• Senin, 17 Juni 2024

Dihentikan Sementara, Penyaluran Jagung Pemerintah ke Peternak di Lampung Sudah 17.618 Ton

Senin, 27 Mei 2024 - 14.20 WIB
55

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog, Sonya Mamoriska, dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah 2024 secara virtual melalui kanal YouTube Kemendagri, Senin (27/5/2024). Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Realisasi penyaluran jagung dalam bentuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kepada peternak mandiri layer di Provinsi Lampung hingga Mei 2024 sejumlah 17.618 ton.

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog, Sonya Mamoriska mengatakan, jumlah pagu penyaluran jagung SPHP untuk Lampung tahun ini sebesar 19.896 ton.

“Sehingga realisasi penyaluran jagung SPHP dari pagu itu telah mencapai 89 persen, dengan sisa pagu 2.278 ton,” jelas Sonya, dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah 2024 secara virtual melalui kanal YouTube Kemendagri, Senin (27/5/2024).

Namun kata Sonya, untuk sementara penyaluran jagung pemerintah ke peternak mandiri dihentikan per 30 April 2024, hal tersebut dilakukan untuk menjaga harga jatuh di tingkat petani saat panen.

Sedangkan realisasi pengadaan jagung dalam negeri untuk pelayanan publik (PSO) di Provinsi Lampung sampai dengan 25 Mei 2024 sebesar 182,35 ton.

Di samping itu, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, Nyoto Suwignyo mengatakan kelanjutan SPHP jagung akan dikaji ulang.

"Mengingat saat ini sudah memasuki masa panen raya jagung," kata Nyoto dalam keterangannya belum lama ini.

Meski demikian, Nyoto menyampaikan pihaknya akan terus melakukan pengkajian terhadap penyaluran cadangan jagung.

Mengingat penyaluran cadangan jagung pemerintah kepada para peternak merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan harga telur dan daging ayam di pasaran.

Sebelumnya, Ketua Pinsar PPN Wilayah Lampung, Jenny Soelistiani, berharap program SPHP jagung dapat membuat kebutuhan peternak tercukupi serta harganya dapat terkendali.

"Harapannya jagung ini dapat memenuhi kebutuhan peternak dan harga terkendali. Minimal ada koreksi harga jagung ke arah yang lebih wajar walaupun tetap tinggi," kata Jenny.

Menurutnya, bahan baku pakan ternak ayam 50 persen berasal dari jagung. Selain itu kenaikan harga jagung juga tidak diimbangi dengan harga telur yang juga ikut naik.

"Jagung menjadi kebutuhan 50 persen pakan, kalau jagung mahal otomatis HAP (harga acuan pemerintah) naik. Kalau telurnya murah pasti peternak rugi dan sekarang ini posisinya sudah seperti itu," pungkasnya. (*)