Polisi dan Tantangan Mengungkap Korupsi, Oleh: Arby Pratama

Arby Pratama Wartawan Kupas Tuntas di Kota Metro. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - HUT Bhayangkara ke-79 yang diperingati di Kota
Metro tahun ini bukan sekadar seremoni. Ia menjadi refleksi kolektif atas
kerja-kerja kepolisian yang selama ini berjuang dalam diam, bertarung melawan
kejahatan dalam berbagai wajahnya seperti pencurian, narkoba, hingga korupsi
uang rakyat.
Namun, dalam riuh tepuk tangan perayaan, ada pertanyaan besar yang tak
boleh dilupakan, sudahkah penegakan hukum menyentuh akar persoalan korupsi yang
membelit daerah ini?
Tak bisa dibantah, jajaran Polres Metro menunjukkan komitmen luar biasa
dalam menekan angka kejahatan konvensional. Penangkapan pelaku pencurian sepeda
motor yang kerap beraksi di rumah ibadah, pembongkaran jaringan peredaran
narkotika jenis sabu di lingkungan perumahan, hingga penanganan kasus kekerasan
domestik yang meningkat pasca pandemi, menjadi bukti bahwa Bhayangkara di Metro
tak pernah lelah berjaga.
Kinerja ini tentu patut diapresiasi. Di balik sorotan publik, para personel
kepolisian bekerja dalam keheningan, melindungi warga dari bayang-bayang
kriminalitas yang terus mengintai. Tak sedikit dari mereka yang harus pulang
larut malam, bahkan tanpa sempat berkumpul dengan keluarga demi menjalankan
tugas. Mereka layak disebut sebagai pahlawan kota ini.
Namun, dalam usia yang nyaris delapan dekade ini, harapan masyarakat
terhadap Polri tak lagi cukup hanya sebatas keamanan di jalan raya atau
pencegahan kriminal umum. Aspirasi publik hari ini menuntut sesuatu yang lebih
fundamental, yaitu keberanian dan integritas dalam mengungkap korupsi yang
merampok masa depan daerah.
Kota Metro bukan kota besar, tapi bukan berarti bersih dari praktik
korupsi. Dugaan penyelewengan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan
keluarga tahun anggaran 2024, misalnya, menjadi alarm keras. Publik menyoroti
potensi ketidakwajaran dalam realisasi anggaran lebih dari Rp500 juta, angka
yang cukup besar bagi kota kecil.
Namun, hingga kini, kasus ini belum sepenuhnya terang. Penjelasan dari
pihak Dinas Kesehatan dan pejabat terkait baru sebatas klarifikasi, bukan
pengungkapan. Dalam konteks inilah, peran Polres Metro sangat krusial.
Tantangan terbesar institusi kepolisian saat ini bukan hanya soal
mengungkap pelaku kriminal biasa, tetapi membongkar jejaring korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) yang sudah mengakar dalam birokrasi lokal.
Masyarakat tahu, ada warisan masa lalu yang belum tuntas. Proyek-proyek
yang diduga siluman, dana hibah yang diduga bermasalah, pengangkatan jabatan
yang diduga sarat kepentingan, hingga dugaan penyalahgunaan wewenang di balik
meja pemerintahan.
Mengurai benang kusut ini tentu bukan perkara mudah. Para pelaku korupsi
bukan perampok jalanan. Mereka berdasi, memiliki koneksi, bahkan berselimut
kekuasaan. Namun jika Bhayangkara ingin benar-benar dicintai rakyat, inilah
medan perangnya.
Momentum HUT Bhayangkara ke-79 seharusnya menjadi titik balik keberanian
institusi Polri di daerah seperti Metro. Tidak ada alasan untuk takut pada
tekanan politik atau intervensi kekuasaan, sebab di balik seragam itu tersemat
sumpah untuk melindungi dan menegakkan hukum bagi siapa pun, tanpa pandang
bulu.
Langkah-langkah awal sudah terlihat. Polres Metro dalam beberapa tahun
terakhir mulai membuka ruang dialog dengan masyarakat sipil, memperkuat sinergi
dengan media lokal, dan mulai menyentuh kasus-kasus publik yang selama ini
hanya menjadi bisik-bisik. Namun langkah ini harus dilanjutkan lebih dalam dan
lebih tegas.
Masyarakat Metro menanti, kapan kasus dugaan korupsi besar di lingkungan
Pemkot yang diduga telah mengakar bertahun-tahun dapat benar-benar diusut
tuntas. Kapan oknum pejabat yang menyalahgunakan jabatan tidak hanya
dipindahkan atau dinonaktifkan, tapi diproses secara hukum.
Publik butuh kepastian bahwa hukum bekerja bukan untuk melindungi elite,
tapi untuk menegakkan keadilan. Di sinilah peran penting Bhayangkara hari ini.
Jika polisi bisa membongkar jaringan narkoba, kenapa tidak bisa menembus
lingkaran korupsi? Jika bisa menangkap pencuri motor, kenapa tidak mampu
menjebloskan pencuri uang rakyat?
Di tengah segala keterbatasan sumber daya dan tekanan politik, satu hal
yang tak boleh hilang dari tubuh Polri adalah integritas. Karena hanya dengan
integritas, kepercayaan publik bisa dibangun, dan perubahan besar bisa dimulai.
HUT Bhayangkara ke-79 bukan sekadar soal merayakan usia. Ini tentang
merefleksikan kembali apa arti menjadi Bhayangkara sejati. Penegak hukum yang
tidak hanya kuat, tapi juga berani, jujur, dan berpihak kepada rakyat. Dan
untuk itu, Kota Metro menaruh harapan besar pada para Bhayangkara-nya. (*)
Berita Lainnya
-
Sudah Saatnya RTH Berubah Jadi RTP, Jalan Tengah Antara Fungsi Sosial dan Ekonomi, Oleh: Arby Pratama
Selasa, 17 Juni 2025 -
Idul Adha dan Pesan Luhur dari Sang Penguasa,Oleh: Arby Pratama
Sabtu, 07 Juni 2025 -
Mengapa Gaji ASN Pemprov Lampung Tak Boleh Telat, Oleh : Dr. Saring Suhendro
Kamis, 15 Mei 2025 -
Berjalan di Alam Bawah Sadar, Oleh: Arby Pratama
Senin, 10 Maret 2025