• Senin, 17 Juni 2024

Jenis Erupsi Kawah Keramikan Suoh Lambar Menurut Pakar Vulkanologi

Jumat, 24 Mei 2024 - 19.46 WIB
1.6k

Jenis Erupsi Kawah Keramikan Suoh Lambar Menurut Pakar Vulkanologi. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pakar Vulkanologi sekaligus Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera (Itera), Happy Christin Natalia menyebut, erupsi yang terjadi di kawah keramikan yang ada di Pekon (Desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh merupakan erupsi freatik.

Hal tersebut disampaikan Chtistin sapaan akrab Happy Christin Natalia, saat diminta tanggapan terkait erupsi yang terjadi di kawah keramikan yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Bumi Beguai Jejama Sai Betik tersebut.

Christin menjelaskan, erupsi yang terjadi di daerah gunung api tidak hanya menghasilkan erupsi magmatisme yang produknya berupa aliran larva dan piroklastik, tapi ada yang menghasilkan uap air ke atmosfer yang dikenal dengan erupsi freatik.

"Erupsi freatik tidak ada kontak atau interaksi langsung antara air permukaan dan magma dibawah permukaan, sehingga prosesnya harus melibatkan kehadiran dari magma ataupun batuan vulkanik tua yang masih menyimpan panas dibawah permukaan dan air permukaan," kata Chtistin, Jumat (24/5/2024).

Ia menambahkan, erupsi freatik umumnya terjadi ketika fluida magmatik memanas atau tubuh batuan tua memanaskan bebatuan yang ada diatasnya, batuan yang sudah dipanaskan kemudian akan memanaskan air tanah di dekat permukaan.

"Air tanah yang ada di air permukaan yang terpanaskan kemudian akan mengalami peningkatan volume uap air, ketika volume uap air semakin bertambah akan menghasilkan tekanan yang cukup tinggi di dekat permukaan," kata dia.

"Sehingga pada titik tertentu atau pada volume yang cukup besar maka akan menghasilkan erupsi ke permukaan yang biasa dikenal dengan erupsi freatik dan menghasilkan uap-uap air," sambungnya.

Baca juga : Breaking News! Kawah Nirwana Suoh Lambar Erupsi, Semburkan Material Pasir Hingga Asap Tebal

Kawah keramikan sendiri kata dia seperti yang diketahui, merupakan salah satu kawah yang berasosiasi dengan tubuh vulkanik tua sebagai sumber panasnya dan juga air danau sebagai sumber air yang terpanaskan.

"Peristiwa yang sama sebenarnya pernah terjadi tahun 2019 di kawah gunung Tangkuban Perahu, jadi tipe erupsi yang terjadi di kawasan keramikan suoh dan kawah gunung Tangkuban Perahu sebenarnya relatif mirip yakni erupsi freatik," ujarnya.

Karena material yang dikeluarkan berupa uap air dan juga semburan material berupa pasir, itu merupakan material pecahan dari tubuh kawah itu sendiri sehingga kemungkinan besar peningkatan unsur yang berbahaya tidak akan terjadi.

Karena menurutnya tidak ada interaksi dengan fluida magma itu sendiri, hanya uap air yang keluar ke permukaan saja namun memang perlu adanya pantauan didekat kawah keramikan untuk melihat potensi yang bisa terjadi.

"Untuk potensi terjadinya erupsi yang lebih besar kedepan apalagi melihat hari ini cukup besar karena pernah terjadinya erupsi freatik di daerah kawah keramikan masih perlu adanya kajian yang lebih lanjut karena sampai saat ini belum adanya informasi lebih detail terkait sumber panas atau luas daerah panas yang ada dibawah permukaan," imbuhnya.

Kajian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengukur berapa luas besaran ataupun sumber panas juga temperatur yang ada dibawah kawah keramikan, namun sekalipun kemungkinan erupsi yang lebih besar tidak terjadi tetap ada potensi.

"Peristiwa yang sama kemungkinan akan terulang kembali mengingat kawah keramikan merupakan kawah yang kering namun diisi dengan fluida tanah atau air danau sehingga erupsi freatik yang sama kemungkinan akan terjadi," terangnya.

Untuk saat ini mengingat daerah kawah keramikan merupakan salah satu destinasi wisata yang ramai di kunjungi masyarakat sekitar baik dari Lampung atau dari luar Lampung ada beberapa hal kata dia yang harus dilakukan.

"Sebenarnya yang diharapkan kedepan adalah masyarakat dan oemerintah dapat memperhatikan beberapa hal terkait dari kawah keramikan, pertama perlu adanya informasi tambahan terkait erupsi yang terjadi di gunung api," jelasnya.

"Dan itu perlu disampaikan kepada masyarakat sekitar, sehingga bukan hanya terkait potensi panas bumi nya tapi juga terkait potensi erupsi yabg kemungkinan terjadi lagi, kemudian perlu adanya pembuatan zona bahaya di sekitar kawah keramikan," sambungnya.

Sehingga lanjutnya, wisatawan yang berkunjung kesana tidak perlu mendekati kawah, karena tipe erupsi freatik umumnya terjadi sangat lokal dan akan berdampak terhadap sekitar kawah itu sendiri.

"Kemudian untuk hal selanjutnya mungkin bisa dilakukan penelitian atau peninjauan lanjut mengenai potensi bahaya apa saja yang bisa terjadi selain erupsi freatik di sekitar kawasan kawah keramikan," pungkasnya. (*)