Kostiana Ajak Warga Bandar Lampung Bangkitkan Semangat Kebangsaan Lewat Sosialisasi Pancasila

Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan (IPWK), di Labuhan Ratu, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, Sabtu (5/7/2025). Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Wakil Ketua I DPRD Provinsi Lampung, Kostiana, S.E., M.H., menggelar sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan (IPWK) di Labuhan Ratu, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, Sabtu (5/7/2025).
Kegiatan yang diikuti ratusan warga ini berlangsung meriah dan penuh semangat kebangsaan.
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dr. Donald Harris Sihotang, S.E., M.M., Dosen Magister Manajemen Universitas Saburai Bandar Lampung, dan Hermansyah Saleh, S.STP., M.H., Sekretaris Badan Kesbangpol Provinsi Lampung.
Turut hadir mendampingi Kostiana, Wakil Ketua III DPRD Kota Bandar Lampung Wiyadi, S.P., M.M., serta anggota Komisi IV DPRD Kota Bandar Lampung Wiwik Anggraini. Hadir pula unsur Babinkamtibmas, Babinsa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, Kostiana menegaskan bahwa semangat kebangsaan harus terus dibangkitkan dan diwariskan.
“Dengan kegiatan ini, semoga masyarakat semakin semangat menjaga NKRI dengan nilai-nilai Pancasila yang kita pegang teguh,” ujarnya.
Pancasila Bukan Sekadar Dihafal
Dr. Donald Harris Sihotang dalam paparannya menjelaskan bahwa Pancasila lahir dari kebutuhan bangsa Indonesia untuk memiliki dasar negara yang menyatukan perbedaan.
“Pancasila pertama kali dipidatokan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI. Beliau menggali nilai-nilai luhur dari budaya Nusantara, bukan mengambil dari luar,” jelas Donald.
Pancasila digagas sebagai jalan tengah yang mampu mengakomodasi pluralitas bangsa Indonesia. Dengan lima sila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial, Pancasila menjadi fondasi ideologis, moral, dan politik Indonesia modern.
“Mengapa Pancasila? Karena hanya Pancasila yang mampu merangkul semuanya: Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, adat istiadat, suku-suku semua merasa menjadi bagian dari bangsa ini,” tambahnya.
Donald juga mengulas Empat Pilar Kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Keempat pilar ini adalah tiang penyangga utama rumah besar Indonesia. Jika satu saja runtuh, maka bisa goyah keutuhan kita,” ujarnya.
Tantangan Era Digital dan Solusi Warga
Menurut Donald, di era digital saat ini, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar berupa disinformasi, ujaran kebencian, radikalisme digital, dan polarisasi identitas.
“Anak-anak kita lebih dekat dengan gawai daripada guru, lebih percaya medsos daripada Pancasila. Ini tantangan nyata,” katanya.
Ia menekankan pentingnya literasi digital dan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila.
“Warga harus aktif memfilter informasi, tidak mudah terpancing provokasi, dan menjadi agen pemersatu,” ajak Donald.
Membumikan Pancasila, menurutnya, dimulai dari keluarga dan lingkungan terkecil.
“Hormati orang tua, hidup gotong royong, tidak menyebar hoaks, dan bijak bermedia sosial. Itu bentuk nyata mengamalkan Pancasila,” tegasnya.
Kebhinekaan Adalah Kekuatan
Hermansyah Saleh menambahkan bahwa Indonesia terdiri atas 1.342 suku, 742 bahasa daerah, dan enam agama yang diakui.
“Pancasila bukan hanya dasar negara, tapi adalah jembatan penyatu dari keberagaman itu,” kata Hermansyah.
Ia menegaskan bahwa tidak ada ideologi lain yang dapat menggantikan Pancasila.
“Tanpa Pancasila, sama saja membubarkan NKRI. Ini bukan sekadar ideologi politik, tapi ruh bangsa,” tegasnya.
Respons Warga dan Aspirasi Lingkungan
Dalam sesi diskusi, Pdt. Mesakh menyoal pentingnya kurikulum Pancasila untuk pejabat publik. Donald merespons bahwa pemahaman nilai dasar negara harus diwajibkan bagi seluruh elemen bangsa, baik rakyat maupun pejabat.
Warga bernama Riki Sadewa menanyakan cara menjaga relevansi Pancasila dalam era teknologi. Donald menjawab bahwa teknologi harus dijadikan alat untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan, bukan sebaliknya. Hermansyah menambahkan bahwa generasi muda perlu dibentengi dengan pemahaman yang kuat terhadap jati diri bangsanya.
Seorang warga, Amron Simanungkalit, menyampaikan keluhan soal banjir di lingkungan HKBP Kedaton yang kerap mengganggu ibadah. Wiwik Anggraini merespons bahwa penanganan banjir memang menjadi prioritas DPRD Kota, namun menghadapi tantangan teknis dan biaya. Wiyadi dan Kostiana berjanji akan terus mengawal penyelesaian masalah tersebut hingga tuntas.
Kegiatan terasa semarak saat peserta menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” dan lagu daerah “Ampar-Ampar Pisang” sebagai simbol cinta pada tanah air dan budaya Nusantara.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan semangat kebangsaan yang menggelora.
"Pancasila bukan hanya untuk dihafal, tapi harus kita hidupi. Mari kita jaga Indonesia bersama-sama,” tutup Donald Harris Sihotang. (*)
Berita Lainnya
-
Universitas Saburai Lepas 199 Mahasiswa KKN di Lampung Selatan, Rektor: Jadilah Pembawa Solusi Bagi Masyarakat
Sabtu, 05 Juli 2025 -
Misteri Pembunuhan Sopir Travel di Lampung Selatan Terungkap, Pelaku Mengaku Sakit Hati dengan Korban
Sabtu, 05 Juli 2025 -
Suzuki Persada Lampung Raya Resmi Serahkan 20 Unit Suzuki Fronx kepada Pelanggan
Sabtu, 05 Juli 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia dan Hotel Radisson Sepakat Kembangkan SDM Perhotelan
Sabtu, 05 Juli 2025