• Kamis, 17 Juli 2025

Waduh! Ekspor Udang RI Kena Anti Dumping AS

Jumat, 05 Januari 2024 - 17.18 WIB
370

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono melaporkan kegiatan ekspor udang yang sedang bermasalah kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Trenggono mengatakan, ekspor komoditas udang terhambat bea masuk anti dumping ke Amerika Serikat (AS).

"(Soal udang), udang kan ada masalah di Amerika, dikenakan antidumping, kita lapor," kata Trenggono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, pada Jumat (5/1/2024).

Trenggono menjelaskan, arahan dari Jokowi untuk menyelesaikan permasalahan itu. Supaya industri udang dalam negeri tidak terkendala.

"Ya dikerjakan (arahan Jokowi). Kalau gak nanti industri itu mati kita, kena antidumping, dikenakan bea masuk," jelasnya.

"Ya solusinya kita harus menggunakan pengacara. Bukan gugatan hukum, tapi penyelesaian," sambungnya.

Sementara itu, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku masih belum mengetahui adanya permasalahan itu. "Nanti saya cek, Saya baru dengar udang kena dumping. Nanti saya cek," jelasnya.

Sebelumnya, menurut beberapa sumber, ekspor produk udang asal Indonesia mengalami tuduhan dumping atau praktik subsidi di AS oleh American Shrimp Processors Association (ASPA).

Gugatan ini disampaikan kepada US Department of Commerce (USDOC) dan US International Trade Commission terhadap produk uang air hangat beku asal Indonesia pada (25/10/2023).

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Wahyu Sakti Trenggono menyoroti sistem teknologi budidaya perikanan Indonesia yang masih tertinggal dibandingkan negara lain. Hal itu berdampak pada produktivitas dari output yang dihasilkan, diantaranya ada pada komoditas udang.

"0,6 ton per hektare dari komoditi udang dari luasan wilayah budi daya adat 247.803 hektare, itu produktivitas 0,5 artinya budi daya kita sebagian besar, ada beberapa modern tapi sebagian besar masih tradisional," kata Trenggono dalam Dialog Menteri kelautan dan Perikanan di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (18/12/2023) lalu.

Ia mencontohkan, bagaimana negara lain seperti Jepang dapat mengembangkan teknik aquakultur dengan melibatkan perguruan tinggi melalui riset serta pabrikan, dalam hal ini industri. Negara lain seperti China pun begitu royal dalam pengembangan teknologinya.

"Saya baru pulang dari China bekerja sama (dengan) salah satu perusahaan di China namanya Evergreen, produksi udangnya sangat banyak dalam setahun sampai 220 ribu ton, dengan nilai omzet US$4 miliar atau setara Rp60 triliun per tahun," ujar Trenggono.

Perusahaan ini berdiri tahun 1991 dan juga sudah melakukan kerjasama riset dengan institusi perguruan tinggi, hasilnya mereka sudah berhasil mengembangkan indukan udang vaname dengan beribu-ribu variasinya.

"Penjualannya perusahaan ini satu komoditi namanya udang saja 1 tahun 220 ribu ton. Dia ada beberapa komoditi, tapi yang paling besar adalah udang, lalu omzet yang satu tahun US$4 miliar kira-kira sekitar Rp 60 triliun 1 tahun," sebutnya.

Namun Indonesia belum memiliki kemampuan seperti itu, karena teknik budi dayanya masih tradisional. Padahal, masih banyak negara lain yang bisa dimaksimalkan untuk disasar.

"Kalau udang kita pasarnya cuma Amerika paling banyak, gak bisa ke mancanegara yang lain karena kualitasnya tidak memenuhi standar, kalau Eropa hampir sama sekali tidak ada," imbuhnya. (*)

Editor :