• Jumat, 06 Juni 2025

Harga Cabai Merah Naik di 347 Kabupaten/Kota, Gula Pasir Naik di 345 Kabupaten/Kota

Senin, 11 Desember 2023 - 19.01 WIB
86

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kemendagri, Jakarta, Senin (11/12/2023). Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian meminta pemerintah daerah untuk mengawasi kenaikan sejumlah harga komoditas, khususnya cabai merah dan gula pasir.

Hal ini dikatakan Tito pada saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kemendagri, Jakarta, Senin (11/12/2023).

Tito mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada minggu pertama Desember 2023, kenaikan harga cabai merah terjadi di 347 kabupaten/kota dan harga gula pasir terjadi kenaikan di 345 kabupaten/kota.

"Data-data ini akan kita sharing, agar seluruh daerah bisa melihat daerahnya masuk wilayah aman atau tidak, cabenya, gula pasirnya, bawangnya, dan perlu diambil langkah, bukannya setelah zoom meeting ditutup selesai saja, harus dilanjutkan dengan rapat di tingkat daerah masing-masing," kata Tito dalam keterangan tertulis, Senin (11/12/2023).

Tito mengatakan, pihaknya akan mendorong penguatan koordinasi dengan berbagai pihak terkait di tingkat pemerintah pusat untuk menyelesaikan masalah kenaikan harga cabai. Pihak tersebut seperti Kantor Staf Presiden (KSP), Badan Pangan Nasional (Bapanas) Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), hingga asosiasi petani cabai.

Menurutnya, upaya ini perlu dilakukan agar harga cabai kembali stabil, sehingga tidak mengganggu daya beli masyarakat.

"Entah siapa menginisiasi apa mungkin dari KSP nanti yang bisa memanggil semuanya, dimulai dari sektor produksi Kementan, kemudian di distribusi yang melibatkan perdagangan, Bapanas, kemudian kerja sama antardaerah, nanti Kemendagri diundang bersama dengan asosiasi petani cabai atau Kadin yang mengurusi ekonomi komoditas hortikultura, komoditas pertanian, dan juga mungkin dengan Dirjen Perhubungan Darat mengenai masalah atau Kemenhub mengenai masalah transportasi," ujarnya.

Kemudian terkait dengan gula pasir, Tito juga mengimbau kepada semua pihak untuk melakukan intervensi sehingga harganya tidak semakin naik dan menyusahkan ekonomi masyarakat. Terlebih, selama ini untuk memenuhi kebutuhan gula, pemerintah harus melakukan importasi. Kondisi ini perlu diwaspadai agar tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang ingin memainkan harga gula pasir di pasar.

"Kami sampaikan mohon betul kalau bisa hati-hati, karena ini produksi kita kurang, banyak mengimpor, prinsipnya jangan sampai kita terdikte oleh jaringan gula pasir, tapi kita yang mendikte mereka, meskipun kita menggunakan ekonomi yang lebih liberal, artinya tergantung pada mekanisme pasar, intervensi pemerintah seyogianya minimal, tapi sering kali kita harus melakukan intervensi jangan sampai kemudian harganya dimainkan oleh para importir dan para pedagangnya, sehingga rakyat yang menjadi beban dan penyumbang inflasi," imbuhnya.

Lebih lanjut, Tito juga meminta Pemda untuk mewaspadai kenaikan harga pangan jelang perayaan Hari Natal dan Tahun Baru. Hal ini karena pada momen tersebut permintaan kebutuhan pokok akan semakin meningkat.

"Tapi kita memang tidak take it for granted menganggap ini terjadi begitu saja, perlu dirawat untuk stabilitas harganya terjaga, terutama nanti di bulan Desember ada Natal dan tahun baru, kemudian Pemilu, nanti setelah itu ada Lebaran, ini pola demand-nya akan berubah, perlu diimbangi," ungkapnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti juga mengatakan perayaan Natal dan tahun baru umumnya terjadi kenaikan harga sejumlah komoditas, seperti telur ayam ras dan daging ayam ras, termasuk tarif angkutan umum dan angkutan udara.

"Dalam lima tahun terakhir, selalu terjadi inflasi pada bulan Desember, tingkat inflasi Desember lebih tinggi dibandingkan inflasi November," pungkasnya.

Sementara itu, harga cabai merah di beberapa pasar tradisional yang ada di Bandar Lampung terus mengalami kenaikan hingga mencapai Rp90 ribu per kilogram.

Saat dimintai keterangan, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Lampung, Bani Ispriyanto mengatakan, jika produksi cabai merah di Lampung saat ini memang sedikit akibat dari dampak El Nino.

"Produkai cabai untuk saat ini sedikit, karena kan kemarin kemarau. Ada beberapa daerah yang gagal panen karena kemarau panjang dan ada pula yang menunda tanam sehingga akhirnya stok cabai kita agak berkurang," kata Bani saat dimintai keterangan, Rabu (6/12/2023).

Ia mengungkapkan, jika dengan berkurangnya jumlah produktivitas tersebut akhirnya menyebabkan harga cabai merah terus melambung dan dikeluhkan oleh para ibu rumah tangga.

"Karena stok cabai kita sedikit akhirnya harganya naik. Kan memang hukum ekonomi begitu kalau stok sedikit pasti harga naik. Jadi penyebabnya karena kemarau panjang ada beberapa wilayah yang gagal panen," ungkapnya. (*)

Editor :