• Kamis, 22 Mei 2025

Kisah Penuh Haru Bilqis Gantikan Ayah yang Wafat Berangkat ke Tanah Suci

Kamis, 22 Mei 2025 - 14.18 WIB
37

Bilqis Dwina Adinda Jamaah Haji Termuda Asal Lampung Barat saat menaiki bus memulai keberangkatan ke tanah suci. Foto: Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Langit di kawasan Islamic Center Sekuting Terpadu tampak cerah, namun suasana hati di tempat itu dipenuhi rasa haru. Tangis dan tawa mengalir bersamaan saat para calon jamaah haji dari Lampung Barat bersiap meninggalkan tanah kelahiran menuju Tanah Suci Mekah, Kamis (22/5/2025).

Di antara ratusan jamaah yang berbaris rapi, satu sosok muda mencuri perhatian banyak mata. Bilqis Dwina Adinda, perempuan berwajah lembut dan cantik tampak berdiri tenang sambil menenteng tas kecil. Usianya baru 21 tahun 5 bulan, menjadikannya jamaah haji termuda Lampung Barat pada musim haji tahun ini.

Namun, di balik ketenangannya, tersimpan kisah mendalam yang membuat keberangkatan ini terasa istimewa, bahkan menggetarkan hati. Kisah Bilqis bermula pada tahun 2020, ketika ayahandanya, wafat, sebelum berpulang, sang ayah telah mendaftar untuk berangkat haji bersama istrinya, dan dijadwalkan berangkat tahun 2023. Namun takdir berkata lain.

“Setelah ayah meninggal, keluarga memutuskan agar kursi haji beliau diberikan kepada Bilqis sebagai bentuk amanah dan bakti terakhir,” ujar Lutfi Zulfikar, kakak kandung Bilqis, yang menemani adiknya hingga ke tempat pemberangkatan.

Namun jalan menuju Tanah Suci bagi Bilqis tidak langsung terbuka. Ketika jadwal keberangkatan tiba pada tahun 2023, ia masih terikat tanggung jawab menyelesaikan kuliah, hingga hanya ibunya sendiri yang berangkat. Selain itu, pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya reda turut mempersempit ruang geraknya.

Maka, dengan pertimbangan matang, keluarga menunda keberangkatan hingga tahun 2025. Kini, ketika semua telah siap, Bilqis akhirnya berangkat membawa bukan hanya tas perlengkapan haji, tetapi juga doa-doa, harapan, dan kenangan akan sang ayah yang tak sempat menjejakkan kaki di Makkah.

Saat bus jamaah mulai dinyalakan mesinnya, suasana menjadi semakin emosional. Para keluarga yang mengantar mulai menyeka air mata. Lutfi, yang sejak pagi mendampingi adiknya, tampak tak kuasa menahan haru. Ia bergegas mendekati Bilqis, lalu memeluknya erat.

“Jaga diri baik-baik, jalankan ibadah dengan khusyuk,” bisiknya dengan suara bergetar, sementara Bilqis menunduk pelan, mencoba menahan air mata yang akhirnya jatuh juga.

Menurut Lutfi, adiknya adalah sosok yang pendiam namun penuh tanggung jawab. “Sejak tahu akan berangkat haji, dia ikut banyak manasik dan pengajian, dan terus mempersiapkan diri. Dia tahu ini bukan perjalanan biasa. Ini adalah amanah besar dari ayah,” ujarnya bangga.

Di tengah banyaknya anak muda yang masih sibuk membangun karier dan mencari jati diri, langkah Bilqis menuju Baitullah membawa pesan yang dalam. Usianya yang masih belia tak menghalanginya untuk menjawab panggilan ilahi.

Justru ia menjadi simbol bahwa ibadah haji bukan soal usia, tapi kesiapan hati dan niat yang tulus. “Semoga perjalanan ini bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban, tapi menjadi titik balik dalam hidupnya. Kami semua mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk Bilqis,” kata Lutfi sambil tersenyum tipis.

Sambil melambaikan tangan ke arah keluarga, Bilqis melangkah ke dalam bus yang akan membawanya ke embarkasi. Tangis dan senyum menghiasi wajah orang-orang yang ditinggalkan. Namun satu hal yang pasti ia tidak berangkat sendiri. Ia membawa cinta ayahnya, dukungan keluarganya, dan doa dari seantero kampung halaman.

Perjalanan spiritual Bilqis Dwina Adinda bukan hanya tentang menapaki tanah suci. Ini adalah perjalanan cinta, amanah, dan harapan yang mengalir dari masa lalu menuju masa depan diiringi doa yang tak putus dari tanah Air Hitam, Lampung Barat. (*)