Harga Cabai Merah Naik di 347 Kabupaten/Kota, Gula Pasir Naik di 345 Kabupaten/Kota

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kemendagri, Jakarta, Senin (11/12/2023). Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Menteri Dalam Negeri
(Mendagri), Muhammad Tito Karnavian meminta pemerintah daerah untuk mengawasi
kenaikan sejumlah harga komoditas, khususnya cabai merah dan gula pasir.
Hal ini dikatakan Tito pada saat Rapat Koordinasi (Rakor)
Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kemendagri,
Jakarta, Senin (11/12/2023).
Tito mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) pada minggu pertama Desember 2023, kenaikan harga cabai merah terjadi di
347 kabupaten/kota dan harga gula pasir terjadi kenaikan di 345 kabupaten/kota.
"Data-data ini akan kita sharing, agar seluruh daerah
bisa melihat daerahnya masuk wilayah aman atau tidak, cabenya, gula pasirnya,
bawangnya, dan perlu diambil langkah, bukannya setelah zoom meeting ditutup
selesai saja, harus dilanjutkan dengan rapat di tingkat daerah
masing-masing," kata Tito dalam keterangan tertulis, Senin (11/12/2023).
Tito mengatakan, pihaknya akan mendorong penguatan
koordinasi dengan berbagai pihak terkait di tingkat pemerintah pusat untuk
menyelesaikan masalah kenaikan harga cabai. Pihak tersebut seperti Kantor Staf
Presiden (KSP), Badan Pangan Nasional (Bapanas) Kementerian Pertanian
(Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), hingga asosiasi petani cabai.
Menurutnya, upaya ini perlu dilakukan agar harga cabai
kembali stabil, sehingga tidak mengganggu daya beli masyarakat.
"Entah siapa menginisiasi apa mungkin dari KSP nanti
yang bisa memanggil semuanya, dimulai dari sektor produksi Kementan, kemudian
di distribusi yang melibatkan perdagangan, Bapanas, kemudian kerja sama
antardaerah, nanti Kemendagri diundang bersama dengan asosiasi petani cabai
atau Kadin yang mengurusi ekonomi komoditas hortikultura, komoditas pertanian,
dan juga mungkin dengan Dirjen Perhubungan Darat mengenai masalah atau Kemenhub
mengenai masalah transportasi," ujarnya.
Kemudian terkait dengan gula pasir, Tito juga mengimbau
kepada semua pihak untuk melakukan intervensi sehingga harganya tidak semakin
naik dan menyusahkan ekonomi masyarakat. Terlebih, selama ini untuk memenuhi
kebutuhan gula, pemerintah harus melakukan importasi. Kondisi ini perlu
diwaspadai agar tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang ingin memainkan
harga gula pasir di pasar.
"Kami sampaikan mohon betul kalau bisa hati-hati,
karena ini produksi kita kurang, banyak mengimpor, prinsipnya jangan sampai
kita terdikte oleh jaringan gula pasir, tapi kita yang mendikte mereka,
meskipun kita menggunakan ekonomi yang lebih liberal, artinya tergantung pada
mekanisme pasar, intervensi pemerintah seyogianya minimal, tapi sering kali
kita harus melakukan intervensi jangan sampai kemudian harganya dimainkan oleh
para importir dan para pedagangnya, sehingga rakyat yang menjadi beban dan
penyumbang inflasi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Tito juga meminta Pemda untuk mewaspadai
kenaikan harga pangan jelang perayaan Hari Natal dan Tahun Baru. Hal ini karena
pada momen tersebut permintaan kebutuhan pokok akan semakin meningkat.
"Tapi kita memang tidak take it for granted menganggap
ini terjadi begitu saja, perlu dirawat untuk stabilitas harganya terjaga,
terutama nanti di bulan Desember ada Natal dan tahun baru, kemudian Pemilu,
nanti setelah itu ada Lebaran, ini pola demand-nya akan berubah, perlu
diimbangi," ungkapnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia
Adininggar Widyasanti juga mengatakan perayaan Natal dan tahun baru umumnya
terjadi kenaikan harga sejumlah komoditas, seperti telur ayam ras dan daging
ayam ras, termasuk tarif angkutan umum dan angkutan udara.
"Dalam lima tahun terakhir, selalu terjadi inflasi pada
bulan Desember, tingkat inflasi Desember lebih tinggi dibandingkan inflasi
November," pungkasnya.
Sementara itu, harga cabai merah di beberapa pasar
tradisional yang ada di Bandar Lampung terus mengalami kenaikan hingga mencapai
Rp90 ribu per kilogram.
Saat dimintai keterangan, Kepala Dinas Ketahanan Pangan
Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Lampung, Bani Ispriyanto mengatakan,
jika produksi cabai merah di Lampung saat ini memang sedikit akibat dari dampak
El Nino.
"Produkai cabai untuk saat ini sedikit, karena kan
kemarin kemarau. Ada beberapa daerah yang gagal panen karena kemarau panjang
dan ada pula yang menunda tanam sehingga akhirnya stok cabai kita agak
berkurang," kata Bani saat dimintai keterangan, Rabu (6/12/2023).
Ia mengungkapkan, jika dengan berkurangnya jumlah
produktivitas tersebut akhirnya menyebabkan harga cabai merah terus melambung
dan dikeluhkan oleh para ibu rumah tangga.
"Karena stok cabai kita sedikit akhirnya harganya naik.
Kan memang hukum ekonomi begitu kalau stok sedikit pasti harga naik. Jadi
penyebabnya karena kemarau panjang ada beberapa wilayah yang gagal panen,"
ungkapnya. (*)
Berita Lainnya
-
PDI Perjuangan Lampung Bagikan 1.300 Paket Daging Kurban di Hari Raya Idul Adha
Jumat, 06 Juni 2025 -
Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, Pemprov Lampung Gelar Apel Bersama dan Aksi Bersih Sampah Plastik
Jumat, 06 Juni 2025 -
PDI Perjuangan Lampung Sembelih Puluhan Hewan Kurban, Sudin: Wujud Nyata Kepedulian dan Gotong Royong
Jumat, 06 Juni 2025 -
Menembus Batas: Supron Ridisno, Alumni Mahasiswa Tunanetra Program Doktor PMI Pascasarjana UIN RIL Bicara Inklusi di Forum Internasional GPDRR 2025
Kamis, 05 Juni 2025