• Kamis, 05 Juni 2025

HKTI Lampung: Gropyokan Serentak Kunci Atasi Serangan Tikus di Sawah

Selasa, 03 Juni 2025 - 11.31 WIB
35

Sekretaris DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Lampung, R. Prabawa. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Hama tikus terus menjadi ancaman serius bagi petani di Kabupaten Lampung Tengah. Sejak akhir April 2025, serangan terjadi secara masif, menyebabkan kerusakan parah pada lahan padi dan membuat petani kelimpungan mencari solusi.

Sekretaris DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Lampung, R. Prabawa, menilai lonjakan populasi tikus terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan, terutama hilangnya predator alami seperti ular, burung hantu, kucing, dan anjing.

“Kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Dalam semalam saja, tikus bisa menghabiskan seluruh tanaman. Kalau hanya mengandalkan cara alami, jelas tidak cukup,” ujar Prabawa saat dikonfirmasi, Selasa (3/6/2025).

Ia menambahkan bahwa tikus berkembang biak sangat cepat dan dalam jumlah besar. Dengan tidak seimbangnya populasi pemangsa, serangan hama menjadi sulit dikendalikan secara individual.

“Jumlahnya sangat banyak. Kalau dibiarkan ditangani secara pribadi atau dengan cara tradisional, jelas tidak efektif,” tegasnya.

BACA JUGA: Hama Tikus Serang Puluhan Hektar Tanaman Padi di Lampung Tengah

HKTI pun mendorong dilakukannya gropyokan secara serentak—yakni pembasmian tikus secara massal yang dipimpin oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di setiap desa atau kecamatan.

“Ini tidak bisa dilakukan perorangan. Harus ada gerakan kolektif yang dikomandoi oleh PPL agar pemberantasannya efektif. Gotong royong adalah kuncinya,” jelasnya.

Selain itu, Prabawa juga menyarankan petani menerapkan pola tanam dan panen serentak. Ketidakteraturan waktu tanam dinilai memberikan celah bagi tikus untuk terus berkembang dan menyerang bergiliran.

“Dengan tanam dan panen serentak, kita bisa memutus siklus hidup hama tikus. Ini bagian penting dari strategi jangka panjang,” tambahnya.

Sementara itu, Ateng, seorang petani di Desa Kurnia Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, mengaku sudah kehabisan akal. Ia mengatakan berbagai cara tradisional mulai dari menangkap tikus satu per satu hingga menggunakan racun tidak memberikan hasil yang signifikan.

“Rasanya sudah pasrah. Apa pun cara yang kami lakukan, tikus tetap datang dan merusak padi. Hasil panen kami habis begitu saja,” keluhnya.

Serangan hama tikus ini kembali menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan pertanian untuk mengambil langkah nyata dan terkoordinasi demi menyelamatkan hasil panen dan mata pencaharian petani. (*)