• Rabu, 30 April 2025

Banjir Terjang Kecamatan Pugung dan Bulok di Tanggamus, 62 Rumah Terendam

Selasa, 22 April 2025 - 13.26 WIB
26

Tampak salah satu pemukiman warga di Tanggamus yang kebanjiran akibat diguyur hujan deras. Foto: Ist

Kupastuntas.co Tanggamus  Malam itu sunyi, tapi tak lama. Hujan turun deras sejak pukul tiga dini hari, Senin (21/4/2025), membawa serta kecemasan yang belum sempat dipikirkan warga. Dalam hitungan jam, air meluap dari sungai dan irigasi, menyergap dua kecamatan di Kabupaten Tanggamus: Pugung dan Bulok. Rumah terendam, sawah tenggelam, bahkan jembatan yang menjadi nadi kehidupan warga tersapu arus.

Di Dusun Kampung Sawah, Pekon (Desa) Sukamaju, banjir datang begitu cepat. Sebanyak 62 rumah dilaporkan terendam akibat luapan Sungai Cihindi. Genangan mencapai lutut hingga pinggang orang dewasa, membuat akses utama ke Pekon Sukamulya, Gading, dan Tamansari lumpuh total selama beberapa jam.

“Saya terbangun karena suara air deras dari belakang rumah. Listrik langsung padam, dan saya cuma sempat selamatkan surat-surat penting sama pakaian kering. Barang lain sudah pasrah,” ujar Mbah Saripah (67), warga setempat, sambil menatap dapurnya yang hanya menyisakan lantai basah dan perabot rusak.

Sementara itu, di Pekon Gunung Tiga, air dari embung cekdam meluap, merendam rumah dan lahan pertanian. Dua rumah warga dan dua hektare sawah terdampak, dengan air mulai surut menjelang pukul 10.30 WIB.

Kapolsek Pugung, IPTU Budi Hartono, menuturkan bahwa sejak dini hari pihaknya langsung bergerak bersama aparatur pekon membantu evakuasi warga, terutama lansia dan anak-anak. “Kami fokus pada penyelamatan dan akses logistik. Kondisi mulai membaik, tapi kewaspadaan tetap kami jaga,” ujarnya. saat dimintai keterangan Selasa (22/4/25).

Namun, duka juga menyelimuti Kecamatan Bulok. Sungai Way Guring meluap di Dusun Way Kerap dan Dusun 04 Pekon Suka Agung. Enam rumah terendam, jalan pekon rusak, dan lima hektare sawah yang baru dipanen ikut terendam.

Yang paling menyakitkan terjadi di Dusun 04, saat jembatan bambu sepanjang 17 meter sebagai satu-satunya penghubung ke kebun dan sawah warga hanyut tanpa bekas.

“Itu jembatan satu-satunya. Kalau nggak ada itu, kami harus mutar jauh sekali lewat dusun lain. Padahal pagi saya harus panen. Tapi kebun sudah kebanjiran, dan jalannya hilang,” tutur Sutikno (45), petani setempat dengan nada lesu, sambil menunjukkan sisa tambang jembatan yang tersangkut di pohon.

Di tempat lain, Anisa (27), ibu rumah tangga di Dusun Way Kerap, terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya di atas bukit. “Anak saya belum sempat dibawa ke puskesmas. Rumah terendam, kasur basah semua. Kami ngungsi sementara,” katanya, menggendong erat anak balitanya yang masih demam.

Kapolsek Bulok, IPDA Roni Wijaya, memastikan bahwa aparat terus berkoordinasi dengan pamong desa dan BPBD. “Kami utamakan akses logistik, dan akan membantu pencarian solusi untuk jembatan yang hanyut,” tegasnya.

Meski air mulai surut dan cuaca membaik, ketakutan akan banjir susulan masih menyelimuti. Warga berharap, bencana ini tak lagi datang diam-diam di tengah malam. Mereka juga berharap, bantuan dan perbaikan segera hadir, bukan sekadar janji yang tertinggal bersama arus. (*)