Solar Subsidi Langka di Lampung, Ekonom Unila Soroti Distribusi dan Pengawasan yang Lemah

Pengamat ekonomi dari Universitas Lampung (Unila), Prof. Nairobi. Foto: Ist
Kupastuntas.co,
Bandar Lampung –
Kelangkaan solar subsidi kembali melanda sejumlah wilayah di Provinsi Lampung.
Antrean panjang kendaraan, terutama truk logistik dan kapal nelayan, terlihat
di berbagai SPBU, termasuk di daerah pesisir seperti Kalianda, Krui, dan
beberapa titik di Bandar Lampung.
Pengamat
ekonomi dari Universitas Lampung (Unila), Prof. Nairobi, menilai bahwa
persoalan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan
ketersediaan, serta kinerja distribusi dan pengawasan yang belum optimal.
“Permintaan
meningkat tajam pascapandemi, terutama di sektor pertanian, perikanan,
transportasi, dan komoditas seperti kopi, lada, serta kelapa sawit. Namun,
kuota yang disalurkan pemerintah melalui Pertamina belum tentu mencukupi
kebutuhan riil, apalagi di daerah-daerah dengan medan geografis yang
menantang,” ujarnya, Rabu (11/6/2025).
Ia
mencontohkan wilayah seperti Tanggamus dan Pesisir Barat, yang kerap
mengalami keterlambatan pasokan karena infrastruktur jalan yang belum memadai.
Ketergantungan pada kilang utama seperti Kilang Cilacap juga membuat distribusi
BBM rentan terganggu jika ada masalah teknis.
Lebih
lanjut, Prof. Nairobi menyoroti masalah ketidaktepatan sasaran dalam
penyaluran solar subsidi. Menurutnya, banyak kendaraan non-prioritas seperti truk
tambang dan generator industri yang turut menikmati subsidi, sehingga
mengurangi alokasi bagi nelayan dan petani yang seharusnya menjadi penerima
utama.
“Celakanya,
lemahnya verifikasi di lapangan membuat kendaraan yang tak berhak tetap bisa
mendapatkan solar subsidi. Bahkan, ada indikasi penimbunan untuk dijual
kembali di pasar gelap dengan harga lebih tinggi,” tegasnya.
Faktor
eksternal juga turut memperburuk situasi, seperti kenaikan harga minyak
dunia dan pelemahan rupiah, yang mendorong pemerintah melakukan pembatasan subsidi
demi menjaga stabilitas fiskal.
Prof.
Nairobi memperingatkan bahwa kelangkaan ini bisa berdampak luas terhadap
perekonomian daerah. Nelayan tak bisa melaut, distribusi barang terhambat, dan
biaya logistik melonjak. Jika berlarut, kondisi ini dapat memicu kenaikan
harga komoditas dan inflasi lokal di sejumlah kabupaten/kota di Lampung.
“Kalau ini
terus dibiarkan, bisa mengganggu rantai pasok dan menekan daya beli masyarakat.
Pemerintah harus segera memperbaiki sistem distribusi dan memperketat pengawasan
BBM subsidi,” tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Bapenda Lampung Tagih Tunggakan Pajak Kendaraan Sugar Group Company
Kamis, 12 Juni 2025 -
Kolaborasi Dengan Akademisi, Kementan Percepat Transformasi Pertanian Modern
Kamis, 12 Juni 2025 -
PTPN I Regional 7 Nyatakan Aset Lahan di Way Berulu 'Klir'
Kamis, 12 Juni 2025 -
Tiga Calon Resmi Ambil Formulir Ketua Umum KONI Lampung, Tahap Pendaftaran Ditutup
Kamis, 12 Juni 2025