• Jumat, 20 Juni 2025

Jalan Imam Bonjol Makin Semrawut, Pemkot Metro Bakal Relokasi Pedagang

Kamis, 19 Juni 2025 - 09.04 WIB
56

Wakil Wali Kota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana saat melakukan peninjauan Ke kawasan bongkar muat Jalan Imam Bonjol dan pasar Terminal Kota. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Di tengah denyut aktivitas malam yang tak pernah benar-benar tidur, kawasan pasar Terminal Kota, Jalan Imam Bonjol dan Pasar Cendrawasih menjadi sorotan Pemerintah Kota Metro.

Kali ini, bukan sekadar soal keberlangsungan ekonomi rakyat kecil, tetapi juga menyangkut kepentingan yang lebih besar serta keteraturan kota dan keselamatan pengguna jalan.

Wakil Wali Kota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana turun langsung ke jantung kepadatan tersebut, menyusuri trotoar dan jalan yang dipadati lapak-lapak pedagang, pada Rabu (18/6/2025) malam.

Dengan didampingi sejumlah pejabat dari dinas terkait, peninjauan ini menjadi sinyal kuat bahwa Pemkot Metro mulai mengambil langkah serius terhadap aktivitas bongkar muat liar dan penggunaan badan jalan sebagai area berdagang yang selama ini menjadi biang kemacetan dan ketidaktertiban.

"Karena keadaan juga, tidak mungkin kita langsung eksekusi. Kita tertibkan minimal jangan ada yang berjualan di jalanan," kata Rafieq saat diwawancarai awak media di lokasi, Rabu (18/6/2025) malam.

Selama bertahun-tahun, kawasan sekitar Terminal Angkutan Kota dan Jalan Imam Bonjol telah berubah wajah. Apa yang semestinya menjadi jalur aman untuk pejalan kaki dan kendaraan, kini menjelma menjadi arena aktivitas ekonomi malam yang tak terkendali.

Lapak-lapak tumpah ruah, kendaraan bongkar muat parkir semaunya, dan alur lalu lintas pun tersendat hingga dini hari.

Dalam pemantauan tersebut, Rafieq menemukan fakta yang sulit dibantah bahwa trotoar dan sebagian badan jalan digunakan secara masif oleh pedagang, bahkan hingga menutup akses lalu lintas. Hal ini bukan hanya melanggar aturan tata ruang dan ketertiban umum, tetapi juga menjadi potensi bahaya bagi keselamatan pengguna jalan.

"Tadi banyak dagangannya sudah sampai di luar trotoar, bahkan sampai ke jalanan. Target utama kita, bagaimana seluruh pedagang bisa tertib dan dagangannya tidak mengganggu lalu lintas," ungkapnya.

Namun, langkah penertiban ini tak datang tanpa solusi. Pemerintah Kota Metro menawarkan opsi yang dianggap rasional dan berkeadilan yaitu relokasi pedagang ke lantai dua Pasar Cendrawasih, sebuah ruang yang selama ini kurang termanfaatkan secara optimal.

Menurut Rafieq, lokasi tersebut sudah dipersiapkan dan dinilai layak untuk menampung aktivitas jual beli malam hari. Pemerintah bahkan siap memberikan fasilitas secara gratis kepada pedagang sebagai masa uji coba, guna membuktikan bahwa berdagang di tempat yang tertib pun bisa tetap menguntungkan.

"Kita akan coba fasilitas ini secara gratis agar para pedagang bisa melihat dulu. Kalau ternyata tidak menguntungkan, kita evaluasi. Tapi saya yakin, tempat ini bisa menjadi solusi,” katanya.

Pendekatan yang dipilih Pemkot Metro tidak serta-merta mengandalkan tindakan aparat atau kekuatan penegakan perda. Rafieq menegaskan dialog dan pendekatan persuasif akan menjadi ujung tombak strategi penertiban.

Dalam waktu dekat, pertemuan dengan tokoh pasar dan komunitas pedagang akan dilakukan untuk membahas detail relokasi dan mekanisme penataan ulang kawasan.

"Kita akan libatkan semua unsur. Ini bukan soal menggusur, tapi soal mengatur agar semua pihak diuntungkan, baik pedagang, pembeli, maupun masyarakat pengguna jalan," jelasnya.

Meski solusi telah ditawarkan, tidak sedikit pihak yang menilai bahwa tantangan terbesar justru datang dari resistensi sebagian pedagang. Kekhawatiran akan sepinya pembeli di lantai dua, trauma terhadap relokasi sebelumnya yang gagal, hingga anggapan bahwa pengawasan longgar akan kembali membuat kawasan terminal dipenuhi pedagang liar, menjadi catatan yang tak bisa diabaikan.

Namun bagi Pemkot Metro, langkah ini tak bisa lagi ditunda. Kota yang tumbuh membutuhkan ruang publik yang tertib, dan ekonomi informal yang kuat juga harus berjalan dalam koridor aturan. Tanpa itu, kekacauan akan terus menjadi pemandangan sehari-hari yang perlahan-lahan merusak wajah kota.

"Kita akan coba fasilitas ini secara gratis untuk para pedagang agar mencoba dahulu. Berdagang di Pasar Cendrawasih bisa menguntungkan atau merugi, tetapi kami yakin ini bisa menguntungkan pedagang. Ini bukan hanya soal pasar atau pedagang. Ini soal wajah kota kita,” tandasnya.

Penertiban kawasan Terminal Kota dan Jalan Imam Bonjol adalah ujian bagi Pemkot Metro untuk membuktikan bahwa pembangunan dan keteraturan tidak harus mengorbankan rakyat kecil.

Pendekatan yang inklusif, dialog yang terbuka, dan keberanian untuk menindak pelanggaran akan menjadi kunci apakah kebijakan ini berhasil menciptakan kota yang lebih layak huni. (*)