• Kamis, 02 Mei 2024

Pengamat Politik: Walikota Metro Berpotensi Lakukan 'Hidden Power' Jelang Pilkada

Jumat, 19 April 2024 - 10.25 WIB
1.1k

Pengamat Isu Sosial dan Politik, Fitra Aditya Irsyam. Foto: Istimewa.

Kupastuntas.co, Metro - Praktik hidden power alias pemanfaatan kekuasaan secara tersembunyi demi kepentingan pribadi menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 berpotensi dilakukan oleh para kandidat petahana.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, pengamat menilai praktik itu dapat dilakukan dengan leluasa apalagi jika sang petahana berkepentingan kembali mengikuti kontestasi.

Pengamat Isu Sosial dan Politik, Fitra Aditya Irsyam menilai, Walikota Metro Wahdi berpotensi dan mampu melakukan praktik tersebut.

"Bukan hal yang mengagetkan bila kandidat inkumben sangat diperhitungkan. Termasuk Wahdi yang kita ketahui akan maju kembali. Hanya pihak yang sedang memegang kekuasaan-lah yang berpotensi dan mampu untuk melakukan praktik hidden power atau memanfaatkan kekuasaan secara tersembunyi demi kepentingan pribadi," kata Fitra, saat dikonfirmasi Kupastuntas.co, Jumat (19/4/2024).

"Bisa seperti mobilisasi aparatur sipil, kooptasi terhadap penyelenggara, hingga upaya memonopoli dukungan partai" sambungnya.

Pengamat yang juga merupakan warga Perumnas JSP, Kelurahan Tejoagung, Kecamatan Metro Timur tersebut juga memaparkan hasil analisis terkait dengan peta pertarungan politik bakal calon kontestan Pilwalkot.

"Jadi yang perlu kita garisbawahi adalah bahwa setiap arena politik pemilihan langsung tentunya memiliki landscape-nya tersendiri, akan tergantung pada siapa, apa, dan bagaimana dinamika perkembangan yang terjadi. Untuk saat ini saya melihat ada empat poros utama yang berpotensi besar maju," terangnya.

"Ada inkumben Wahdi Sirajuddin, ada Tondi Nasution, ada Anna Morinda, serta siapapun nama yang akan didorong oleh PKS," imbuhnya.

Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah 2016 – 2017 itu kembali memaparkan peluang Wahdi dan bakal calon lainnya. 

"Saya sudah baca hasil rilis survei Forssa terbaru, temuan mereka menyatakan sebanyak 63,6 persen puas atas kinerja pembangunan. Sementara hasil persepsi warga terhadap pilihan calon Walikota, Wahdi hanya meraih 35,6 persen," ujarnya.

Tak lupa, pria yang akrab disapa Adit tersebut juga mengingatkan petahana untuk tidak terlena dengan kuasa yang dimilikinya. Meskipun terdapat hasil survei tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Wahdi - Qomaru, namun hasil tersebut tidak linear dengan tingkat keterpilihannya.

"Hal ini justru menjadi warning bagi Wahdi menjelang Pilkada November nanti. Dalam membaca temuan tersebut, artinya ada sebagian masyarakat yang puas terhadap kinerja Wahdi tetapi enggan untuk memilihnya kembali," ungkapnya.

"Mereka mengakui kinerja inkumben baik, tetapi hati mereka sulit menerima Wahdi. Ini PR bagi Wahdi. Masa jabatannya sudah hampir habis. Perlu untuk segera dituntaskan janji-janji politiknya," sambungnya lagi.

Selain membedah peluang petahana, pengamat tersebut juga menyoroti peluang dari bakal calon rival Wahdi.

"Calon lawan kuat lainnya adalah Tondi Nasution, mesin politiknya masih panas. Perolehan suara khusus Kota Metro di Pileg yang lalu juga fantastis. Saya juga sudah lihat total rekapitulasi perolehan suara Partai Golkar untuk Pileg Kota Metro sekitar 11 Ribuan suara," jelasnya.

"Bandingkan dengan suara personal Tondi di Metro yang mencapai 15.700-an suara. Artinya, Tondi memiliki massa tersendiri selain dari menggerakkan mesin partai," tambahnya.

Selain Tondi Muammar Gaddafi Nasution yang kini menjabat Ketua DPRD Kota Metro, nama tokoh wanita Anna Morinda juga masuk dalam analisa pengamat.

Anna Morinda dinilai merupakan rival terkuat Wahdi saat ini. Partai yang dipimpinnya merupakan pemenang dalam pemilu legislatif di Metro.

"Kemudian, Anna Morinda tentunya masih memiliki kans yang kuat. Saya pernah melakukan riset saat pasca Pilkada Metro sebelumnya. Singkatnya, kesimpulan saya bahwa secara regulasi pemilu, memang Wahdi menang, tapi secara pertempuran, imbang antara Wahdi dan Anna. Terlebih untuk saat ini PDI Perjuangan menjadi partai pemenang di Metro," bebernya.

Adit juga menyoroti peluang besar calon yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pengamat tersebut menilai bahwa PKS di Metro memiliki pemilih loyalnya sendiri.

"Lalu secara khusus PKS perlu dipertimbangkan. Partai ini menarik, suaranya relatif konsisten dalam beberapa kali gelaran pilkada. Mereka punya pemilih loyal siapapun calon yang diusung. Untuk kali ini, jika pasangan yang mereka pilih tepat, yaitu yang bisa membantu memperluas segmen pemilih, maka sangat besar pula peluang untuk menang," tuturnya. 

Ketika disinggung terkait dengan sejumlah nama bakal calon Wali Kota yang telah muncul ke publik, Adit menganalisa bakal calon lainnya akan tetap beririsan dengan keempat poros utama.

"Bukan bermaksud mengecilkan yang lain, saya melihat nama-nama yang bermunculan lainnya kemungkinan akan tetap beririsan dengan keempat poros tersebut, termasuk juga partai yang lain ya. Tidak menutup kemungkinan akan ada kejutan-kejutan yang terjadi menjelang pendaftaran nanti," terangnya.

Keempat poros tersebut dinilai dapat bergabung serta peran calon wakil juga dinilai dapat menentukan perolehan suara yang signifikan. 

"Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, tentunya mereka akan membaca peluang, melakukan penjajakan, serta melihat kesiapan logistik. Apapun bentuknya, hari ini masih sangat cair. Belum bisa disimpulkan. Titik tolak pertarungan akan bisa dibaca ketika sudah mengerucut pasangan kandidat yang maju dan menunggu keputusan inkumben akan maju melalui jalur apa," tandasnya. (*)