• Jumat, 03 Oktober 2025

RSUD Abdul Moeloek Tangani Gangguan Gagal Ginjal Pada Anak

Rabu, 31 Juli 2024 - 15.33 WIB
100

Direktur RSUD Abdul Moeloek, Lukma Pura saat dimintai keterangan di gedung DPRD Lampung, Rabu (31/7/2024). Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek turut memberikan penanganan terhadap anak yang mengalami gangguan gagal ginjal hingga harus melakukan tindakan cuci darah.

Direktur RSUD Abdul Moeloek, Lukman Pura mengatakan, jika anak yang melakukan tindakan cuci darah di rumah sakit tersebut tidak lebih dari lima orang dan angka tersebut tidak mengalami lonjakan.

"Ada di Abdul Moeloek tapi tidak banyak karena mereka banyak di Palembang. Tapi ada yang masih dalam ukuran anak, di kita mungkin 2 atau 3 orang tidak lebih dari 5," ujarnya saat dimintai keterangan, Rabu (31/7/2024).

Ia mengatakan jika sebenarnya kasus gagal ginjal pada anak yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan bukan sedang marak dan adanya lonjakan namun hal tersebut merupakan diagnosis awal.

"Jadi sebenarnya bukan sedang marak, tapi saya lihat ada kecenderungan diagnosis itu bisa diketahui lebih awal. Jadi bukan pada posisi kondisi penyakit tertentu. Memang dialisis cuci darah itu adalah satu dari modalitas dalam mengobati gagal ginjal," kata dia.

"Kalau pada anak itu memang secara nasional mungkin lebih banyak terdeteksi lebih awal. Memang ada populasi anak yang di cuci gagal ginjalnya dengan cuci darah," sambungnya.

Menurutnya, penyebab anak terkena gangguan gagal ginjal bukan hanya dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat namun juga ada gagal ginjal bawaan.

"Penyebab nya banyak seperti gagal ginjal akut, gagal ginjal bawaan lebih sulit sebenernya untuk cuci darahnya. Untuk penanganan nya akan spesifik ada pilihan yang terbaik dan tertentu. Tapi biasanya CAPD karena anak ukuran berat badannya berbeda," kata dia.

Seperti diketahui ramai di media sosial X (Twiter) banyaknya pasien anak di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang melakukan pengobatan cuci darah.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso mengatakan jika setidaknya 1 dari 5 anak Indonesia yang berusia 12-18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal.

Bahkan salah satu pakar ginjal IDAI melakukan survei dan menemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak dan menemukan adanya darah dan protein dalam urine mereka. 

"Hasil survei ini pun menunjukan gaya hidup anak-anak usia 12-18 tahun sangat memprihatinkan. Pada faktor pola makan, pola gerak hingga pola tidur yang sering begadang dan malas berolahraga", ujarnya.

Dia berpesan kepada semua orang tua agar selalu memperhatikan makan dan minum anak. Utamakan real food  batasi konsumsi makanan dan minuman kemasan yang tinggi gula dan pengawet. (*)