• Jumat, 13 Juni 2025

Lembaga Layanan DikTI Dorong Kampus Lebih Inovatif dan Berdampak Nyata bagi Masyarakat

Rabu, 11 Juni 2025 - 16.54 WIB
20

Kepala LLDIKTI Wilayah II, Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, bersama Rektor UBL, Prof. Dr. Ir. Muhammad Yusuf Sulfarano Barusman diwawancarai awak media usai acara di kampus UBL. Foto: Sri/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikTI) Wilayah II mendorong perguruan tinggi untuk semakin inovatif dan berorientasi pada dampak nyata bagi masyarakat. Hal ini disampaikan dalam kegiatan Silaturahmi Bersama Pimpinan Perguruan Tinggi yang digelar pada 11–12 Juni 2025 di Gedung Mahligai Agung Universitas Bandar Lampung (UBL), Kampus Pascasarjana.

Mengusung tema “Dari Kampus untuk Negeri: Sinergi Inovasi, Talenta, dan Budaya Ilmiah untuk Indonesia Emas”, kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat sinergi antara pemerintah dan dunia pendidikan tinggi dalam menyukseskan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Kepala LLDIKTI Wilayah II, Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, menyatakan bahwa forum ini merupakan langkah penting untuk memastikan keberlanjutan program-program unggulan seperti Dikti Saintek Berdampak, yang menekankan pada hasil konkret dari MBKM di tengah masyarakat.

“Program ini bukan pengganti MBKM, melainkan kelanjutan yang fokus pada dampak. Kita ingin memastikan bahwa aktivitas kampus benar-benar terasa manfaatnya oleh masyarakat,” ujar Prof. Iskhaq, Rabu (11/6/2025).

Menurutnya, pendekatan langsung ke kampus merupakan bagian dari transformasi pelayanan yang lebih humanis dan partisipatif. Dengan demikian, setiap institusi—terutama perguruan tinggi swasta—diharapkan memahami arah kebijakan nasional dan mempersiapkan diri untuk memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi tolok ukur kemajuan institusi.

Prof. Iskhaq juga merefleksikan capaian LLDIKTI Wilayah II yang meliputi Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung. Wilayah ini, kata dia, sempat berada di zona merah dalam peta implementasi MBKM pada 2020, namun berhasil naik menjadi zona hijau pada akhir 2023 berkat kolaborasi semua pihak.

Ia menyoroti pula pentingnya rasionalisasi jumlah perguruan tinggi di tiap provinsi agar layanan lebih fokus dan berkualitas.

“Idealnya ada sekitar 40 kampus per provinsi. Kalau terlalu banyak, pengawasan dan pembinaan jadi tidak efektif. Kami ingin mendorong tiap kampus mengembangkan kekhasannya, apakah itu di bidang teknologi, kesehatan, atau pendidikan,” jelasnya.

Sementara itu, Rektor UBL, Prof. Dr. Ir. Muhammad Yusuf Sulfarano Barusman, mengaku bangga menjadi tuan rumah kegiatan strategis ini. Ia menilai forum tersebut menjadi ruang kolaboratif yang penting bagi pertukaran gagasan dan praktik terbaik antarperguruan tinggi.

“Ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga kesempatan untuk membangun sinergi dan menyelaraskan arah pengembangan kampus yang berfokus pada masyarakat,” ucap Prof. Yusuf.

Ia menekankan pentingnya penguatan Tridharma Perguruan Tinggi, terutama pada aspek riset dan inovasi. UBL, katanya, telah menjalankan ratusan proyek riset melalui berbagai pusat studi, yang tidak hanya menghasilkan publikasi ilmiah, tetapi juga solusi konkret untuk kebutuhan masyarakat.

“Kami ingin membuktikan bahwa kehadiran kampus dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Itu komitmen kami,” tambahnya.

Rektor UBL juga mendorong peningkatan kualitas SDM dosen melalui pendidikan lanjut hingga jenjang doktoral, serta dukungan terhadap riset dan publikasi sebagai prasyarat utama menuju gelar profesor.

“Menjadi guru besar bukan soal gelar semata, tapi kontribusi ilmiah dan sosial. Karena itu, kami fasilitasi dosen untuk studi lanjut, riset kolaboratif, dan membangun kemitraan strategis,” pungkasnya. (*)