HKTI Lampung: Gropyokan Serentak Kunci Atasi Serangan Tikus di Sawah

Sekretaris DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Lampung, R. Prabawa. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Hama tikus terus menjadi
ancaman serius bagi petani di Kabupaten Lampung Tengah. Sejak akhir April 2025,
serangan terjadi secara masif, menyebabkan kerusakan parah pada lahan padi dan
membuat petani kelimpungan mencari solusi.
Sekretaris DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI) Provinsi Lampung, R. Prabawa, menilai lonjakan populasi tikus terjadi
akibat perubahan kondisi lingkungan, terutama hilangnya predator alami seperti
ular, burung hantu, kucing, dan anjing.
“Kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Dalam
semalam saja, tikus bisa menghabiskan seluruh tanaman. Kalau hanya mengandalkan
cara alami, jelas tidak cukup,” ujar Prabawa saat dikonfirmasi, Selasa
(3/6/2025).
Ia menambahkan bahwa tikus berkembang biak
sangat cepat dan dalam jumlah besar. Dengan tidak seimbangnya populasi
pemangsa, serangan hama menjadi sulit dikendalikan secara individual.
“Jumlahnya sangat banyak. Kalau dibiarkan ditangani secara pribadi atau dengan cara tradisional, jelas tidak efektif,” tegasnya.
BACA JUGA: Hama
Tikus Serang Puluhan Hektar Tanaman Padi di Lampung Tengah
HKTI pun mendorong dilakukannya gropyokan secara serentak—yakni
pembasmian tikus secara massal yang dipimpin oleh Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) di setiap desa atau kecamatan.
“Ini tidak bisa dilakukan perorangan. Harus
ada gerakan kolektif yang dikomandoi oleh PPL agar pemberantasannya efektif.
Gotong royong adalah kuncinya,” jelasnya.
Selain itu, Prabawa juga menyarankan petani
menerapkan pola tanam dan panen serentak.
Ketidakteraturan waktu tanam dinilai memberikan celah bagi tikus untuk terus
berkembang dan menyerang bergiliran.
“Dengan tanam dan panen serentak, kita bisa
memutus siklus hidup hama tikus. Ini bagian penting dari strategi jangka
panjang,” tambahnya.
Sementara itu, Ateng, seorang petani di Desa
Kurnia Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, mengaku sudah kehabisan akal. Ia
mengatakan berbagai cara tradisional mulai dari menangkap tikus satu per satu
hingga menggunakan racun tidak memberikan hasil yang signifikan.
“Rasanya sudah pasrah. Apa pun cara yang kami
lakukan, tikus tetap datang dan merusak padi. Hasil panen kami habis begitu
saja,” keluhnya.
Serangan hama tikus ini kembali menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan pertanian untuk mengambil langkah nyata dan terkoordinasi demi menyelamatkan hasil panen dan mata pencaharian petani. (*)
Berita Lainnya
-
Perkara Korupsi PDAM Way Rilau, Daniel Sanjaya Divonis 12 Tahun Penjara
Rabu, 04 Juni 2025 -
Universitas Saburai dan Bank Lampung Kolaborasi Permudah Pendaftaran Kuliah Lewat Digitalisasi
Rabu, 04 Juni 2025 -
Unila Bekukan Sementara Mahapel FEB, Sanksi Terberat Pengeluaran dari Kampus
Rabu, 04 Juni 2025 -
Pemprov Lampung Kaji Penyusunan Pergub Pembatasan Operasional Angkutan Batubara
Rabu, 04 Juni 2025