak pernah mendukung petani menanam padi di atas tanggal 16 Juni 2023. Karena memang panitia irigasi menghendaki percepatan tanam. Yang tanam di atas 16 Juni 2003 itulah yang kekurangan air hingga terancam gagal panen,” jelasnya, Senin (4/9/2023).

Namun, pihaknya belum dapat memperkirakan nilai kerugian dari adanya ratusan hektar sawah yang terancam gagal panen tersebut.

"Untuk kerugian tentu nanti setelah dilaporkan, karenakan sekarang baru kering belum terjadi puso. Jadi belum dipastikan gagal panen seluruhnya. Tapi yang berpotensi gagal panen ada 200-an hektar itu,” katanya.

Heri mengungkapkan, sawah terancam gagal panen tersebar di 4 kelurahan di Metro meliputi Purwoasri, Hadimulyo Timur, Yosodadi dan Karangrejo.

Edi Suyarwan, petani di Kelurahan Hadimulyo Timur, Kecamatan Metro Pusat mengaku baru mendapatkan jatah air satu kali saat musim tanam gadu ini. Akibatnya sawahnya kering karena tidak mendapatkan pasokan air.

"Sawah saya ini dari awal tanam baru satu kali dapat air. Setelah itu sudah tidak ada lagi. Saya tanam sebelum lebaran haji kurang 3 hari, dapat airnya cuma sekali saat penanaman itu," ucapnya.

Edi memastikan tanaman padi miliknya gagal panen karena kekeringan. "Yang jelas kalau punya saya ini total 100 persen gagal panen. Kalau yang lainnya mungkin tidak 100 persen karena ada rawa-rawa sehingga masih bisa dapat pasokan air,” ungkapnya.

Ia berharap, pemerintah dapat memberikan bantuan kepada para petani yang mengalami gagal panen. Sehingga bisa meringankan beban petani dan agar bisa menanam musim tanam berikutnya.

"Sebenarnya memang sayang saat harga gabah naik justru kami mengalami gagal panen. Ini tentu berdampak pada perekonomian kita. Yang jelas nanti kalau mau tanam lagi sudah tidak punya modal lagi. Kalau pemerintah ada bantuan seperti bibit atau pupuk kita sangat berterima kasih sekali," imbuhnya.

Gagal panen juga dialami petani di Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel). Musim kemarau panjang berdampak puluhan hektar tanaman padi terancam gagal panen karena mengalami kekeringan sejak satu satu bulan terakhir.

Sawah yang kekeringan mengakibatkan tanaman padi yang baru berumur enam minggu mulai menguning karena tidak mendapat pasokan air.

Kondisi tanaman padi semakin memburuk imbas cuaca ekstrem sehingga cepat mengering. Selain itu, tanah di area persawahan milik warga terlihat retak-retak.

Para petani khawatir jika dalam dua pekan kedepan tidak turun hujan, maka tanaman padi bisa gagal panen.

Nardi, petani di Desa Way Sidomukti, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan mengatakan saat ini tanaman padi di wilayahnya hanya mengandalkan air hujan.

“Irigasi tidak mengalir ke sawah penduduk karena mengalami kekeringan. Petani kini hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi puluhan hektar sawah,” katanya, Minggu (3/9/2023).

Ia mengatakan, sudah satu bulan terakhir kondisi cuaca sangat panas sebagai dampak El Nino. Akibat kekurangan air, kondisi tanaman padi mulai menguning sebagai tanda sebentar lagi mati kekeringan jika tidak ada pasokan air.

"Kalau minggu-minggu ini gak turun hujan ya sudah dipastikan gagal panen. Musim kemarau tahun ini telah membuat kering sebagian besar lahan pertanian dan mengakibatkan retakan di tanah di areal persawahan yang ditanami padi. Para petani hanya bisa pasrah dengan keadaan sembari berharap hujan secepatnya bisa datang,” ungkapnya.

Wawan, petani lainnya di Desa Way Sidomukti, berharap Pemerintahan Kabupaten Lampung Selatan dapat memberikan solusi seperti membuatkan sumur bor untuk membantu petani mendapatkan pasokan air untuk tanaman padinya.

“Musin kemarau panjang tahun ini menyebabkan puluhan hektar sawah di Desa Way Sidomukti terancam gagal panen. Tanaman padi berumur enam minggu menguning akibat tidak mendapat pasokan air,” katanya. (*)

Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Selasa 5 September 2023 dengan judul “Dinas KPTPH Lampung Ungkap 93 Hektar Sawah Kekeringan