Alih Fungsi Lahan Hingga Kekurangan Alsintan Jadi Tantangan Wujudkan Swasembada Pangan di Lampung

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Lampung, Bani Ispriyanto saat diskusi publik PWI Lampung di Grand Mercure, Rabu (28/5/2025). Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Provinsi Lampung ditargetkan untuk meningkatkan produksi gabah hingga 3,5 juta ton pada tahun 2025 guna mendukung program swasembada pangan nasional yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Lampung, Bani Ispriyanto mengatakan, Lampung diminta untuk dapat menopang provinsi lain yang dinilai belum mandiri dalam produksi beras.
Ia mengatakan produksi gabah di Lampung mencapai 2,79 juta ton per tahun. Jumlah tersebut melebihi kebutuhan konsumsi dari masyarakat Lampung yang hanya 870 ribu ton per tahun, dengan asumsi konsumsi 90 kilogram per kapita per tahun.
"Lampung tahun 2025 oleh Kementerian Pertanian ditargetkan untuk peningkatan produksi gabah sebesar 3,5 juta ton. Produksi padi kita sebenarnya kalau untuk dalam daerah sudah cukup. Namun kita diminta untuk memenuhi kebutuhan daerah lain," kata Bani saat memberikan keterangan, Rabu (28/5/2025).
Bani mengatakan jika banyak tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan swasembada pangan. Seperti adanya alih fungsi lahan, dimana sejak tahun 2019 hingga 2024 penurunan luas lahan baku sawah di Lampung cukup tinggi.
Dimana pada tahun 2019 luas lahan baku sawah mencapai 361 ribu hektare namun pada tahun 2024 luas lahan baku sawah tersisa 337 ribu hektare atau mengalami penurunan 24.414 hektare atau 6,75 persen.
"Ini masalah yang harus diselesaikan, saat ini kita sedang menyusun perda agar ini masuk didalam lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) dan ini harus dipertahankan," katanya.
Selain itu tantangan lainnya adalah ketersediaan alat mesin dan pertanian (alsintan). Saat ini alsintan yang dimiliki hanya berjumlah 6.821 unit sementara untuk kebutuhan ideal sebanyak 88.079 unit.
"Alsintan ini seperti traktor roda empat, roda dua, kombain kemudian pompa air. Kebutuhan kita 88.079 unit jadi hanya terpenuhi sekitar 7,74 persen. Ini bagaimana caranya bisa menggaet swasta," sambungnya.
Selain itu Lampung juga menghadapi masalah penurunan kapasitas infrastruktur irigasi. Dimana
jaringan irigasi yang rusak sedang sepanjang 76.600 meter, rusak berat 106.851 meter dan rusak ringan 31.980 meter.
"Ada juga sedimentasi yang besar sekitar 293.727 meter dan ini juga menganggu, produksi padi sangat memerlukan air yang banyak di dalam setiap fase pertumbuhan nya," imbuhnya.
Menurutnya, tahun ini pihaknya telah berkoordinasi dengan kementerian Pertanian dan Kementerian PU. Dimana semua jaringan irigasi yang rusak di Lampung akan diperbaiki oleh Kementerian PU.
"Kita juga menghadapi penurunan jumlah petani, saat ini petani kita usianya sudah diatas 55 tahun bahkan diatas 60 tahun. Dan ini jumlah nya terus berkurang sementara milenial kita tidak tertarik dengan pertanian," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Buntut Kasus Dugaan Suap Zarof Ricar, Kejagung Geledah Rumah Bos Sugar Group Purwanti Lee
Kamis, 29 Mei 2025 -
Tingkatkan Bauran EBT hingga 2034, PLN Siap Jalankan RUPTL Terhijau Sepanjang Sejarah
Kamis, 29 Mei 2025 -
Tingkatkan Tata Kelola dan Kinerja, UIN RIL Gelar Evaluasi Kinerja dengan Dewas BLU
Kamis, 29 Mei 2025 -
Universitas Teknokrat dan KOMDIGI Gelar Pelatihan Pemasaran Digital Berbasis AI bagi Mahasiswa dan UMKM
Rabu, 28 Mei 2025