• Kamis, 24 Juli 2025

Lampung Miliki Potensi Besar Panas Bumi, Baru Dimanfaatkan 220 MW

Kamis, 05 Desember 2024 - 13.21 WIB
157

General Manager PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Hadi Suratno, dalam Diskusi PWI Lampung di Hotel Horison, Kamis (5/12/2024). Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Provinsi Lampung memiliki potensi energi panas bumi (geothermal) yang sangat besar, namun pemanfaatannya hingga saat ini baru mencapai 220 megawatt.

Hal tersebut disampaikan oleh General Manager PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Hadi Suratno, dalam Diskusi PWI Lampung bertajuk "Energi dan Investasi Seimbangkah?" yang digelar di Hotel Horison, Kamis (5/12/2024). 

"Potensi geothermal di Lampung cukup besar. Namun, yang baru dimanfaatkan saat ini oleh kami baru 220 megawatt kapasitas," ungkap Hadi. 

Menurutnya, dengan kapasitas tersebut, total listrik yang dihasilkan PGE dan PLN di Lampung baru mencapai 600 megawatt. Padahal, kebutuhan listrik di provinsi ini berkisar antara 1.200 hingga 1.300 megawatt.

"Kekurangannya, hampir 700 megawatt, masih dipasok dari Sumatera Selatan. Akibatnya, jika terjadi gangguan di Sumsel, Lampung akan terkena dampaknya," jelasnya. 

Hadi menambahkan, PT PGE terus mengembangkan potensi geothermal, termasuk di Ulubelu, Tanggamus, yang memiliki cadangan tambahan hingga 135 megawatt.

Selain itu, PGE berencana mengeksplorasi potensi di Gunung Tiga dengan kapasitas 55 megawatt. 

"Saat ini kami sedang mengurus perizinan, termasuk rekomendasi dari Pemerintah Provinsi Lampung yang sudah diterbitkan. Selanjutnya, izin penggunaan lahan hutan akan diajukan ke kementerian," jelas Hadi. 

Proyek eksplorasi Gunung Tiga ini diharapkan bisa mulai beroperasi secara komersial Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2028. Sementara, unit pertama dan kedua ditargetkan beroperasi pada tahun 2029. 

Menurutnya secara nasional, potensi geothermal Indonesia mencapai 23 gigawatt. Namun, baru 11 persen atau sekitar 2.400 megawatt yang dieksploitasi, dengan 80 persen di antaranya dioperasikan oleh PGE. 

"Kami menargetkan penambahan kapasitas hingga 1.500 megawatt secara nasional pada tahun 2033. Salah satu pengembangan utamanya adalah di Lampung," ujarnya. 

Dengan kolaborasi dan dukungan dari pemerintah daerah, Lampung diharapkan dapat memanfaatkan potensi panas bumi yang besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. 

Sementara itu Manager Umum Chandra Group, Deni Wahyudi mengatakan, jika para pengusaha di Provinsi Lampung, terutama pelaku UMKM menuntut kepastian pasokan listrik yang stabil.

Pada kesempatan tersebut Deni menyoroti kerugian yang dialami pelaku usaha akibat pemadaman listrik atau blackout beberapa bulan lalu yang terjadi di Lampung.

"Kasus blackout kemarin benar-benar merugikan kami. Toko-toko kecil di bawah Chandra Group, termasuk lima cabang kami, terpaksa tutup karena tidak bisa beroperasi. Meskipun kami menggunakan genset, operasionalnya tidak bisa satu hari penuh dan menambah biaya,” ujarnya. 

Deni menambahkan, kebutuhan akan listrik yang stabil sangat mendesak agar pelaku usaha tidak terus menerus terbebani oleh biaya tambahan, seperti pembelian bahan bakar untuk genset.

"Kami berharap PLN bisa menjamin pasokan listrik di Lampung agar kebutuhan para pelaku usaha terpenuhi," tambahnya. 

Hal senada diungkapkan oleh perwakilan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Lampung, Dwi Agus Irianto. Ia menyatakan bahwa kepastian ketersediaan listrik menjadi krusial, khususnya bagi UMKM yang jumlahnya sangat banyak di Lampung. 

"Jangan sampai kejadian blackout seperti kemarin terulang lagi. Kami, pelaku UMKM, butuh kepastian pasokan listrik untuk memastikan usaha kami tetap berjalan lancar,” ujar Dwi. 

Dwi juga mendorong pemerintah daerah untuk menggandeng investor guna mengembangkan energi terbarukan di Lampung. Menurutnya, sumber energi baru ini dapat mengurangi ketergantungan pada pembangkit besar. 

"Langkah seperti yang dilakukan Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), yang mengenalkan mahasiswa pada energi baru dan terbarukan, perlu diapresiasi. Ini sejalan dengan kebutuhan kami untuk mendapatkan pasokan listrik yang lebih baik dan terjangkau," tutupnya. (*)