• Selasa, 08 Juli 2025

Dorong Kolaborasi dengan Pemerintah, Pelaku Wisata di Lampung Harap Banyak Event Digelar untuk Tarik Wisatawan

Kamis, 30 Januari 2025 - 13.18 WIB
70

Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPD PUTRI) Lampung, Irwan Nasution (baju hijau) dan Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO) Lampung, Adi Susanto, saat menjadi narasumber Kupas Podcast. Foto: Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sektor pariwisata di Provinsi Lampung terus menunjukkan pertumbuhan positif. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, jumlah kunjungan wisatawan domestik sepanjang 2024 hingga Oktober mencapai 14,7 juta orang, dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 1,7 juta per wisatawan. Namun, di balik angka yang menjanjikan ini, berbagai tantangan masih dihadapi dalam pengembangan pariwisata daerah. 

Dalam Kupas Podcast bertajuk 'Pengembangan Sektor Pariwisata di Provinsi Lampung' yang digelar di kantor Kupas Tuntas Group, Bandar Lampung, Kamis (30/1/2025), sejumlah pelaku industri pariwisata membahas berbagai aspek penting dalam upaya meningkatkan daya tarik wisata Lampung. 

Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPD PUTRI) Lampung, yang juga Owner Lembah Hijau, M. Irwan Nasution, menegaskan bahwa ada pertumbuhan jumlah wisatawan, meskipun secara angka diperkirakan hanya sekitar 20 persen.

Ia menilai bahwa untuk meningkatkan kunjungan wisatawan secara signifikan, diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah dan pelaku usaha pariwisata. 

"Peran pemerintah dalam menarik investor sangat penting. Kita tidak boleh jenuh untuk terus mempromosikan pariwisata dan menggelar berbagai acara untuk menarik wisatawan. Tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri, harus bersama-sama," ujarnya. 

Irwan menambahkan bahwa pemerintah harus memiliki konsep pengembangan usaha pariwisata yang kuat dan konsisten. Salah satu cara yang dinilai efektif adalah dengan menciptakan karakter wisata baru agar destinasi semakin menarik.

Selain itu, ia juga berharap pemerintah memberikan pembinaan kepada para pelaku usaha pariwisata serta memfasilitasi kegiatan yang bisa digelar di destinasi wisata. 

Banyak kegiatan yang lagi trend untuk digelar, seperti pentas musik dan lainnya. Bukan hanya wisatawan lokal tapi dari luar negeri seperti Malaysia dan lainnya datang untuk melihat ke Lampung.

"Membangun destinasi wisata itu butuh komitmen dan perubahan ke depan. Banyak event yang sedang tren, seperti pentas musik, olahraga, dan lainnya, yang bisa menarik wisatawan, baik lokal maupun dari luar negeri, seperti Malaysia," tambahnya. 

Sementara itu, Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO) Lampung, Adi Susanto, menyoroti angka 14,7 juta wisatawan yang dirilis oleh Dinas Pariwisata. Menurutnya, perlu ada transparansi dalam metode perhitungan angka tersebut agar benar-benar mencerminkan jumlah wisatawan yang benar-benar berkunjung dan menghabiskan waktu di Lampung. 

"Metode penghitungan 14,7 juta wisatawan itu dari mana? Kalau kami di ASTINDO melihat, angka ini tidak terlalu signifikan. Contohnya, wisatawan dari Pulau Jawa yang masuk ke Lampung melalui Pelabuhan Bakauheni, apakah mereka benar-benar stay di Lampung atau hanya transit ke Palembang? Hal ini harus diperjelas," kata Adi. 

Ia juga menilai bahwa destinasi wisata Lampung mengalami pergeseran tren. Jika sebelumnya Pulau Pahawang menjadi primadona, kini wisatawan lebih banyak memilih destinasi di Lampung Selatan. Wisatawan yang datang pun masih didominasi oleh masyarakat dari Palembang dan sekitarnya. 

Adi juga menekankan pentingnya penyelenggaraan event berskala nasional untuk menarik lebih banyak wisatawan dari luar daerah. Menurutnya, acara yang digelar di Lampung selama ini cenderung bersifat lokal, sehingga hanya menarik minat masyarakat setempat. 

"Semakin banyak event yang digelar, semakin banyak juga wisatawan yang datang. Namun, jangan hanya event lokal. Jika hanya event lokal, maka yang datang hanya masyarakat lokal juga," jelasnya. 

Selain masalah promosi dan event, tantangan besar lainnya adalah implementasi kebijakan yang masih dianggap kurang optimal. Adi menyebut bahwa banyak diskusi dan pertemuan yang dilakukan terkait pengembangan sektor pariwisata, namun hasil implementasinya belum maksimal. 

"Kami sering diundang dalam diskusi, tetapi hasilnya tidak selalu bisa diharapkan," tegasnya.  (*)