Pengamat Ungkap Penyebab Tumbangnya Sejumlah Petahana di Pilkada Lampung

Pengamat Politik sekaligus Ketua Program Studi Administrasi Publik Universitas Indonesia Mandiri, Tiyas Apriza. Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Hasil hitung cepat dari lembaga quick count menunjukkan para Petahana Bupati dan Walikota di sejumlah kabupaten Provinsi Lampung tidak terpilih kembali, alias tumbang.
Pengamat Politik sekaligus Ketua Program Studi Administrasi Publik Universitas Indonesia Mandiri, Tiyas Apriza menilai, kegagalan Petahana dalam kontestasi Pilkada serentak di Provinsi Lampung, menjadi gambaran sekaligus jawaban atas kinerja kepala daerah selama hampir lima tahun memimpin.
"Menurut hasil perhitungan cepat atau quick count yang sudah dirilis oleh beberapa lembaga survey nasional maupun lokal, sudah mendapat perhatian masyarakat tentang hasil perolehan suara walaupun bersifat sementara sambil menunggu rekapitulasi resmi yang dikeluarkan KPU," kata Tiyas, saat dimintai keterangan, Jumat (29/11/2024).
"Para bupati Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pringsewu, Tanggamus, Tulang Bawang, Lampung Utara dan walikota Metro mengalami kekalahan dengan perolehan suara yang signifikan," tambahnya.
Pengamat menilai, kegagalan kepala daerah tersebut disebabkan pertama, karena lemahnya kepemimpinan, tidak dapat memberikan rasa kepercayaan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat merasa tidak ada kesamaan antara visi pemimpin dan realitas yang terjadi di masyarakat sejalan dengan azas demokrasi selalu memberikan pemahaman bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan.
"Kedua, tidak berjalannya fungsi primer dan sekunder yang diberikan kepala daerah kepada masyarakat soal pembangunan yang tidak bisa dirasakan di hampir setiap wilayah, pelayanan yang tidak efektif terkesan rumit, pemberdayaan yang tidak mengedepankan kualitas sumber daya manusia dan pengaturan yang tidak jelas arah regulasinya," ungkapnya.
Menurut Tiyas, masyarakat Provinsi Lampung sudah masuk pada level effective follower atau tipe masyarakat yang memiliki pemikiran yang kritis, mandiri dan aktif dalam suatu kelompok atau organisasi.
"Mereka memiliki pandangan yang kritis terhadap kepemimpinan dan memilih untuk terlibat aktif atau menyuarakan aspirasinya secara terbuka," jelasnya.
"Jika masyarakat merasa aspirasi mereka tidak didengar atau kebijakan pemimpinnya tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, tentu akan berpaling ke calon lain yang lebih sesuai dengan harapan masyarakat. Sehingga moment inilah yang sejatinya dimanfaatkan menjadi peluang bagi penantang dalam meraih simpati serta dukungan," sambungnya.
Tiyas menilai dengan demikian, penting bagi seorang pemimpin untuk melihat dan menyesuaikan diri terhadap ekspektasi masyarakat.
"Kekalahan petahana di Provinsi Lampung menjadi pengingat bahwa dalam demokrasi, kepemimpinan bukan hanya tentang menguasai, tetapi juga tentang melayani dan beradaptasi dengan harapan masyarakat," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
UIN Raden Intan Lampung Tampilkan Kolaborasi Budaya di Krakatau Festival 2025
Senin, 07 Juli 2025 -
Peserta BPJS Kesehatan Gratis Ditanggung Pemprov Lampung Berkurang
Senin, 07 Juli 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia Beri Penghargaan kepada 121 Mahasiswa dan 21 Dosen Berprestasi
Minggu, 06 Juli 2025 -
Jumlah PBI BPJS Kesehatan Berkurang, DPRD Lampung: Sering Non-aktif
Minggu, 06 Juli 2025