Desak Impor Tapioka Dihentikan, I Ketut Suwendra: Petani Harus Jadi Tuan Rumah di Negara Sendiri

Anggota Komisi IV DPR RI I Ketut Suwendra saat diwawancarai usai upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di kantor DPD PDI Perjuangan Lampung. Foto: Yudi/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar
Lampung - Anggota Komisi IV DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Lampung 2, I
Ketut Suwendra, mendesak pemerintah pusat untuk segera menghentikan impor
tepung tapioka.
Desakan ini disampaikan
menyusul semakin terpuruknya harga singkong lokal yang menjadi komoditas utama
petani di wilayahnya.
Menurut Suwendra, murahnya
harga tepung tapioka dunia telah memukul harga singkong dalam negeri.
Hal ini diperparah dengan
belum adanya langkah kongkret dari pemerintah untuk menyelamatkan nasib petani,
meskipun keputusan di tingkat pusat dan gubernur telah lama dikeluarkan.
“Kami mendorong agar impor
tapioka ini segera dikurangi bahkan dihentikan sementara. Jangan sampai petani
kita menjadi tamu di negeri sendiri,” kata I Ketut Suwendra saat diwawancarai
usai mengikuti upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Kantor DPD PDIP
Lampung, Minggu (1/6/25).
Politisi PDI Perjuangan
Lampung ini menilai, dengan menghentikan impor, maka kebutuhan dalam negeri
terhadap tapioka dapat dipenuhi oleh produksi lokal. Langkah ini, menurutnya,
akan berdampak positif pada harga singkong di tingkat petani.
Selain itu, Suwendra juga
menyoroti belum masuknya singkong dalam kategori sembilan bahan pokok.
Akibatnya, komoditas ini tidak mendapatkan subsidi sebagaimana jagung dan padi.
Padahal, sebagian besar petani di Dapil Lampung 2 menggantungkan hidup dari
produksi singkong.
“Pemerintah belum mampu
mensubsidi harga singkong seperti halnya jagung dan padi. Tapi pupuk sebenarnya
sudah disubsidi dan bisa digunakan untuk singkong. Sayangnya, ini belum cukup
menyelamatkan harga di lapangan,” jelasnya.
Suwendra menambahkan, salah
satu upaya yang tengah didorong adalah pengembangan tepung gaplek sebagai
alternatif produk turunan singkong.
Namun, ia mengakui bahwa
tantangan besar masih ada pada kualitas produk lokal yang kalah saing
dibandingkan produk serupa dari Thailand dan Vietnam.
“Kebutuhan dan permintaan
pasar terhadap tepung gaplek itu sebenarnya ada. Tapi kualitas kita belum mampu
bersaing. Ini yang sedang kami dorong untuk ditingkatkan ke depan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu,
Suwendra juga mengimbau petani untuk tidak hanya bergantung pada komoditas
singkong, melihat situasi pasar global yang belum berpihak.
Di sisi lain, ia mendorong
agar pabrikan-pabrikan besar di sektor pengolahan singkong aktif menjalankan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mereka, salah satunya dengan menyediakan
bibit singkong unggul dan membina petani agar hasil produksi lebih berkualitas.
Sebagai anggota DPR RI yang
membidangi pertanian, Suwendra menegaskan pentingnya kehadiran negara dalam
melindungi petani dari dampak negatif perdagangan bebas.
“Indonesia sudah
menandatangani perjanjian perdagangan bebas. Tapi itu tidak berarti kita harus
membiarkan produk luar menekan petani kita sendiri. Negara harus hadir,”
tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Politisi PDI-P Kostiana: Hari Lahir Pancasila Momentum Memaknai Persatuan dan Tanggung Jawab Kebangsaan
Senin, 02 Juni 2025 -
Kapal Dalom Lintas Berjaya Milik Lampung Siap Berlayar pada Juli 2025
Senin, 02 Juni 2025 -
BEM Unila Desak Pengusutan Dugaan Kekerasan di FEB, Satu Mahasiswa Meninggal
Senin, 02 Juni 2025 -
Abdul Hakim Komit Kawal Pemekaran Kabupaten Hingga Isu Pelayanan Publik di Lampung
Senin, 02 Juni 2025