Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Gedong Tataan, Sudin Ajak Warga Jaga Persatuan dan Tolak Intoleransi

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sudin, saat menggelar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Kamis (22/5/2025). Foto: Ryanna/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Pesawaran – Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sudin, menggelar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Kamis (22/5/2025).
Kegiatan ini dihadiri ratusan warga dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari tokoh agama, pemuda, perangkat desa, hingga perwakilan organisasi masyarakat.
Turut hadir sejumlah anggota Fraksi PDI Perjuangan, antara lain Kostiana dan Andy Roby selaku anggota DPRD Provinsi Lampung, serta Aria Guna dan Ancila Hernani, anggota DPRD Kabupaten Pesawaran dan DPRD Kota Metro. Aparat desa, sekretaris kecamatan, pihak kepolisian, serta Babinsa turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.
Sosialisasi ini bertujuan memperkuat pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam sambutannya, Sudin menegaskan bahwa Pancasila merupakan ideologi pemersatu yang telah terbukti mampu menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku, dan berbagai agama.
“Kita bersyukur memiliki Pancasila sebagai ideologi bangsa. Coba lihat Korea, mereka sebangsa dan satu keturunan, namun terpecah. Korea Selatan menjadi negara maju, sementara Korea Utara tertinggal jauh. Itu karena mereka tidak memiliki ideologi kuat seperti kita. Pancasila menyatukan Indonesia,” ujar Sudin.
Sudin juga menyampaikan bahwa Pancasila bukan sekadar hafalan, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti tolong-menolong, adil, dan menghargai sesama.
Narasumber utama dalam kegiatan tersebut, Donald Harris Sihotang, dosen Universitas Saburai, mengupas secara mendalam makna dan implementasi dari setiap pilar kebangsaan.
Ia membuka sesi dengan menjelaskan urgensi memahami Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.
“Pancasila adalah titik temu dari keberagaman kita. Setiap sila mencerminkan nilai universal yang sangat relevan untuk menyatukan bangsa dalam bingkai toleransi dan keadilan sosial,” jelas Donald Sihotang.
Ia menekankan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, sikap saling menghargai perbedaan adalah kekuatan, bukan kelemahan.
Donald juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya, bahasa, dan kepercayaan yang luar biasa.
“Negara kita ini majemuk. Jangan jadikan perbedaan sebagai alasan untuk memecah belah. Justru di sinilah letak kekuatan kita sebagai bangsa yang besar,” katanya.
Mengutip UUD 1945 Pasal 29 ayat (2), Donald menegaskan bahwa negara menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama dan beribadah sesuai keyakinannya.
“Hak atas keyakinan dan ibadah dijamin sepenuhnya oleh konstitusi kita. Maka tidak boleh ada diskriminasi atau intoleransi dalam hal ini. Inilah wujud dari semangat Bhinneka Tunggal Ika,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan pentingnya masyarakat memahami konstitusi (UUD 1945), bukan hanya sebagai teks hukum, tetapi sebagai landasan moral dalam berdemokrasi.
“Ketika kita memahami konstitusi, kita akan tahu batas hak dan kewajiban kita. Maka tidak ada lagi yang merasa superior di atas hukum,” ungkap Donald.
Menyinggung pilar ketiga, yaitu NKRI, Donald menegaskan bahwa keutuhan wilayah Indonesia adalah harga mati. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menolak segala bentuk separatisme dan disintegrasi bangsa.
“Kita harus jaga NKRI ini. Jangan terpengaruh provokasi yang ingin memecah belah bangsa. Mari kita rawat persatuan ini dengan semangat gotong royong dan cinta tanah air,” ucapnya.
Selanjutnya, dalam pembahasan mengenai Bhinneka Tunggal Ika, Donald mengajak peserta untuk menghidupkan semangat toleransi di tengah masyarakat, terutama menjelang Pilkada Serentak 2024 yang rawan polarisasi.
“Berbeda pilihan politik itu biasa. Tapi jangan sampai perbedaan itu merusak hubungan sosial kita. Mari kita jaga persatuan dengan saling menghormati,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Donald juga berpesan pentingnya menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan, serta merawat budaya gotong royong yang menjadi jati diri bangsa.
“Keamanan itu bukan hanya urusan polisi, tapi tanggung jawab kita semua. Mari ciptakan lingkungan yang damai, nyaman, dan saling peduli,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, hutan, dan sungai sebagai bagian dari tanggung jawab kebangsaan.
“Kalau kita ingin anak cucu kita menikmati Indonesia yang hijau dan subur, maka mulai hari ini kita harus menjaga hutan kita, sungai kita, dan lingkungan sekitar. Itu bagian dari kecintaan pada NKRI,” ajaknya.
Wakil Ketua II DPRD Pesawaran, Aria Guna, dalam sambutannya menyatakan bahwa sosialisasi ini sangat relevan untuk memperkuat semangat nasionalisme, terlebih dalam menghadapi era digital yang penuh tantangan.
“Empat pilar ini bukan materi sekolah saja, tapi harus hidup dalam tindakan. Jangan mudah terprovokasi berita bohong. Gunakan media sosial untuk menyebarkan semangat persatuan,” katanya.
Sesi diskusi berlangsung interaktif. Warga tampak antusias mengajukan pertanyaan seputar penerapan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari dan tantangan yang dihadapi di tingkat desa.
Salah seorang peserta, Sulastri, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan tersebut.
Menurutnya, kegiatan seperti ini membuka wawasan masyarakat dan mempererat hubungan antara rakyat dan wakilnya di parlemen. (*)
Berita Lainnya
-
Kunjungi Gedong Tataan, Sudin Ajak Warga Perangi Narkoba dan Judi Online
Kamis, 22 Mei 2025 -
KPU Pastikan Distribusi Logistik PSU Pilkada Pesawaran Tepat Waktu
Kamis, 22 Mei 2025 -
Ratusan Relawan Perkasa di Way Ratai Deklarasi Dukungan untuk Nanda-Anton
Selasa, 20 Mei 2025 -
Dua Koalisi Partai Politik Optimistis Menangkan Jagoannya di PSU Pesawaran
Selasa, 20 Mei 2025